Adiba 23 : Pupus

510 52 2
                                    

•***•

Waktu dan tempat untuk membaca dipersilahkan

***

"Sebenarnya Ayah saya pernah ingin menjodohkan Nathan dengan kamu tetapi dia menolak, saya juga tidak tau alasannya, akhirnya saya yang ditunjuk untuk dijodohkan dengan kamu" Setelah mengucapkan itu, petir tiba tiba berbunyi nyaring. Seolah sinkron dengan hati Adiba yang tiba tiba terasa berdenyut sakit. Ia tak mampu berkata kata. Tak ada yang bisa ia tanyakan, semua sudah jelas.

Adiba menarik kesimpulan bahwa Nathan hanya menganggapnya sebagai mainan.

Nathan, kalo lo anggep gue sebagai mainan gue juga bisa nganggep lo sebagai sampah!!

Adiba berusaha menahan air mata yang hendak meluncur. Semua sudah jelas. Tak ada lagi yang bisa dipertahankan. Semua terasa runtuh dalam sekejap.

Tadinya, ia sudah berfikir akan menjadikan Nathan sebagai jalan keluar dari perjodohannya. Ia juga berfikir untuk membawa Nathan ke rumahnya dan berbicara bahwa Nathan adalah calon suami yang ia pilih. Biarlah ia berfikir seperti itu, toh ia pikir mereka berdua saling mencintai dan akan berakhir dengan ikatan pernikahan. Namun nyatanya...

"Mungkin Nathan menolak karena dia be-"

"Saya pulang" Lirih Adiba tanpa mau mendengarkan omongan Azram, kemudian meraih tasnya dan meninggalkan Azram sendiri. Azram tak mencegahnya, juga tidak mengatakan apa pun setelah itu. Ia berfikir Adiba sedang ingin menyendiri sekarang.

Flashback off

Terdengar suara deru mesin mobil memasuki halaman rumah Adiba. Nala memarkirkan mobilnya dan segera turun. Ia mengetok rumah Adiba sambil mengucap salam. Meskipun sudah terbilang sering ke rumah Adiba, Nala tetap menjaga sopan santunnya.

Tak menunggu berapa lama, pintu terbuka, menampilkan bunda Adiba dengan raut wajah khawatirnya.

"Ta-tante kenapa?" Nala nampak terkejut melihat ibu dari sahabatnya yang satu ini. Sangat terlihat jika beliau sedang tidak tenang alias gelisah.

"Tolong tante ya nak, Adiba sepertinya lagi ada masalah. Dia pulang tau tau sudah nangis dan langsung lari ke kamar, dia juga belum makan" Lirih Salma, Bunda Adiba. Nala pun hanya bisa mengangguk dan tersenyum.

"Langsung saja ke kamarnya" Ucap Salma yang lagi lagi hanya dibalas anggukan oleh Nala.

***°*°***

Tok tok tok

"Ini gue sahabat lo tercintah! Cepetan buka! Jangan sampe gue berlumut cum-"

"Masuk aja Nal!"

"Iya, tapi ini gak bisa woy!"

"Kenapa sih?! Tinggal di dorong apa susahnya?! Kayak rumah lo gak ada pintunya aja!"

"PINTUNYA LU KUNCI ZEYENK!"

Ceklek

"AAAAAANNN-!!"

Adiba buru buru membekap mulut Nala yang sedang berteriak kencang. Bisa bisa kepalanya yang sudah hampir retak langsung pecah gara gara teriakan toa sahabatnya ini.

Sedangkan Nala berusaha menenangkan detak jantungnya yang hampir copot gara gara melihat wujud Adiba saat ini. Pencahayaan kamar yang remang remang serta wajah Adiba yang pucat ditambah matanya yang sedikit memerah membuat Nala terkejut bukan main.

ADIBA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang