Bab 34✓

19.2K 1.4K 55
                                    

Pasang target lagi yukk! 70 vote 20 komentar, oke!

Happy Reading, hope u like!

***

"It's a miracle! Ingatannya pulih dengan cepat, tetapi setelah ini tentu saja akan ada dampaknya," ujar dokter Arnold. Dokter itu datang langsung ketika mendengar salah satu pasiennya mengalami pingsan dan kejang. Justin lah yang menghubunginya, karena Justin tau kemana saja Dion pergi selama ini.

"Apakah itu dampak yang buruk?" tanya Justin.

"Tidak, hanya saja ia akan sering merasakan sakit kepala. Itu normal karena otaknya pernah cidera."

Justin hanya mengangguk, ia menatap prihatin pada pria yang terbaring dengan selang infus menancap di pergelangan tangannya itu.

"Aku akan berada di Indonesia selama dua pekan, hubungi aku jika terjadi sesuatu pada young Mr. Vazquez," ujarnya lagi sebelum pamit undur diri.

Selain Justin, di sana juga ada Kevin dan Ana. Ana yang sebetulnya ada di mansion itu menyaksikan pertengkaran antara keluarga yang ia sangka sangat humoris itu. Ia tidak menyangka ternyata Dion kehilangan memori masa kecilnya dan hal itu ditutupi oleh keluarganya sendiri. Apalagi jika dilihat Dion selalu seperti tidak memiliki beban.

"Aku enggak pernah ngorbanin Kevin."

Suara itu membuyarkan lamunan Ana, ia melihat Dion yang sedang menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

"Aku berusaha nyelamatin dia waktu itu, tapi .... "

"Abang enggak salah, enggak ada yang salah di sini," tutur Kevin. "Semua itu sudah berlalu, kita udah ngumpul lagi, enggak ada yang perlu diingat." Lanjutnya.

"Kekecewaan mama ... masih ada hingga sekarang," balas Dion.

"Aku akan coba berbicara dengan mama."

"Pergilah, kamu anak kesayangannya tentu ucapan kamu akan didengarkan," ucap Dion.

"Abang—"

"Keluar, aku ingin sendiri," usirnya.

Kevin menghela napasnya, ia menatap Justin, Justin mengangguk lalu mereka pun keluar dari sana.

Ana masih berada dalam ruangan Dion, ia mendekati ranjang itu.

"Pak Dion—"

"Keluar." Masih dengan tatapan kosong Dion mengatakan itu.

"Saya akan menemani Bapak," jawab Ana.

"Kubilang keluar!"

Suara Dion yang naik satu oktaf itu membuat Ana terkejut.

Melakukan hal sama dengan Kevin, Ana menghela napas lalu keluar dari ruangan itu.

Kini tinggallah Dion sendiri, suasana seperti inilah yang sangat menenangkan untuknya. Setidaknya benda mati tidak akan pernah berpura-pura dalam keadaan apapun. Sebulir air jatuh dari matanya disusul bulir-bulir lainnya. Ya Dion memang secengeng ini.

Di sisi lain, Ana duduk termenung bersama Kevin di bangku tunggu.

"La, pulanglah, istirahat," suruh Kevin.

"Aku ingin menemani Dion," jawabnya.

"Ada aku dan papa yang menjaganya."

"Aku asisten pribadinya, tentu aku enggak akan ninggalin bosku begitu aja," ucap Ana.

"Aku beliin makan ya? Aku liat kamu enggak sempat makan tadi." Kevin bersiap pergi tetapi tangannya dicekal Ana.

"Enggak usah, aku udah kenyang," tolaknya.

CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang