Adiba 20 : Kenyataan 2

517 57 0
                                    

"Hm~" Adiba nampak sangat menikmati kuenya, ralat kue Azram. Sampai sampai ia tidak menyadari, bahwa ia juga menggunakan sendok bekas Azram. Sedangkan Azram hanya tersenyum tipis melihat itu. Ingat! sangat tipis.

Suka kue coklat ya? Gumam Azram di dalam hati.

Dalam sekejap kue Azram habis ditangan Adiba. Dan ada sesuatu lagi yang mengganjal di mata Azram. Di sekitar mulut Adiba penuh dengan cream coklat. Azram mengambil tisu kemudian mengarahkannya di depan wajah Adiba.

"Kenapa?"

"Belepotan" Jawab Azram singkat, padat, dan jelas.

"Oh" Setelah itu Adiba menutup matanya dan memajukan wajahnya ke depan, membuat Azram memundurkan wajahnya. Apakah Adiba berpikir Azram ingin membersihkan bibirnya? Pikir Azram. Azram sangat gugup saat nafas Adiba menghembus hangat di depan wajahnya. Ia kemudian refleks menempelkan tisu di tangannya ke mulut Adiba. Mungkin karena cream coklat, tisu itu menempel di bibir Adiba.

Adiba mendadak kaget dengan apa yang ia lakukan setelah kesadarannya kembali. Ia merutuki kebodohannya sendiri. Dengan pelan ia membuka mata dan memundurkan wajahnya.

"Emm.."

"Jangan lakukan itu lagi!"

Adiba mengangguk kemudian melepas tisu yang menempel dibibirnya dan menggunakannya untuk membersihkan cream coklat di bibirnya.

Suasana begitu awkward karena kejadian memalukan itu. Azram pun membuka pembicaraan.

"Jadi bisa kita bicarakan sekarang?"

"Bisa banget malah! Bapak gak usah pake nanya, saya udah penasaran banget ini! Kalo bap.."

"Kamu yang membuat saya tidak bisa bicara" Sindir Azram membuat Adiba mendadak diam dan mengatupkan mulutnya dengan cepat.

"Saya dulu pernah melihat kamu dan Nathan di lorong sekolah, kamu dan dia terlihat dekat tapi saya hanya mengacuhkannya"

Hah?! Apah?! Jadi Pak Azram ceritanya cemburu gitu?! Batin Adiba bekoar. Azram menghela nafasnya saat melihat mimik wajah Adiba. Gadis di depannya ini pasti sangat ingin membalas ucapannya.

"Saya tidak cemburu" Ucap Azram seolah mengerti apa yang ada di pikiran Adiba. Sedangkan Adiba buru buru menetralkan wajahnya. Sial! Ia sudah beberapa kali tercyduk oleh Azram hari ini.

"Dan saat saya menghampiri kamu, kamu bahkan mengira saya dia dan menyebut nama Nathan dengan keras" (Adiba part 2)

"Bapak masih inget?!" Adiba sudah tak tahan lagi untuk menutup mulutnya lebih lama.

"Saya tidak sengaja ingat"

"Trus kenapa nama saya lupa?! Nama panggilan saya cuma lima huruf, A D I B A !"

"Saya gak ada niat hafalin nama kamu"

Arggggggghhhhhh! Adiba sudah kesal bukan main dengan gurunya yang satu ini. Ia selalu dibuat kesal dengannya. Adiba menyedekapkan tangannya di depan dada. Dan membuang wajahnya dari hadapan Azram.

"Kamu kesal?"

"Tau!"

"Saya memang orang yang mengesalkan"

"Nyadar juga ternyata!"

"Kamu harus berlatih sabar sejak dini"

"Kenapa?!"

"Karena kamu akan jadi istri saya"

"OGAH!!" Teriak Adiba dengan keras membuat pengunjung lain menatap ke arah keduanya seperti di taman tadi. Bukannya Adiba akan baper seperti di novel novel, ia malah membalasnya dengan ketus.

Ih kenapa sih teriak teriak?!

Iya ganggu orang aja

Kenapa sih?

Orang pacaran lagi marahan kali

Masa sih? Orang cewenya pake baju sma yang satunya keliatan agak tua

Ayah sama anaknya mungkin

Om sama keponakannya kali ya?

