Menjadi Rumit

4.6K 409 13
                                    

"SELAMAT ISTIRAHAT JUBAIDAH! KANTIN YUK!" suara Zean nenggema seperti biasa, semenjak kembalinya Bella. Tercatat ini sudah satu minggu Bella mendinginkan Zean.

Bella memutar dua bola matanya malas, ia mengambil earphone yang ada di kolong meja. Dan menyumpalnya ke kedua telinganya. Menyibukkan diri dengan menulis beberapa catatan yang sempat tertinggal semalam.

Cantika melirik ke arah Zean, meski di abaikan, lelaki itu tetap bisa memasang senyum khasnya seperti biasa. Diikuti oleh ketiga temannya yang lain Reyhan, Elang, Surya. Mereka berdiri berjejer.

"Woi Jubaidah jangan sok jual mahal dong," teriak Elang. Bosan Elang sendiri saat ia harus melihat kefrustasian sahabatnya itu demi mendapatkan perhatian Jubaidah lagi.

Surya langsung menutup mulut Elang, Surya tak segan mejitak kepala Elang, "diem bego!"

Tipekal ganteng-ganteng oon yaa kayak Elang dan Zean.

Elang menyingkirkan secara paksa telapak tangan Surya, menatap murka ke arah Surya, "lo sama pacar lo itu sama sama pedes," cibir Elang.

Cantika yang merasa disindir, mencari benda yang ada disekitar mejanya. Dan ia menemukan penghapus papan tulis, tanpa berprikemanusiaan, Cantika melempar penghapus itu ke arah Elang, dan tepat sasaran. Sontak serangan itu membuat Elang meringis kesakitan.

"Sakit bego!" murka Elang menatap tajam ke arah Cantika. Gadis itu melipat dada, menatang Elang.

"Udah-udah pada ngomongin bego disini. Kalau bego kesedak karena kalian semua omongin dia gimana? Bego juga punya perasaan," lerai Reyhan. Tapi apa yang dikatakan Reyhan bukanlah sebuah bentuk tegasan leraian tapi malah bikin lawakan baru.

"Sorry, gue lupa Bego kan kekasih until jannah lo," sahut Zean.

"Yeay si nyonyong nyahut aja, pikirin tuh gimana cara bujuk Jubaidah biar balik lagi ke elo. Seminggu nih udah seminggu mana pesona lo yang mengalahkan satuan Ucup seluruh dunia," celutuk Elang.

"Salah sendiri, sekali buat dosa langsung besar, yaa kayak gini sekarang hasilnya," ucap Surya logis. Satu-satunya laki-laki diantara mereka berempat yang cukup waras adalah Surya.

Zean, Elang, Reyhan, dan Surya bersandar dinding kelas Bella, ke empatnya serempat melipatkan tangan di dada. Mereka berempat terlihat seperti patung manekin yang berjejer di mall. Terlebih lagi pesona Elang yang punya darah keturunan Korea.

Zean membuang napasnya gusar menatap Bella. Ia memikirkan strategi agar Bella mau satu apartemen lagi dengannya. Bagaimana pun juga dia dan Bella adalah sepasang suami istri, sudah cukup tiga hari Zean memberikan ruang sendiri untuk Bella. Hari berikutnya sampai sekarang Zean akan berusaha kembali melunakkan kembali perasaan Bella.

"Gue heran, padahal si Gita udah pindah sekolah, kok Jubaidah masih belum bisa maafin lo sih?" tanya Elang, saat mereka sempat hening.

"Yaa lo pikir aja kalau pacar lo ciuman sama mantannya didepan mata lo. Gimana? Pasti marah lah," jeda beberapa detik, "makanya muka oplas itu dijadiin buat cari cewek." Ucap Reyhan yang ada di samping Elang.

Elang menjitak kepala Reyhan membuat Reyhan meringis kesakitan, "lo ngehina gue?"

"Merasa tersindir pak? Banci lu!"

"Gue sumpahin lo putus sama pacar lo itu," sumpah Elang diatas ikatan jomblo tapi gantengnya.

Zean tak menghiraukan kawannya, pikirannya masih mencari cara agar Bella kembali dengannya.

