Adiba 13 : Lamaran dadakan

570 55 0
                                    

Vote dulu yaakk baru baca hehe:)

"Dibawah ada orang yang ngelamar kamu" Ucapan Salma terasa begitu menohok hati Adiba.

Wait! Wait! Siapa? Apa kenapa? Gue?! Kenapa tadi?! Dilamar?! Batin Adiba bergejolak. Ada apa dengan hidupnya saat ini. Ia sudah dijodohkan. Dan apalagi ini. Ia dilamar?, Siapa? Adiba terus bertanya tanya di dalam hati.

"Ngarang bunda ih!" Adiba berusaha tidak meyakini itu. Namun Salma kemudian menggeleng membuat Adiba memelototkan matanya. Tak ada kata kata yang bisa keluar dari mulutnya. Salma juga masih terkejut dengan kedatangan satu keluarga yang berniat melamar anaknya.

"Trus sekarang gimana?" Tanya Adiba dengan lirih. Jujur, ia bingung ingin melakukan apa saat ini.

"Sekarang ayah lagi ngomong sama mereka di ruang tamu, kamu mending ganti baju trus ikut duduk disana. Bunda sama ayah juga bingung mau gimana,  Bunda ke ruang tamu yaa nemenin ayah?" Adiba hanya mengangguk. Dirinya pun bergegas mencari pakaian yang cocok untuk malam ini. Akhirnya matanya jatuh pada gamis polos hitam kesukaannya dipadukan dengan pashmina berwarna coklat susu membuat penampilannya terkesan sederhana namun terlihat nyaman.

Adiba cukup penasaran dengan siapa orang yang melamarnya. Ia tak percaya bahwa ada orang yang berniat melamarnya. Dulu hampir semua laki laki men capnya sebagai cewek bar bar. Hanya sedikit orang yang berani menetap dihidupnya dan mengenal Adiba lebih jauh. Kesan pertama bertemu Adiba adalah jutek dan galak karena Adiba tahu ada yang datang dengan hati dan ada yang datang hanya untuk mengambil manfaat. Dan sifat itu juga akan terkuak saat orang yang disayangnya diganggu dan dicaci. Ia tak segan segan untuk melukai seseorang karena menganggu orang yang dicintainya.

Adiba menuruni anak tangga satu persatu dengan perlahan. Adiba menatap setiap langkah kakinya. Orang orang yang ada di ruang tamu masih tak menyadari kehadirannya. Begitupun Adiba, yang masih takut untuk menatap seseorang yang melamarnya itu. Entah kenapa hati Adiba merasa kalut.

Perlahan namun pasti Adiba menegakkan kepalanya. Namun detik itu juga orang orang yang ada di ruang tamu menyadari kehadirannya.
"Dok..dokter?!" Ucapan Adiba terbata bata. Sedangkan Akbar menyunggingkan senyum manisnya. Tak lupa dengan Nala yang terus melambai lambaikan tangannya. Sedangkan kedua orang tua Akbar hanya tersenyum ramah menatap Adiba.

Adiba masih tak bergeming di tempatnya. Rasanya ia ingin membalikkan badan dan masuk ke kamarnya lagi saking malu dan terkejutnya. Hingga suara Haikal membuat mulut Adiba yang menganga karena terkejut dengan cepat tertutup kembali.

"Adiba tutup mulut kamu" Ujar Haikal. Akbar dan Nala saling menatap kemudian terkekeh pelan membuat Adiba berkali kali malu dibuatnya.

"Ba, ayo sini turun" Tutur Salma. Adiba pun berjalan mendekati mereka kemudian duduk dengan perlahan di tengah tengah Haikal dan Salma.

"Bisa juga kamu milih calon istri" Ucap Ayah Akbar sambil menyeggol lengan anaknya. Akbar hanya tersenyum senyum malu. Nala yang juga ingin menggoda juga ikut berucap.

"Bang Akbar kan emang gak tahan sama yang manis manis, apalagi orangnya kaya yang onohh!" Goda Nala sambil menunjuk Adiba dengan dagunya.

Ekhemm

Deheman Haikal membuat suasana santai tadi berubah menjadi dingin. Mungkin hanya sebagian mereka yang merasakan lain dengan Akbar dan Adiba yang bertingkah tidak jelas karena merasa kepanasan.

"Jadi bagaimana pak Haikal, apa lamaran ini diterima?" Ucapan Ayah Akbar sama sekali tak dibalas Haikal. Ia terdiam. Sungguh saat ini ia sangat dilanda kebingungan yang besar. Sesekali ia melirik Salma, Farhan, dan kemudian anaknya yang saat ini dilamar. Haikal sangat melihat ada kecemasan di diri Adiba. Ia juga sulit untuk memutuskan sekarang. Akhirnya Haikal mengambil sebuah keputusan, keputusan yang ia rasa adil untuk semua orang. Baik untuk keluarga Azram dan Akbar, serta Adiba.

"Tiga bulan, beri Adiba waktu tiga bulan untuk memutuskan ini, lebih tepatnya setelah Adiba lulus SMA" Berbagai tatapan didapatkan Haikal. Keluarga Akbar menatapnya dengan sedikit kekecewaan. Dan Adiba yang mendengar itu sedikit merasa lega. Sedangkan Salma dan Farhan hanya saling diam.

"Ma..maksudnya om?" Bukannya Akbar tak paham maksud Haikal tapi  ia cukup terkejut dengan perkataan Haikal. Haikal juga sebenarnya merasa tak enak hati mengucapkan ini. Namun ia rasa ini adalah keputusan yang terbaik untuk saat ini.

"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Adiba sudah dijodohkan dengan anak sahabat saya. Saya juga tidak mau anak saya menikah karena terpaksa. Jadi saya harap beri waktu anak saya untuk memilih antara kamu atau anak sahabat saya" Ujar Haikal dengan tegas seolah tak menerima bantahan apalagi penolakan.

Adiba bahkan gak cinta sama mereka berdua yah, gimana bisa Adiba milih, Adiba suka sama..Nat..Batin Adiba. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. Membuang bayangan seseorang yang tiba tiba menghampiri pikiranya.

"Iya om, saya mengerti. Tapi izinkan saya untuk mengenal Adiba sedikit lebih jauh" Haikal hanya mengangguk mendengar ucapan Akbar. Tak bisa dibohongi, ia cukup kagum dengan lelaki yang meminang anaknya ini. Lelaki yang tenang namun bersikap tegas saat berbicara. Seorang dokter muda, tampan, agamanya baik, dan termasuk orang yang berada. Hampir tak ada celah buruk di kehidupan Akbar. Tetapi kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Sesempurnanya manusia pasti memiliki sisi buruk.

"Tapi ingat! Tetap jaga jarak" Haikal memperingati Akbar. Akbar mengangguk mantap. Ayah dan ibu Akbar cukup bangga dengan perilaku anaknya saat ini, tegas dan berwibawa. Ayah Akbar adalah pemilik rumah sakit tempat Akbar bekerja. Ayahnya selalu mengajarkan sikap tegas dalam mengambil sebuah keputusan dan ibunya yang selalu mengajarkan ketenangan saat dilanda masalah. Itulah yang menjadikan perilaku baik Akbar saat ini.

"Kalau gitu kami pamit pulang" Ucap Ayah Akbar yang diangguki Haikal. Mereka pun saling bersalaman dan bertukar senyum.

Setelah keluarga Akbar pergi dari rumah kediaman Haikal. Adiba langsung berlari kekamarnya. Ia langsung menyambar handphone nya dan mengirimkan beberapa pesan.

Adiba
Nala! Besok lo harus jelasin semuanya sejelas jelasnya! Jangan coba coba kabur dari gue!
20:48

Nala masih dalam perjalanan pulang kerumah setelah acara lamaran di rumah sahabatnya tadi. Hp nya berbunyi. Ada sebuah notif dari Adiba. Ia pun membukanya.

Mampus gue! Batin Nala begitu melihat pesan Adiba. Ia buru buru ingin membalas pesan Adiba tapi ia juga ia bingung ingin membalas apa.

Nala ceking
Y
20:50

Adiba
Dasar lo Nala ceking!
20:50

Adiba melempar hp nya sembarangan di atas kasur, kemudian merebahkan tubuhnya. Menarik selimut hingga bahu. Adiba terus bergerak mencari kenyamanan untuk tidur. Hingga mendapat posisi yang pas, dan setelah itu rasa kantuk menyerangnya. Ia mulai tertidur nyenyak dan menjelajah alam mimpi.


®®®







Bersambung?

Maaf ya kalo ceritanya gaje alias gak nyambung :v

Maklumin aja, aku juga masih  pemula yang masih perlu kritik dan saran ok;)





ADIBA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang