Assalamua'laikum readers!
Jangan lupa tinggalin jejak _^Maaf baru up hehe:)
Selamat membaca!Nathan berlari di sepanjang taman. Ia mengutari taman dengan dua es krim coklat ditangannya. Nafasnya terengah. Sudah ke tiga kalinya ia mengelilingi taman besar ini. Ia juga beberapa kali menabrak anak kecil hingga terjatuh dan menangis. Dan tentunya ia mendapatkan amarah dari orang tua sang anak. Tujuan Nathan hanya satu, mencari keberadaan Adiba.
Es krim ditangannya mulai leleh, akhirnya ia memberikan es krim coklat itu pada anak kecil yang sedang bermain ayunan.
"Pio! Kamu kemana?!" Teriak Nathan tak tertahan lagi. Ia sudah berlari kesana kemari mencari keberadaan gadis yang di cintainya itu.
*******************************
"Trus maksud bapak apa?" Tanya Adiba dengan nada rendah. Jangan sampai pikiran buruk Adiba menjadi kenyataan, kenyataan yang pasti akan mendatangkan masalah yang lebih buruk.
Azram tetap diam. Ia mendadak tak bisa melanjutkan omongannya sendiri. Seperti ada firasat akan terjadi sesuatu yang menyakitkan. Namun ego nya serasa mengalahkan semua pikiran pikiran buruk itu. Ia...harus jujur, apapun resikonya.
"Dia...adik saya"
Brakk!!
"Bapak jangan asal ngomong seenaknya!" Teriak Adiba seraya menggebrak meja dengan kencang. Azram juga sedikit terkejut dengan reaksi Adiba. Ia tidak menyangka gadis di depannya ini akan meledak ledak seperti sekarang.
"Saya pulang" Lirih Adiba kemudian meraih tasnya dan meninggalkan Azram sendiri. Azram tak mencegahnya, juga tidak mengatakan apa pun setelah itu. Ia berfikir Adiba sedang ingin menyendiri sekarang.
Setelah menghabiskan minumannya, Azram melihat jam yang berada di tangan kirinya. Dan ternyata hari sudah sangat sore. Tiba tiba melintas nama Adiba di benak Azram.
Bahaya gadis seperti dia pulang sendirian Batin Azram. Ia pun mengeluarkan dompet dan meletakkan beberapa lembar uang di atas meja kemudian berjalan ke luar cafe. Azram membenarkan posisi topinya dan bergegas memasuki mobilnya. Tujuan Azram saat ini hanya mencari Adiba dan mengantarkannya pulang.
***^~^***
Setelah melajukan mobilnya beberapa meter, Azram dapat menemukan keberadaan Adiba. Adiba ternyata tak berjalan begitu jauh, buktinya ia sekarang sedang duduk di sebuah halte yang hanya berjarak beberapa meter dari cafe. Azram bahkan hampir melewati halte begitu saja jika mata elangnya tidak menangkap seorang gadis yang masih berpakaian putih abu itu.
Hati Azram sedikit tersentil saat melihat kedua bahu Adiba yang bergetar dari kaca spionnya. Bisa ia tebak gadis itu sekarang sedang menangis.
Azram sedikit pun tak merasa bersalah akan itu. Ia fikir apa yang ia perbuat adalah yang terbaik. Ia bukan orang yang suka menyembunyikan kebenaran apalagi sampai berbohong. Tapi melihat Adiba yang semakin sesenggukan karena tangisnya, rasa bersalah itu pun sedikit timbul di benaknya.
Seperti tujuannya sebelumnya, ia akan mengantarkan Adiba ke rumah kediaman keluarga Haikal. Ia pun memundurkan mobilnya agar Adiba bisa melihatnya dan ia tak perlu berteriak untuk memanggil Adiba.
Namun rencananya pupus saat sebuah mobil tiba tiba berhenti di belakangnya, tepat di depan Adiba duduk. Azram pun segera mengerem mobilnya agar tak bertabrakan dengan mobil itu. Dan perlu diketahui, Azram sungguh tidak mengenali siapa pemilik mobil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Novela JuvenilAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...