Adiba mendadak tertawa kencang seperti orang gila saat mendengar cibiran pengunjung lain. Ia sama sekali tidak merasa tersinggung dengan itu.

"Hahahahaha! Ayah sama anak katanya, Hahahahahahah! Om sama ponakan Hahahahaha!"

Niatnya Adiba menggoda Azram dan membuatnya malu, namun ucapan Azram kali ini membuatnya lagi lagi menutup mulut dengan cepat karena malu.

"Jangan tertawa lebar, ada coklat di gigi kamu"

"Dimananya pak?" Tanya Adiba pelan dan tentunya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Hahahahahaha" Kini giliran Azram yang tertawa. Setelah melihat reaksi Azram, Adiba baru sadar kalau dirinya dibohongi. Bukannya marah, Adiba malah terpesona dengan wajah tampan Azram, apalagi saat tertawa seperti saat ini.

Adiba menepuk pipinya dengan keras, saat kesadarannya kembali datang. Ia tidak boleh jual murah di depan Azram.

"Kenapa kamu nampar pipi sendiri?"

"Trus bapak maunya nampar pipi siapa?! Pipi bapak?!"

"Jangan terpesona dengan wajah saya sekarang" Cukup sudah. Selain mengesalkan, Azram juga memiliki tingkat pede akut menurut Adiba. Baru beberapa menit saja berlalu, tekanan darah Adiba sudah naik dengan cepat apalagi saat dirinya nanti satu rumah dengan manusia seperti Azram. Mungkin pita suara Adiba akan rusak saking seringnya berteriak. Eh! Satu rumah?! Tidak, Adiba tidak akan menikah dengan guru mengesalkan itu.

"Bisa saya lanjutkan?"

"Hm" Adiba hanya berdehem. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menjawab ucapan Azram lagi. Agar pembicaraan nya dengan Azram cepat selesai dan ia bisa pergi meninggalkan Azram. Bahaya jika ia berlama lama dengan Azram. Bisa bisa Adiba meninggalkan mendadak hanya karena kelakuan Azram yang menjengkelkan.

"Dan yang kedua, saat kamu kecelakaan, Nathan menjenguk kamu kan? Saya berpapasan dengannya di lorong rumah sakit dan lagi Nathan orangnya sangat tidak suka dengan bau rumah sakit, dia hanya akan ke rumah sakit jika orang terdekatnya yang di rawat" (part 12)

Kenapa pak Azram tau hal itu, memangnya sedekat apa hubungan Pak Azram sama Nathan? Batin Adiba bertanya tanya. Dan kalau dilihat lihat lebih teliti wajah Azram dan Nathan terlihat sedikit mirip. Mulai dari bentuk hidung yang sama mancungnya. Dan rahang tegas yang terlihat serupa.

"Dan yang ketiga, kamu satu mobil dengan Nathan dan jalan jalan bersamanya di taman tadi" Setelah mengucapkan itu Azram diam.

Adiba masih bingung dengan arah pembicaraan gurunya yang satu ini. Adiba juga diam, menanti kalimat lebih jelas yang akan keluar dari mulut Azram. Namun Azram juga melakukan hal yang dengannya. Mungkin ini saat yang tepat untuk Adiba angkat bicara.

"Trus maksud bapak apa?" Tanya Adiba dengan nada rendah. Jangan sampai pikiran buruk Adiba menjadi kenyataan, kenyataan yang pasti akan mendatangkan masalah yang lebih buruk.

Azram tetap diam. Ia mendadak tak bisa melanjutkan omongannya sendiri. Seperti ada firasat akan terjadi sesuatu yang menyakitkan. Namun ego nya serasa mengalahkan semua pikiran pikiran buruk itu. Ia...harus jujur, apapun resikonya.

"Dia...adik saya"

Brakk!!

Kira kira gimana reaksi Adiba?
Gimana sikap Adiba kalo nanti ketemu Nathan?
Gimana kelanjutan hubungan Adiba dan Nathan?
Dan kelanjutan perjodohannya?
Hmm...

Tunggu update selanjutnya yo!
Jangan males/lupa vote:)

ADIBA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang