Good morning/afternoon/night:)
"Maaf lama" Ucap Azram sambil membenarkan kancing jasnya. Adiba yang sedang minum pun hampir menyemburkan minumannya. Jika tidak ingat tempat, sudah pasti Adiba menyemburkannya saking terkejutnya.
"Kamu?!" Azram juga tak kalah terkejutnya. Murid yang ia kenal karena sering keluar masuk ruang bk, kini berada di hadapannya. Bukan lagi sebagai seorang murid melainkan calon istri. Azram tidak percaya dengan ucapan ayahnya kemarin. Inikah wanita terbaik yang dipilihkan Fandi untuknya?
Azram segera menetralisir rasa terkejutnya, kemudian duduk tepat di depan Adiba karena kursi itu memang disiapkan untuknya.
Beberapa pelayan datang mengantarkan berbagai macam makanan, kedua keluarga itu pun menikmati makanan yang tersaji di depan mereka. Berbeda dengan Azram dan Adiba yang mendadak tak nafsu makan.
Azram terus bertanya di lubuk hatinya. Apakah penikahan ini adalah jalan terbaik di hidupnya? Akankah semua orang akan bahagia dengan pernikahan ini? Jika benar, Azram rela menikah dengan gadis di depannya. Sampai suara seseorang membuyarkan lamunannya.
"Azram ayo di makan makanannya, Adibanya jangan diliatin terus, belum halal" Mendengar ucapan Hana-bunda Azram- semua orang yang ada di meja itu tertawa.
Aku ngelamun bundaa, bukan ngeliatin dia Batin Azram yang sebenarnya ingin ia ucapkan sekarang.
Adiba yang melihat semua orang tertawa, hanya tersenyum kikuk. Ia terus berusaha menghabiskan makanannya walau perutnya terasa mual.
Setelah semuanya menghabiskan makanan masing masing, Fandi membuka acara malam ini.
"Apa kabar Haikal lama tidak bertemu?" Ucap Fandi dengan senyum lebar yang membuat ujung matanya sedikit berkerut.
"Alhamdulillah baik, Azram?" Haikal juga ikut tersenyum kemudian menatap Azram. Azram diam. Fandi pun menyenggol tangan Azram yang duduk di sampingnya.
"Eh maaf iya alhamdulillah baik om Haikal" Jawab Azram tergagap gagap.
"Kamu masih ngajar di SMA adiba?"
"Maaf om, iya"
"Kamu gak ikut ngurusin perusahaan ayah kamu?"
"Maaf, Azram belum siap om" Saking gugupnya, Azram selalu mengatakan maaf saat berbicara. Hana yang tahu anaknya gugup segera memegang tangan Azram seolah memberi semangat pada diri Azram.
"Azram berhenti bilang maaf, kamu gak ada salah apa apa" Ucap Fandi yang mengundang gelak tawa orang orang. Sedangkan Adiba hanya menunduk sambil memilin ujung jilbabnya.
"Lucu juga ya calon adek ipar" Ucapan Farhan membuat Adiba menatap kakaknya dengan tatapan yang sulit diartikan. Farhan memang sengaja memanggil Azram dengan panggilan 'calon adek ipar', ia hanya ingin tau reaksi adiknya. Dan benar saja, Adiba menoleh ke arahnya. Farhan yang masih tidak puas pun kembali mengerjai Adiba.
"Calon adek ipar! Jadi kapan nih nikahan Adibanya?" Goda Farhan sambil mengedipkan matanya ke arah Adiba. Adiba yang sudah pasrah hanya menutup matanya, berharap acara malam ini cepat selesai.
Adiba membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah wajah datar Azram yang terlihat di buat buat. Ia yakin Azram sekarang bingung ingin menjawab apa.
"Secepatnya!" Jawab Azram dengan mantap. Mendengar ucapan Azram kedua keluarga semakin senang dan antusias membicarakan berbagai macam tentang pernikahan Azram dan Adiba. Sedangkan Adiba tak habis pikir dengan jawaban guru fisika yang terkenal killer di sekolahnya itu.
Haikal dan Fandi asik membicarakan perusahaan mereka, Salma dan Hana juga terlihat begitu antusias membicarakan pakaian, tempat, dan waktu pernikahan kedua anak mereka. Dan tak lupa Farhan dan Hanum yang mengobrol ringan mengenai kedokteran.
"Ayah, bunda, Adiba mau pulang" Ucap Adiba dengan lirih namun masih bisa di dengar semua orang yang ada di meja itu. Semua orang mendadak menatap Adiba. Adiba sudah masa bodo dengan itu.
"Ya? Plis Ayah" rengek Adiba.
"Om tau kamu pasti capek kan? Kamu boleh pulang asalkan dengan Azram" Ucap Fandi yang diangguki Haikal dan Salma.
"Sama Farhan ya Yah? Bun? Berduaan itu gak baik loh, nanti bisa tim.." Belum selesai Farhan berbicara, Ayahnya sudah memotong dengan cepat.
"Iya kamu ikut sana! Hanum kamu mending ikut mereka juga, biar kami yang urus pernikahan Azram dan Adiba" Hanum mengangguk mendengar ucapan Haikal. Mereka berempat pun pergi ke luar restoran menuju tempat parkir mobil Azram.
Adiba yang tidak fokus sudah lebih dulu duduk di samping kursi kemudi. Azram yang baru membuka pintu pun terkejut dengan kehadiran Adiba.
"Siapa yang nyuruh kamu duduk di depan?" Tanya Azram dingin. Hanum dan Farhan juga mendadak diam merasakan aura dingin di sekitar mereka.
"Bodo! Cepet anter pulang!" Ucap Adiba sudah sangat lelah lahir dan batin.
"Duduk di belakang, Hanum kamu duduk di depan" Adiba yang tak mau berdebat lebih panjang pun segera menuruti perintah Azram. Akhirnya mobil yang mereka tumpangi berjalan menjauh dari restoran.
Disepanjang perjalanan tak ada yang berniat berbicara, mungkin karena canggung ataupun lelah. Setelah hampir lima belas menit mobil Azram sampai di depan gerbang rumah keluarga Haikal.
Adiba yang sudah sangat lelah, langsung turun dari mobil Azram tanpa sepatah katapun. Satpam yang mengenali mobil Azram pun membuka gerbang hingga menampilkan rumah besar bernuansa eropa. Namun kegiatan itu terhenti saat Adiba mengucapkan sesuatu yang membuat Farhan agak sedikit tak enak dengan calon adik iparnya.
"Gak usah dibuka lebar lebar pak! Dia langsung pulang aja katanya!" Ucap Adiba yang sengaja dinyaring nyaringkan. Farhan yang sedang turun dari mobil Azram terkejut dengan ucapan adiknya itu.
"Maafin Adiba ya? Mungkin dia kecapean" Farhan menatap Azram dengan wajah tak enak. Azram berusaha menahan amarahnya, ia hanya tersenyum kemudian mengangguk.
"Kalau gitu kita pamit dulu"
"Assalamua'laikum" Ucap Azram dan Hanum bersamaan, kemudian di balas Farhan. Mobil Azram pun berjalan menjauh dari kediaman keluarga Haikal.
®®®
Adiba merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya, namun Adiba segera menepis rasa takut itu. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam. Adiba menarik selimutnya hingga bahu. Kemudian menutup matanya perlahan. Suasana rumah yang sunyi membuat Adiba mendegar suara sesuatu dari arah pintu balkon kamarnya.
Adiba berusaha menuju alam mimpi, namun suara itu kembali terdengar dengan frekuensi yang lebih nyaring. Adiba yang sangat terusik, menyibakkan selimutnya. Kemudian mendudukkan dirinya di ujung kasur.
Adiba menatap sekelilingnya dengan teliti. Hingga matanya berhenti pada bayangan seseorang di depan pintu balkonnya. Kebiasaan Adiba tidak menutup gorden pintu kaca balkonnya itu. Kamar yang gelap dan lampu balkon yang terang membuat tubuh orang itu tak terlihat sama sekali. Hanya bayangan hitam dari tubuh seseorang yang Adiba lihat.
Adiba yang masih terkejut, bingung ingin melakukan apa. Adiba melihat pergerakan dari orang itu yang terlihat sedang membuka pintu balkonnya. Adiba yang sudah tidak tahu ingin berbuat apa, berteriak dengan kencang membuat Farhan yang sedang menonton bola di ruang keluarga lantai satu tersentak kaget.
Mendengar teriakan Adiba, orang itu terlihat panik. Ia buru buru menyalakan lampu kamar Adiba. Ia melakukan itu dengan cepat, seolah sudah hafal seluk beluk kamar Adiba. Kemudian berlari ke arah Adiba dan menyekap mulutnya. Adiba yang saking takutnya masih berteriak dengan menutup matanya. Hingga ucapan orang itu membuat Adiba diam seketika dan membuka matanya.
"Udah jangan teriak, ini Atan"
Bersambung!
Kuy lah di vote :v
Katanya wp lagi error kan?
Mungkin lagi ada perbaikan atau semacamnya, kita do'a in aja semoga wp cepat balik kaya biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...