Bab 48✓

15.7K 1.1K 54
                                    

Pengen bintang dan komentarnya sampe 200😭😭😭 gimana rasanya ya☹️

***

"Lebih baik kamu istirahat dulu. Mama tau kamu masih syok, jangan nangis lagi ya? Kasian baby kamu," ujar Sandrina. Nyatanya ia pun tidak berhenti mengeluarkan air mata. "Jika perasaanmu udah mendingan, Mama mau ngobrol sama kamu." Sandrina mengelus surai hitam milik Alana.

Alana mengangguk. Ia mengelus tangan Sandrina yang berada di wajahnya. "Makasih Ma," ujarnya. Air mata itu kini mengalir kembali.

Sepeninggal Alana kini tersisa 3 beranak itu.

"Aku masih enggak percaya kalau punya kembaran," ujar Arnold. Awalnya ia kurang menyukai Alana karena wanita itu menyebabkan dirinya digampar Theo sebab menjadi biang tawuran itu lalu menyelakai Alana. Ia tambah tidak menyukainya ketika tau wanita itu hamil, hamil di luar nikah. Namun sekarang perasaan tidak suka tadi melebur menjadi rasa marah mengapa Alana, saudari setali pusatnya itu bisa hamil di luar nikah.

"Aku juga enggak percaya kalau selama ini aku udah ketemu sama adik aku sendiri. Ternyata perasaan ingin melindungi itu karena dia sedarah denganku," sambung Theo.

"Tapi, Ma, gimana bisa Mama gak cerita sama kami? Kenapa Mama tutupi ini semua?" tanya Arnold.

Sandrina menyatukan dua berkas tadi. "Ini salah Mama, Mama pikir Mama bisa menemukan Alana sendiri. Mama pikir jika kalian mengetahui hal ini kalian akan membenci papa, Mama gak mau kalian membenci sosok ayah meskipun ia tidak layak disebut seorang ayah." ujar Sandrina.

"Dari awal Alana jadi baby sitter Xena aku udah ngerasa perasaan beda. Xena yang awalnya gak mau dideketin orang malah nempel sama Alana," ucap Theo. Ia menggeleng lalu tertawa pelan. Tidak tau apa yang ia tertawakan.

"Mama gak tau bagaimana Alana besar, dengan keluarga mana ia tinggal, apa dia hidup dengan layak. Apa kamu tau?" tanya Sandrina.

"Aku hanya sedikit tau tentang Alana, itupun karena gosip yang beredar." jawab Theo.

Sandrina dan Arnold diam mendengarkan Theo.

"Alana seorang janda."

Sandrina terkejut. "Benarkah? Kapan? Maksudku kapan Alana menikah?"

"Katanya, sewaktu ia remaja. Entah karena apa mereka bercerai, kemudian katanya Alana juga bekerja di kelab malam sebagai simpanan para lelaki hidung belang." ujar Theo, ia tidak percaya jika gosip itu benar.

Sandrina memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. "Benarkah?"

Theo menggeleng. "Tapi aku yakin Alana bukan seperti itu. Aku pernah mengikutinya, ia hanya bekerja sebagai barista. Yang namanya kelab malam pastinya banyak pria brengsek yang menginginkan tubuh Alana, tapi wanita itu selalu menolak."

"Apa hidup Alana sesulit itu?" Air mata Sandrina kini mengalir lagi.

"Aku juga pernah bertanya pada temannya, sebelum bekerja di Vidi, ia juga bekerja sebagai pencuci piring restoran, ia juga menerima pesanan karangan bunga," jelas Theo.

"Bagaimana dengan keluarganya?"

"Aku tidak tau," ujar Theo.

"Theo, Arnold, cari tau kehidupan Alana sebelumnya. Mama hanya ingin tau bagaimana saudari kalian diperlakukan," ujar Sandrina.

"Grandma!"

Tiba-tiba suara Xena menginterupsi mereka.

"Mommy Ana?"

"Di kamarnya, sayang," jawab Sandrina.

"Xena mau mommy," ujar gadis kecil itu.

"Apa Xena udah lupa Uncle?" tanya Arnold.

CIUMAN (Cinta Untuk MANTAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang