Happy reading!
Ruang makan terasa sangat sepi. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar saling bersahutan. Azram lebih dulu selesai makan dari yang lain. Ia berniat pergi ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun keinginan itu di tahan oleh ayahnya.
"Azram" Panggil Fandi, ayah Azram.
"Iya yah?" Sahut Azram dengan sopan. Ia pun kembali duduk di kursi makan.
"Ayah mau ngomong sama kamu"
Azram tak menjawab. Ia hanya diam, menunggu kelanjutan ucapan Ayahnya. Dua adik Azram yang sudah selesai makan juga tak berniat meninggalkan ruang makan. Mereka agak sedikit penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Ayah mereka.
Fandi menarik nafasnya kemudian menghembuskannya dengan berat.
"Ayah berniat menikahkan kamu dengan anak sahabat Ayah" Ucap Fandi yang membuat Azram terkejut, tak terkecuali kedua adiknya.
"Ta..tapi kena.."
"Kamu tau kan kalau perusahaan kita lagi kritis? Ayah berniat menjodohkan kamu dengan anak sahabat Ayah. Setelah Ayah fikir, kamu yang lebih baik menikah sekarang. Lagian umur kamu sudah matang untuk memulai sebuah rumah tangga kan? Ayah gak sembarangan milih perempuan untuk kamu. Jadi kamu mau kan?" Jelas Fandi dengan panjang lebar.
Azram masih mengatup mulutnya. Ia tak tau harus menjawab apa sekarang. Sulit baginya untuk mengindahkan keinginan Ayahnya. Ia merasa durhaka jika menolak permintaan kedua orang tuanya.
"Kalau kamu gak bisa, Nathan yang akan Ayah nikahkan" Ucap Fandi yang terdengar berat, membuat Azram semakin bingung. Lain dengan Nathan yang terlihat akan mengamuk mendengar namanya ikut di seret.
"Kok jadi Nathan sih Yah?! Gak! Nathan gak mau!" Tukas Nathan dengan raut wajah marah. Nathan sudah berdiri dari duduknya saking kesalnya. Namun ucapan Azram selanjutnya membuat ia bisa bernafas lega. Dengan berat hati Azram mengiyakannya.
"Iya Ayah, Azram siap. Azram yakin apa yang Ayah pilih pasti baik untuk Azram nantinya" Jawaban itu lolos dari mulut Azram. Sedangkan Nathan kembali duduk di kursinya.
"Oke kalau gitu, nanti ayah kabari teman ayah" Sebuah senyum terbit di bibir Fandi tak kala mendengar jawaban Azram.
"Akhirnya kak Azram kawin!" Nathan bersorak dengan nyaring.
"Nikah dulu Nathan" Hanum membenarkan ucapan adiknya, Nathan.
Azram memiliki dua adik. Yang pertama Hanum, mahasiswi kedokteran semester 3. Dan Nathan, murid SMA Cendikia kelas 12 Ips 2. Hanya sahabat Nathan yang tahu bahwa Azram adalah kakaknya. Bahkan mantan pacarnya, Adiba pun tak tahu akan hal ini. Nathan lah yang meminta Azram untuk merahasiakan ini. Azram yang notabennya memiliki sifat agamis sangat berbanding terbalik dengan Nathan. Jika teman satu sekolahnya tahu bahwa ia adalah adik Azram, bisa habis ia di hina dan di caci, pikir Nathan.
"Cepet nikah ya kak! Biar cepet keluar dari rumah" Sindir Nathan seraya berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya. Fandi yang melihat kelakuan anaknya tentu saja marah.
"Nathan! Jaga ucapan kamu!" Teriak Fandi sambil menatap Nathan dengan murka.
"Udah udah yah" Ucap Hana, istri Fandi sambil mengelus lembut punggung suaminya.
®®®
A
yah Adiba sudah di perbolehkan pulang ke rumah. Kini, Haikal sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton tv bersama istri dan kedua anaknya. Ruang keluarga sekarang di penuhi gelak tawa dari Adiba dan Farhan-kakaknya Adiba.
"Hahahahhahhaha"
"Whahahahahaha ngakak!" Tawa Adiba begitu nyaring dengan tangan kiri yang terus menepuk bahu kakaknya dengan kencang. Sedangkan Farhan asik tertawa sambil memukul meja. Salma-bunda Adiba- hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan kedua anaknya.
Tiba tiba layar tv yang menampilkan stand up comedy itu berubah menjadi hitam. Seketika itu Adiba dan Farhan menatap kesal Ayah mereka.
"Ayah kok dimatiin sih?! Siniin remote nya!" Kesal Adiba kemudian berniat merebut remote itu dari tangan Ayahnya.
"Udah ketawanya, kalo di terusin nanti ntar malam kamu pipis di kasur" Ucap Haikal yang membuat Adiba dan Farhan melongo.
"Ayah kira kita anak paud apa?!" Ucap Farhan tak terima yang di setujui Adiba.
"Ayah mau ngomong serius sama kalian" Seketika ruang keluarga menjadi sepi. Adiba dan Farhan mengatup mulutnya dengan rapat. Jika Ayah mereka sudah serius mereka akan diam, karena takut di marahi Haikal.
"Ayah akan menjodohkan salah satu di antara kalian berdua.." Ucap Haikal sambil menatap bergantian kedua anaknya.
"Dan setelah Ayah pikir, yang akan menikah adalah Adiba"
"Hah! Ini Adiba yang salah denger atau atau.." Adiba terkejut bukan main. Menikah muda bukan termasuk daftar hidupnya. Lagian ia juga belum sepenuhnya move on dari Nathan.
"Sebenarnya teman ayah punya tiga anak. Anak pertama laki laki umurnya 25 tahun. Yang kedua perempuan 20 tahun. Dan terakhir laki laki umur 18 tahun dan sekolah di SMA Cendikia, sekolah kamu"
"Gak mungkin kan Ayah nikahin Farhan yang umurnya lebih muda dari anak kedua temen Ayah? Umur Farhan kan masih 19 tahun. Dan kamu Adiba..." Ucap Haikal sambil menatap lurus Adiba.
"Yang harus nikah dengan anak pertama temen Ayah" Adiba sudah geleng geleng kepala mendengar penuturan Ayahnya. Pikiran Adiba sudah berkelana. Ia memikirkan bagaimana bisa menikah dengan orang yang tak ia dikenal sedikitpun.
"Dan kurang baik kalo kamu nikah sama yang seumuran, jadi kami memutuskan kamu untuk nikah dengan anak yang pertama" Tambah Salma yang diangguki Haikal.
Suasana ruang keluarga yang tadinya penuh suara gelak tawa kini senyap dan terasa memanas. Tak ada yang berniat untuk membuka suara. Hingga suara ketokan pintu membuyarkan lamunan Adiba. Salma sudah berdiri ingin berjalan untuk membuka pintu, namun ditahan oleh Adiba.
"Adiba aja yang buka pintunya" Ucap Adiba dengan sangat datar, membuat hati Salma seperti teriris. Ada sedikit rasa bersalah di benaknya.
Ceklek..
Adiba membuka pintu dengan perlahan. Ia berharap orang itu hanya salah alamat atau apa lah itu. Dirinya sedang tidak mood untuk menjamu tamu. Namun mata Adiba terbelalak melihat orang yang ada di depannya. Satu kata untuk orang di depannya, tampan!
"Assalamua'laikum maaf mengganggu malam malam"
Adiba tak bergeming. Ia seperti pernah melihat orang yang ada di depannya ini. Namun entah kapan dan dimana. Seperti tak mendapat respon orang itu mengucapkankan salam lagi dengan suara yang agak dinyaringkan.
"Assalamua'laikum"
"Ehh..oh anu waa'laikumussalam maaf cari siapa ya?" Jawab Adiba dengan tergagap gagap dan membenarkan jilbabnya yang sedikit berantakan.
"Hahahahahahah" Orang itu tertawa melihat tingkah Adiba yang menurutnya lucu. Adiba semakin melongo dibuatnya. Orang itu terlihat lebih tampan saat tertawa.
"Adiba itu siapa yang dateng? Kalo ada tamu itu di a..eh dr. Akbar?!" Ucap Salma yang kaget akan kedatangan dokter muda di depannya ini. Adiba yang mendengar ucapan bundanya menepuk jidatnya. Ia baru ingat orang yang ada di depannya ini adalah dokter yang tadi siang di temuinya. Penampilan Akbar sangat berbanding terbalik dengan saat pertama ia lihat. Sekarang Akbar memakai jaket biru serta topi abu abu yang melengkapi penampilannya.
"Dokter silahkan masuk, gak baik lama lama diluar entar masuk angin" Ucapan Adiba tanpa disadari membuat jantung Akbar berdetak lebih cepat. Tak bisa ia pungkiri, dirinya ada ketertarikan saat pertama kali melihat Adiba.
Anaknya lucu, perhatian juga Batin Akbar.
Bersambung...
Ikutin terus ceritanya plus jangan lupa vote..:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...