:)Kesadaran gadis itu perlahan muncul. Badannya terasa sakit. Ia mencoba membuka matanya. Namun yang ia lihat hanya kegelapan. Ia terus mencoba membuka matanya, berharap menemukan setitik cahaya terang.
Namun lagi lagi hanya kegelapan yang ia lihat. Ia mencoba melawan pikiran buruk yang tiba tiba menyerangnya. Gadis itu adalah Adiba.
Adiba menggerakkan tangannya untuk menyentuh matanya sendiri. Tidak ada yang salah. Matanya sudah terbuka. Namun kenapa hanya kegelapan yang ia lihat.
"Hikss..bunda!! Bunda dimana?! Hikss..Ayahh! Ka Farhan!! Hikss...Kalian dimana..?"
Semua orang yang dicari Adiba sebenarnya sudah berada di samping Adiba. Mereka hanya diam, tak mampu berkata kata. Namun Salma tak kuat untuk menahan tangisnya.
"Hikss.."
"Bunda..?"
Salma hanya mampu mengusap punggung tangan Adiba. Mendengar Adiba menyebut namanya pun, rasanya sudah sangat menyakitkan. Ia merasa gagal untuk menjaga anak gadisnya.
"Ini bunda kan? Bunda dimana? Kenapa gelap? Adiba gak bisa liat muka bunda" Lirih Adiba sambil mencari cari wajah bundanya dengan satu tangannya.
"Adiba.." Kini Farhan ikut bersuara. Setelah mendapat telfon dari Haikal bahwa Adiba masuk ke rumah sakit, ia langsung pergi meninggalkan kampusnya untuk melihat keadaan adik tomboy nya.
"Bang Farhan? Abang dimana?"
"Abang disini"
"Disamping kamu" Sambung Farhan lagi.
Haikal yang sedari tadi hanya diam, tiba tiba memeluk Adiba sangat erat. Berusaha menahan tangis, agar anak gadisnya tidak ikut merasa sedih.
"Ayah? Ini Ayah kan? Adiba tau ini bau parfum ayah"
"Kenapa semuanya diem? Bang Farhan nyalain lampunya! Adiba gak bisa liat apa apa" Adiba berusaha meyakinkan dirinya, bahwa tidak ada yang salah padanya. Namun kenyataan tak bisa dibohongi apalagi dibalikkan. Nyatanya setetes demi setetes air mata keluar dari matanya.
Mata yang tak bisa melihat indahnya dunia. Mata yang tak bisa lagi menikmati pemandangan apapun. Tak ada lagi suatu kebahagian yang bisa ia lihat dan kenang nantinya.
"Hikss..."
***•_•***
M
alam sudah tiba. Sinar matahari telah berganti dengan terangnya bulan. Keluarga Fandi sangat terkejut saat mengetahui hal yang menimpa Adiba. Mereka sedang bersiap untuk pergi ke rumah sakit tempat Adiba dirawat, terkecuali Nathan yang sampai saat ini pun belum pulang.
"Kak! Kak Azram!" Hanum berusaha menyadarkan Azram dari lamunannya.
"Eh iya kenapa?"
"Hanum yang harusnya nanya gitu ke kakak, kakak kenapa? Kok ngelamun?"
"Kakak cum-"
"Jangan bilang kamu mikirin apa yang kamu bilang soal Nathan tadi, sudah Azram gak usah dipikirin, mungkin itu cuma temennya yang iseng" Fandi memotong ucapan Azram.
Azram sudah bercerita soal gadis yang meminta pertolongan melalui handphone Nathan. Ia sangat khawatir sekarang. Namun Azram tak habis pikir, tidak ada satu pun yang memepercayai ucapannya. Mereka hanya menganggap itu hanya bualan dari teman Nathan.
Hal yang biasa, jika Nathan pulang malam bagi keluarga Fandi. Namun tidak bagi Azram untuk malam ini. Suara gadis itu terus terngiang dipikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...