Berubah

5.7K 429 18
                                    

"Gue denger lo gak masuk kelas semenjak istirahat pertama, kenapa?"

Zean membalikan badannya, "Bella," ucapnya spontan.

Zean menyipitkan matanya memastikan, ia sedikit terkejut saat orang yang tak ingin dilihatnya sekarang ada didepannya sekarang.

Sadar atau tak sadar Zean memanggil gadis itu dengan sebutan Bella. Gadis itu memandang sinis.

"Bella cantik, wajar kalau lo suka sama dia," gadis itu melangkah dan berdiri disamping Zean yang masih terlihat syok.

"Kenapa ada disini?" tanya Zean dingin.

Gita tersenyum tipis, "lo gak bakal suka alasannya."

Zean menoleh sebentar ke arah Gita, gadis itu tidak berubah. Zean membuang napas beratnya.

"Biarkan Bella tidak tahu tentang kita."

"Kenapa? Dia berhak tahu."

"Gue gak mau dia menangis."

Gita menatap punggung Zean yang perlahan mulai hilang. Meninggalkan dia sendiri berdiri diatas rooftoop ini. Dan juga meninggalkan perasaan yabg seharusnya tak perlu diperjuangkan lagi.

"Maafin gue Zean," Gita tersenyum tipis, "tapi apa yang gue miliki akan tetap jadi milik gue, tidak ada yang boleh mengambilnya sekalipun keadaan sudah berubah."

Gita menyeka sudut matanya yang mengeluarkan air.

***

Hening. Ini bukan mereka. Keduanya saling diam mendiamkan. Tidak ada yang mau membuka suara.

Bella menoleh ke samping, melihat Zean, Bella seperti tidak mengenalinya sekarang. Ada sesuatu yang disembunyikan oleh Zean.

"Lo bolos ya?" tanya Bella memecahkan keheningan.

Zean diam.

"Otak lo kebentur dimana?" tanya Bella lagi.

Zen tetap diam.

"Lo aneh, kenapa? Ada masalah?" tanya Bella. Ia menatap Zean heran. Zean yang ia kenal tidak seperti ini. Kemana Zean yang suka banyak bicara, suka mengganggunya, suka adu mulut dengannya?

"Semuanya baik-baik aja."

Bella menoleh saat pertanyaannya dijawab.

"Maksudnya?"

Zean hanya tersenyum, dan tidak lagi membalas pertanyaan Bella.

"Belikan gue es krim." Pinta Bella.

"Dirumah masih ada, gak perlu beli," tolak Zean, tanpa menatap lawan bicaranya.

Bella tak habis pikir, Zean menolak permintaannya lagi. Ia menatap Zean jengah.

"Gue gak peduli pokoknya beliin," kukuh Bella.

"Jangan kekanakan."

Bella membulatkan matanya sempurna. Jangan kekanakan? Apa Zean tadi mengatainya? Hah, Bella tak habis pikir, Zean bisa berkata demikian. Bella semakin yakin pasti otak Zean benar-benar kebentur disuatu tempat.

Lihatlah sekarang Zean bergaya seperti seorang laki-laki yang memiliki sifat dingin, irit bicara, dan tak berperasaan.

Bella menyatukan kedua tangannya, berdoa, "ya Allah kembalikan Zean seperti dulu, kembalikan kesarapannya. Aamiin."

PASUTRI GAJE [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang