Masih ada yang nunggu Adiba gak ya?
(Aku apdet gara" ada yg minta, walaupun yg minta masih bisa diitung pake jari tangan. *inget! Jari tangan gak sampe jari kaki😂)
Vote yaa, biar makin semangat apdetnyaaa!
Segala sesuatu yang terjadi di part ini mohon diterima:v
Happy reading!
S
emua orang terkejut mendengar dentuman keras itu. Serpihan kaca berhamburan dimana mana. Dan ada satu hal yang membuat mereka meringis.
Seorang gadis dengan banyak goresan di wajahnya. Tak sedikit beling kaca yang tertancap di pipi tirusnya. Dan yang membuat orang orang meringis sebenarnya adalah mata Adiba yang terbuka. Dapat dipastikan beling kaca masuk ke dalam matanya.
Seorang pria datang menghampiri tubuh Adiba yang terkujur di atas panggung. Melangkah pasti tanpa peduli pecahan kaca yang bisa saja menembus sepatu hitamnya. Dengan nafas terengah, ia berlutut tepat disamping tubuh Adiba.
Sedikit mengangkat kepala Adiba untuk menaruhnya di pahanya. Dan membersihkan beling kaca yang ada sekitar gadis yang ia pangku.
Pria itu menatap semua tamu yang hanya berdiri menyaksikan dirinya dan Adiba. Rasa geram sudah membara di matanya. Menatap manusia manusia yang seperti tak memiliki akal sehat. Bahkan ada yang tanpa tau keadaan, mengarahkan kamera ponsel ke arahnya.
"TUNGGU APA LAGI?! CEPAT AMBIL AMBULAN!! INI BUKAN DRAMA!! DRAMA SUDAH SELESAI!!!" Teriak Azram menggelegar. Semua orang tersentak kaget mendengar itu.
Azram terus berusaha menyingkirkan beling kaca. Tangannya pun sudah penuh dengan darahnya sendiri. Tiba tiba, ada seseorang yang menepuk bahu nya. Refleks Azram menoleh ke sampingnya.
"Biar saya saja" Ucap Akbar.
"Siapa kamu?"
"Saya dokter" Akbar menunjukkan tanda pengenalnya. Tanpa menunggu balasan Azram, Akbar segera mengambil alih tubuh Adiba dan mengangkatnya.
•••••
"Woyy! Sadar lo! Aaelahhh!!" Nala terus mengguncang tubuh laki laki di depannya. Sudah tak terhitung kali berapa kali Nala berteriak. Berbagai cara sudah dilakukannya. Mulai dari menggelitiki pinggang laki laki itu sampai memencet hidungnya. Namun laki laki itu, masih setia menutup matanya.
Lain dengan Haiva yang terus menepuk nepuk tangannya di samping telinga laki laki itu.
"Sampe malam gelap gulita juga gak bakal dia nya sadar kalo lo cuma tepuk tangan gitu!"
"Ya terus diapain?"
"Bentar bentar" Nala mengambil minyak angin dari kotak p3k dan mengoleskannya di hidung Nathan. Dengan menahan rasa sabar yang luar biasa, Nala mengolesnya sedikit demi sedikit. Hingga Nala tak sabaran lagi, ia berniat menusuk lubang hidung Nathan dengan minyak angin saking kesalnya.
"Sabar Nal"
"Mau sabar gimana lagi hah?! Gue pengen nyusul Adiba!! Trus kenapa sekarang kita malah di UKS sama ni orang!!" Teriakan Nala yang amat kencang tanpa sadar membangunkan Nathan.
Nathan mengusap usap kepalanya yang masih terasa pusing. Tiba tiba sekelebat kejadian beberapa menit lalu teringat di kepalanya.
"JAWAB GUE!! DIMANA PIO SEKARANG??!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...