Bab 47✓

15.5K 1.1K 69
                                    

"Olivia?"

Wanita bernama Olivia itu tersenyum, wanita cindo itu semakin menawan dengan dress soft pink yang ia kenakan.

"Lama tidak berjumpa. Hai," sapa Olivia.

Tubuh wanita itu langsung didekap oleh orang yang disapanya. Olivia tertawa. "Merindukanku, eh?"

"Kenapa kamu pulang?"

Olivia tersenyum miring. "Serius kamu tanya ini?" Ia mendekatkan telinga orang itu. "Tentu saja ingin bertemu, pacarku Dionino Ardeo Vazquez."

***

Tanpa sadar Ana memegang perutnya. Ia tidak pernah melakukannya dengan orang lain, yang artinya anak ini adalah anak ... Dion. Namun, bukankah kemarin ia datang bulan? Lalu bagaimana janin ini bisa terbentuk?

Tiba-tiba kepala Alana berdenyut, Alana shock bercampur dengan rasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Sensasi bagaimana ada nyawa lain dalam tubuhnya, Alana tidak bisa mendeskripsikan perasaannya sekarang.

Air mata Alana menetes, ia terharu, ia bingung, ia sedih, ia bahagia, entahlah. Ia tidak tau, tetapi yang jelas ia akan tetap mempertahankan janin ini.

"Alana?" panggil Sandrina.

Ana mendongak, ia menghapus air matanya.

"Anak siapa itu?" Bukan suara Sandrina, melainkan suara Theo yang kini menjadi datar. Mendengar suara Theo membuat jantung Alana berdebar kencang, ia takut, dan ia tidak tau mengapa takut kepada Theo.

"Katakan!" Kini suara Theo semakin meninggi dan hal tersebut membuat Alana semakin ketakutan.

"Dia yang hamil, kenapa Abang yang marah? Biarin lah, bukan hamil sama Abang juga, palingan sama pacarnya. Jangan mudah tertipu dengan wajah polos," ujar Arnold. Sebenarnya dia bingung kenapa ibunya mengumpulkan mereka ke sini, jika hanya menyampaikan berita kehamilan maka bukan urusannya lebih baik dia pergi, tidak penting juga.

Mendengar ucapan Arnold, pun membuat Theo bingung, mengapa ia peduli? Ia tidak tau, ia hanya tidak terima Alana hamil tanpa pernikahan.

"Alana?" Kembali Sandrina memanggil Alana. "Kamu tau ayah anakmu?" tanyanya.

Ana terdiam kemudian mengangguk. Ayah janin inilah yang sekarang ia cari keberadaannya.

"Kamu tau di mana dia sekarang?"

Alana menggeleng, ia tidak tau di mana keberadaan Dion, jika tau maka dari kemarin ia mendatanginya. Alana takut terjadi apa-apa dengan Dion karena laki-laki itu pergi dengan amarah.

"Boleh kami tau siapa namanya?" tanya Sandrina. Ia tidak akan memaksa Alana untuk mengatakan, karena ia sadar mereka baru bertemu belum lama ini. "Enggak apa-apa kalau kamu enggak ngebolehin, itu privasi kamu." ujarnya.

Menghela napas lega, kembali Ana mengelus perutnya yang rata, ia tidak percaya bahwa benar-benar ada kehidupan lain dalam rahimnya.

"Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? Mengetahui bahwa sedang mengandung?"

Pertanyaan Sandrina kembali membuat Alana termenung. Perkataan Diana tempo lalu mengingatkan bahwa tidak mungkin bayinya akan diterima, Diana pasti akan menolak bahkan dirinya juga akan semakin dipandang sebelah mata karena status janda dan hamil di luar pernikahan.

"Saya akan menjaga janin ini, meskipun tanpa sosok ayahnya," ujar Alana. Sebenarnya dia yakin bahwa Dion akan menerimanya, yang ia tidak yakin adalah keluarga Dion terutama ibunya dan ... Resty.

"Jika itu keinginanmu, lakukanlah, kami hanya bisa membantumu," ujar Sandrina.

Alana menatap wanita paruh baya ini. Wajahnya mengingatkan Alana dengan seseorang, tetapi entah siapa. Alana juga tidak tau mengapa bentuk mata Sandrina sangat familiar baginya.

CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang