Tok tok tok
"Dek! Bukain pintunya"
"Masuk!"
Tok tok tok
"Masuk aja gak dikunci!"
Tok tok tok
"Sekali lagi lu ngetok gue getok pala lu bang!"
Akbar yang mendengar itu pun terkekeh. Ia kemudian membuka pintu dengan pelan. Akbar masuk ke kamar Nala sambil membawa nampan berisikan dua gelas jus jambu.
Akbar menaruh nampannya di nakas dan memandang punggung adiknya. Beginilah Nala, jika tidak menonton film action dapat dipastikan adiknya itu sedang bermain game di komputer.
"Nala, berapa kali udah abang bilang kalo sama yang lebih tua jangan pake gue-lo kesannya kayak gak-"
"Nyenyenyenyenye~"
"Nala"
"Lagian abang sih, Nala kesel kan jadinya" Balas Nala seraya memutar kursinya menghadap Akbar yang sudah duduk di atas kasurnya. Namun mata Nala menangkap sesuatu yang terlihat menyegarkan di atas nakasnya.
"Widihh! Enak tuh jus jambunya" Sindir Nala membuat Akbar yang mulai melamun kembali sadar."Eh iya nih minum, bagus buat kesehatan, dari pada kamu minum minuman yang di-" Akbar mengambil segelas jus dan memberikannya ke Nala.
"Di luar, mending kamu minum jus udah sehat seger lagi" Lanjut Nala yang sudah sangat hafal apa yang akan diucapkan kakaknya itu.
"Enek bang! Enek! Seharian minum jus, lama lama jadi kencing air jus Nala bang"
"Hahahaha ngawur kamu" Seketika tawa Akbar terhenti, raut wajahnya berubah sendu. Nala pun menyadari itu. Ia sangat mengerti jika abangnya itu sedang ada masalah dan tentunya membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.
"Cerita aja bang, sampe telinga Nala berasap juga pasti masih Nala dengerin kok" Nala meletakkan gelas jusnya yang sudah kosong melompong kemudian berjalan ke kasur dan ikut duduk di samping Akbar.
"Gak kok" Akbar malah membaringkan tubuhnya dan menatap langit langit kamar adiknya. Setelah itu kembali melamun dan melamun.
"Ch, udah ketahuan lagi galau bukannya cerita malah kayak orang bego" Sindir Nala membuat Akbar memelototkan matanya ke adiknya itu. Bagaimana bisa adiknya sendiri menyebutnya bego? Memang ucapan Nala ada benarnya, ia sendiri pun menyadari kalau dirinya sendiri sedang galau karena memikirkan seorang gadis.
"Oke!, kalo kamu maksa abang akan cerita" Akbar menghela nafasnya.
"Ch, udah waktunya abang turunin gengsi, eh tapi jangan terlalu turun juga entar malah-"
"Kamu mau dengerin abang cerita atau ngejekin abang?" Potong Akbar yang jengah dengan adik satunya ini. Tak ada hari tanpa ejekan sang ratu membully.
"Hehe, ok silahkan waktu dan tempat Nala persiapkan untuk curhatannya. Setengah jam lima puluh ribu yee bang! Ok fiks!"
Akbar menghela nafasnya lagi dan lagi. Setelah itu kata demi kata meluncur dengan lancar dari mulut Akbar.
"Kamu tau kenapa tadi abang pulang lama?"
"Kenapa? Banyak pasien?"
"Bukan"
"Trus?"
"Abang ketemu Adiba di halte dan dia nangis kenceng gak tau kenapa"
"Hah?! Lah terus abang apain Adibanya?"
"Abang sih gak ngapa ngapain, cu-cuma dianya la-langsung meluk gitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...