Satu bulan telah berlalu. Semuanya baik, termasuk Alana yang ikhlas akan kepergian janinnya. Tidak ada yang perlu disesali, karena hamil anggur bukanlah mutlak kesalahannya. Siapa lagi kalau bukan salah takdir? Tapi, tidak bisa juga menyalahkan takdir. Takdir hadir untuk mewarnai kehidupan yang rasanya abu-abu.
Satu bulan terakhir, Alana dan Dion rutin memeriksakan diri kepada dokter. Alana memasang alat pencegah kehamilan, hal ini ia lakukan agar tubuhnya dapat mempersiapkan diri demi kehamilan berikutnya. Siapa yang tidak mau hamil? Ia mau, bahkan sangat mau tetapi tubuhnya harus siap terlebih dahulu.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya menurut Sandrina. Ternyata tepat pada tanggal 28 Oktober, dua hari lebih cepat pada tahun-tahun biasa ia berulang tahun.
"Sayang, ini kan hari ulang tahun kamu nih. Kamu minta apa dari aku?" tanya Dion yang sedari pagi terus meminta ini dan itu dengan Alana.
"Baru nyadar aku yang ulang tahun? Tapi kok dari tadi rasanya ini hari kamu ya, soalnya aku yang jadi babu," ujar Ana.
Dion terkekeh, lalu mengecup pipi Alana. "Gak ikhlas banget. Cepetan kasi tau, biar aku kabulin semuanya."
Ana menghentikan kegiatannya merangkai bunga. Kegiatan itu masih ia geluti, bahkan Dion memberikan modal untuk membuka usaha karangan bunga yang lebih besar. Semoga saja dengan begini ia bisa menghasilkan uang sendiri. Dan semoga saja ia juga tidak lupa dengan kewajiban sebagai seorang istri dan seorang mahasiswa.
"Apa ya? Gada sih, gada yang spesial."
"Atau, kamu maunya aku aja nih?"
Ana mengangguk, ia kembali merangkai bunganya. "Boleh aja."
"Serius?"
Ana kembali mengangguk.
"Ayo!"
"Eh, mau ke mana?!"
"Ikut aja."
Ana menghentikan langkahnya. "Enggak liat aku pake celana pendek sama kaus oblong?"
Dion menggaruk pipinya. Sialan, Alana begitu memajakan matanya dengan setelan seperti ini dan ia tidak akan mau berbagi kepada siapapun pemandangan ini.
"Biar aku yang pilihin," ujar Dion. Ia kembali menarik tangan Ana menuju lantai di mana kamar mereka berada.
Tidak memakan waktu lama Dion memilih setelan untuk Alana.
"Dion?"
"Apa?" tanyanya.
"Apa kita mau kondangan?"
Dion menatap setelan yang digunakan istrinya. Ini bagus untuknya agar tidak terlihat oleh laki-laki lain.
"Enggak kok."
"Kenapa pake gamis?!"
"Gapapa, kan netral dibawa kemana aja. Ayo dah, entar tempat yang kita datangi keburu kadaluwarsa."
"Gilanya enggak ilang ya."
"Iyakah? Gapapa lah, yang penting banyak yang naksir."
Alana menghentikan langkahnya. Ia menatap Dion penuh selidik. "Siapa yang naksir?!"
Dion mengernyit. "Apa?"
"Wanita mana yang naksir kamu?"
"Olivia—"
"Jangan sebut namanya!"
Dion tersenyum menggoda. "Cemburu ya?" Ia mencolek dagu Alana.
"Ih, gausah geer. Heran aja, kok bisa naksir sama orang gila. Apa mungkin wanita-wanita itu juga gila ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN)
Romance*** Mari follow akun ini untuk mendapatkan notif lainnya :) Bersenang-senanglah! *** [17+] Dia playboy tetapi hanya memiliki satu mantan. Dia perayu ulung tetapi sulit untuk pacaran Dia tampan? Jelas, bahkan ponakannya saja menyetujui hal itu. Dia k...