Kuy lah dibaca :)
Senduku karena rindumu
Mendengar teriakan Adiba, orang itu terlihat panik. Ia buru buru menyalakan lampu kamar Adiba. Ia melakukan itu dengan cepat, seolah sudah hafal seluk beluk kamar Adiba. Kemudian berlari ke arah Adiba dan menyekap mulutnya. Adiba yang saking takutnya masih berteriak dengan menutup matanya. Hingga ucapan orang itu membuat Adiba diam seketika dan membuka matanya.
"Udah jangan teriak, ini Atan"
"Nathan! Ngapain lo disini?!" Adiba dengan cepat menepis tangan Nathan yang menutupi mulutnya. Nathan menatap Adiba dengan tatapan sendu yang menyiratkan rasa rindu. Sedangkan Adiba menatapnya dengan perasaan yang berkalut. Hingga suara teriakan seseorang membuat mereka panik seketika, lebih tepatnya Adiba.
"Adiba! Kamu kenapa?! Ngigo ya?!" Teriak Farhan dari tangga menuju kamar adiknya.
Adiba yang sudah sangat panik mendorong Nathan menjauh dari hadapannya dan berdiri. Kemudian mendorong Nathan untuk menunduk. Nathan bingun apa yang akan dilakukan Adiba padanya.
"Udah lo sembunyi dulu di kolong kasur gue! Cepet!" Ucap Adiba seolah mengerti tatapan bingung Nathan. Nathan yang juga sedikit panik, mengikuti perintah Adiba dan mulai merangkap masuk ke bawah kasur Adiba.
Ceklekk..
Farhan membuka pintu. Ia meneliti setiap sudut kamar Adiba. Ia tahu bahwa adiknya mempunyai seorang pacar, tapi ia belum tahu kalau Adiba sudah putus dengan pacarnya itu. Farhan sangat membenci Nathan. Karena Nathan lah adiknya selalu pulang malam. Karena Nathan lah Adiba sering membantah ucapan orang tua mereka. Farhan menganggap semua kelakuan buruk Adiba dulu berasal dari Nathan.
Farhan yakin, ia tadi mendengar Adiba menyebut nama Nathan. Farhan menatap Adiba penuh selidik. Sedangkan Adiba menggigit bibir bawahnya, itu adalah kebiasaan Adiba saat sedang gugup. Dan Farhan tahu akan hal itu.
"Kamu ngomong sama siapa tadi?" Farhan memajukan kepalanya mendekat ke wajah Adiba sambil memicingkan matanya. Adiba sudah sangat gugup. Telapak tangannya sudah basah oleh keringat.
Pernah suatu hari saat mereka masih berpacaran, Nathan datang ke kamar Adiba, dengan memanjat tembok menggunakan tangga. Namun, itu diketahui Farhan. Farhan yang sudah sangat marah, menonjok Nathan habis habisan, sedangkan Nathan tak memberi perlawanan. Menonjok balik Farhan membuat citranya akan semakin buruk dihadapan keluarga Adiba. Dan entah kenapa Adiba tak ingin kejadian itu terulang lagi.
Adiba berpikir dengan keras. Entah kenapa rasanya, otak Adiba serasa tak berfungsi di saat genting seperti ini. Adiba menetralkan rasa gugupnya, kemudian berpikir lagi. Setelah berpikir seratus kali, akhirnya ada kalimat yang bisa keluar dari mulut Adiba.
"I..iya tadi Adiba ngigo, trus kebangun gitu, iya gi..gitu pokoknya" Adiba bersusah payah untuk meredam rasa gugupnya di hadapan Farhan.
"Yakin?" Farhan masih tak percaya dengan adiknya. Ia jelas jelas mendengar Adiba mengucapkan nama Nathan.
"Perasaan tadi abang denger kamu nyebut nama Nathan deh" Ucap Farhan penuh selidik.
"Apaan sih?! Orang udah putus kok" Entah kenapa kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Adiba membuat satu hati terasa sakit mendengar itu. Nathan semakin sakit dibuat Adiba. Hanya dengan kalimat itu, mampu membuat goresan kecil di hati seorang Nathan.
"Bagus deh kalo kamu udah putus sama dia, abang juga gak rela kalo dia nempel terus sama kamu kayak parasit" Ujar Farhan yang berubah menjadi santai seperti Farhan yang biasa dikenal semua orang. Tidak dengan Nathan yang amarahnya naik ke ubun ubun. Ia mencoba keluar dari kolong kasur Adiba. Kolong kasur Adiba tak setinggi yang dibayangkan Nathan sebelumnya. Membuat kepalanya terbentur bawah kasur Adiba dengan keras dan menimbulkan suara gebrakan.
Adiba yang mendengar suara itu berusaha tetap tenang agar tidak ketahuan Farhan.
"Bunyi apaan tuh?!" Farhan kembali berkoar setelah mendengar bunyi itu.
"Gak! Tadi ada Empus lari ke kolong kasur Adiba, mungkin kaget kali denger Adiba teriak" Farhan terlihat mengerutkan kening mendengar ucapan Adiba. Adiba kembali menggigit bibir bawahnya. Ia takut kalau Farhan tak mempercayai ucapannya. Terlebih lagi, suara tadi cukup keras hanya untuk seekor kucing.
"Apaan?! Empus pasti udah di masukkin ke kandangnya sama bunda. Yang melihara kucing kan bunda, gak mungkin kan Empus ada di kamar kamu, kamu kan takut kucing?" Serangan bertubi tubi di ucapkan Farhan membuat Adiba mati kutu. Salma memang memelihara seekor kucing yang diberi nama Empus. Dan Adiba selalu marah jika Empus masuk ke kamarnya, karena ia takut dengan kucing.
"Udah ah! Keluar sana gih, Adiba ngantuk hush hush hush!" Ucap Adiba sambil merebahkan tubuhnya di kasur dan mengusir Farhan dengan gerakan tangannya.
"Dasar kamu! Kamu kira abang binatang apa? Yaudah bye!!" Farhan perlahan berjalan ke arah pintu dan menutupnya dengan kencang. Adiba menghembuskan nafasnya lega. Akhirnya Farhan keluar juga dari kamarnya. Adiba pun bangkit, kemudian berniat menyuruh Nathan untuk keluar dari kolong kasurnya.
Nathan yang samar samar mendengar ucapan Adiba yang menyuruhnya keluar, segera menuruti perintahnya. Nathan yang terlalu bersemangat, melupakan sesuatu. Kepalanya terbentur lagi.
Setelah berhasil keluar dan berdiri, tak disangka sangka Adiba mengelus kepalanya yang tadi terbentur.
"Kenapa sakit ya?" Ucap Adiba tanpa sadar apa yang dilakukannya. Jujur, Nathan rindu saat Adiba memperlakukannya seperti ini. Sudah lama sekali dirinya tak merasakan elusan hangat dari tangan Adiba.
"Sorry" Adiba yang tersadar menarik tangannya dari atas kepala Nathan. Saking bahagianya Nathan tersenyum sangat lebar.
"Pulang!" Ujar Adiba yang berubah menjadi dingin. Senyum Nathan luntur seketika. Belum beberapa menit ia berlaku lembut kepada Nathan kini sikapnya berubah lagi.
"Aku kesini cuma mau minta maaf sama kejadian di warung kemarin, aku tau kamu gak bakal selingkuh di belakang aku" Nathan berucap dengan lirih. Mata Adiba sedikit buram karena air mata yang mulai tertampung di pulupuk matanya.
"Karena aku percaya kamu" Ucap Nathan lagi membuat tangis Adiba luruh tak tertahan. Nathan berniat memeluk Adiba, namun Adiba segera mundur beberapa langkah.
"Emang kamu siapanya aku?" Adiba berusaha tegar menghadapi ini semua.
"NATHAN!!" Teriak Haikal menggelegar seisi rumah. Suara itu bertepatan dengan suara pintu yang dibuka dengan keras.
Haikal memandang Adiba dan Nathan dengan amarah yang memuncak. Mungkin yang lebih marah disini adalah Farhan, karena sekarang ia menarik Nathan dengan nyalang keluar rumah keluarga Haikal.
Tangis Adiba semakin menjadi, saat Farhan melayangkan pukulan di pipi Nathan. Membuat robekan kecil di sudut bibir Nathan. Nathan hanya diam merasakan pukulan Farhan yang membabi buta.
"Pukul aja bang, kalo itu bisa ngebuat abang nerima aku untuk bisa disamping Sher..Adiba" Ucap Nathan yang hampir saja menyebut nama Sherly. Ia harus membiasakan diri untuk memanggil Pio dengan sebutan Adiba. Mungkin dengan menuruti sedikit keinginan Adiba bisa membuatnya di terima lagi untuk berada di sampingnya.
"Sampai kapan pun gue gak akan nerima lo! Mau lo sujud di depan gue kek! Lo cium kaki gue juga gak bakalan gue terima!" Farhan mengucapnya dengan nyalang, tentu dengan pukulan yang tak henti hentinya ia berikan pada Nathan.
"Bang! Hiks..udah bang, biarin dia pulang..hiks" Ucap Adiba di sela sela tangisnya. Salma sudah memeluknya dengan lembut sambil mengelus punggung anak perempuan satu satunya itu.
Haikal juga tak menghentikan aksi Farhan. Ia juga marah dengan Nathan. Cukup Farhan yang membalas semua amarahnya kali ini.
Setelah Farhan cukup puas akhirnya ia berhenti memukul Nathan. Ia menatap seluruh memar biru hasil pukulannya di wajah Nathan. Tak ada rasa bersalah sedikit pun di benaknya.
"Pergi! Sebelum gue berubah pikiran" Farhan membalikkan badannya. Namun ucapan Nathan membuat amarahnya kembali memuncak.
"Gak"
"Atan pulang!"
Semoga suka yaa!
Plis vote cerita ini biar semangat terus buat update:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...