Hingga suara ketukan membuat mereka yang di dekat pintu menoleh serempak, Zean yang paling dekat dengan pintu, memegangi dadanya terkejut. Hingga wajahnya menjadi datar, saat tahu siapa orang yang baru saja mengetuk pintu.

Bella dan Cantika ikut menoleh ke ambang pintu. Berbeda dengan Zean ekspresi Bella malah terlihat senang, ia langsung melepaskan earphonenya, dan berjalan sedikit lebih cepat menemui orang itu.

"Gimana?" tanya orang itu.

Bella mengangguk sambil tersenyum, "jadilah, yuk!"

Galih mengangguk membalas senyuman Bella. Zean yang melihat itu sangat panas. Ia mengepalkan tangannya, menahan amarah yang kapan saja bisa meledak.

"Cara lo murahan," cibir Zean pelan. Tapi mampu didengar oleh Bella.

Bella membalikan badan menatap Zean, menatap lebih dalam pada lelaki itu.

"Kalau mau buat gue cemburu dengan lo deketin orang yang gue benci. Selamat lo berhasil," Zean bertepuk tangan memandang sinis, "puas sekarang? Diam lo memang berisik, tapi sikap lo jauh lebih berisik, Bel."

Bella masih diam memandang, tatapannya tak lepas dari Zean. Saat itu juga keduanya menjadi tontonan siswa lain.

"Usaha gue buat memperbaiki semuanya, rasanya sia-sia. Lo tetap pada angkuh lo. Lo pikir gue bisa seberapa lama sabar? Lo jalan berdua dengan orang yang jelas-jelas gak gue suka. Lo pikir gue gak sakit? Gue juga sakit, Bel. Gue hanya pengen memperbaiki semuanya, tapi lo kayaknya gak mau melakukan hal yang sama," Zean membuang napas beratnya, matanya memanas, ia menatap Bella, "semuanya terserah lo Bel. Gue bisa apa? Percuma juga ngejar kalau lo sendiri gak mau di kejar. Maaf, atas semua sakit yang lo punya yang berasal dari gue, maaf kalau tingkah gue akhir-akhir ini terlalu mengusik diri lo. Lo bisa tenangin diri lo tanpa batas hari. Gue pergi."

Setelah mengatakan itu Zean melangkah pergi, meninggalkan Bella yang terpatung. Sebelum pergi Zean sempat menatap Galih datar, tatapannya sekaan mengatakan pada Galih puas sudah berhasil ambil apa yang berharga bagi gue.

"Makanya jadi cewek jangan terlalu sok jual mahal," cibir Elang.

"Zean juga sama kayak lo, waktu kalian jauhan Zean juga jadi tambah gila."

Ucapan Reyhan barusan mendapat respon dari Bella.

"Dalam satu hari Zean pacaran dengan lima cewek sekaligus, terus putus setelah lima menit jadian," perjelas Reyhan tentang kegilaan Zean akhir-akhir ini.

Bella terdiam.

"Kalian berdua sebaiknya perbaiki hubungan kalian, jangan terlalu sering menghindar, kita gak tahu batas sabar. Jangan jadikan jarak membuat kalian benar-benar terpisah." Tambah Surya. Lelaki itu menatap orang yang ada dibelakang Bella,  "lo Galih, jangan buat kejadian di masa lalu terulang lagi sekarang."

Setelah mengatakan itu. Ketiga nya memutuskan pergi keluar dari kelas Bella. Meninggalkan Bella yang sudah menatap perih, perasaanya sangat sesak. Bella tertunduk dalam, tak lama kemudian bahu nya bergetar, Bella menangis. Ia tak peduli tatapan orang yang memandang Bella iba.

Cantika segera menghampiri Bella, dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Cantika mencoba menenangkan Bella, lalu mata Cantika menatap Galih yang masih saja berdiri di belakang Bella, Cantika memberi isyarat agar Galih pergi. Seakan mengerti Galih melangkah menjauh pergi.

"Gue gak mau berakhir, Can," lirih Bella disela tangisnya. Dan kalimat itu berulang kali diucapkan oleh Bella.

Bukannya membaik, keadaan mereka berdua malah semakin rumit. Ego lah yang membuat mereka seperti ini sekarang. 

🌻🌻🌻
10.04.20

PASUTRI GAJE [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang