»*'°°*°°'*«
Happy reading!
A
zram menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas berwarna merah. Mood nya sedang tidak baik hari ini.
Suara klakson dan deru mesin mobil membuat kepalanya serasa ingin pecah. Matanya bergerak menatap sekeliling. Hingga penglihatannya berhenti di satu titik."Ngapain dia disitu?" Gumam Azram.
Ia melihat Adiba yang sedang duduk di kursi belakang sebuah mobil, mobil yang sangat ia kenali. Dan lagi kaca mobilnya terbuka. Mobil Azram berhenti tepat berdampingan dengan bagian kursi belakang mobil Nathan. Beberapa detik pandangan Azram tertuju pada Adiba kemudian melirik mobil yang ditumpanginya. Dan tak salah lagi, memang benar mobil yang ditumpangi Adiba itu adalah mobil Nathan, adiknya.
Sedetik kemudian, Adiba mengalihkan pandangannya ke kiri membuat Azram bisa semakin jelas melihat wajah Adiba. Belum sempat Adiba menyadari kehadirannya, Azram buru buru menutup kaca mobilnya.
Tanpa sadar lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau. Azram tersentak, saat banyaknya suara klakson yang seperti tertuju ke arahnya. Tanpa banyak alasan, Azram melajukan mobilnya. Pikirannya berkata ingin pulang ke rumah, namun entah kenapa tangannya seolah tak sinkrok dengan otak. Tangannya tergerak untuk mengarahkan stir mengikuti mobil Nathan.
Tak berapa lama kemudian mobil Nathan berhenti di parkiran sebuah taman. Azram juga ikut memberhentikan mobilnya beberapa meter dari mobil Nathan. Azram dapat melihat sikap manis Nathan yang sedang membukakan pintu untuk Adiba. Entah kenapa ada sedikit kekesalan yang tumbuh di hatinya.
Azram melirik bangku belakangnya, kemudian mengambil hoodie dan topi hitam lalu memakainya. Tampilan Azram serba hitam sekarang. Perlahan ia turun dari mobil. Ia memakai kepala hoodie agar wajahnya semakin tak terlihat. Setelah dirasa cukup ia berjalan mengikuti Adiba dan Nathan dari belakang.
{°°*°°}
"Kenapa kesini?"
"Maaf ya kita kesini aja, soalnya aku bingung mau kemana, lain kali kita jalan jalan ketempat yang lebih rame" Jawab Nathan sambil menatap Adiba dengan rasa was was, takut gadis di sampingnya ini akan kembali merajuk. Adiba membalasnya dengan membulatkan mulutnya.
"O" Nathan tetap tersenyum meskipun balasan Adiba sedikit mengecewakannya. Sambil berjalan, Nathan perlahan menautkan tangannya di antara jari jemari Adiba. Adiba yang kaget, refleks menarik tangannya. Nathan menatap Adiba dengan tatapan bingung.
"Ada satu syarat lagi, lo gak boleh pegang pegang gue, inget itu!" Adiba melangkahkan kakinya meninggalkan Nathan yang masih mematung di tempatnya. Nathan menghembuskan nafasnya kasar kemudian berjalan dengan cepat untuk menyamakan langkahnya dengan Adiba.
Mereka mengelilingi taman tanpa berniat berbicara. Mungkin hanya Adiba yang seperti itu, sedangka Nathan terus berfikir hal apa yang ia ucapkan. Ia takut jika ia akan salah berbicara lagi, dan Adiba kembali marah padanya.
Setelah lelah, mereka memutuskan untuk duduk di kursi panjang taman. Taman yang sedang mereka kunjungi ini sedang ramai oleh anak anak dan tentunya orang tua anak anak itu. Mereka tampak bahagia dengan meniup balon gelembung atau sekedar berbincang hangat bersama. Senyum dan tawa dari anak anak itu membuat mood Adiba sedikit naik.
Es krim enak! Es krim enak! Emm..enak gitu loh!~
"Pio! Ada es krim tuh, aku beliin rasa coklat kesukaan kamu ya?" Nathan menatap Adiba penuh binar. Penjual es krim datang di waktu yang tepat, menurut Nathan. Belum Adiba menjawab, Nathan sudah berdiri kemudian berlari mengejar penjual es krim yang sudah semakin jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...