Aku sebenernya pengen banget namatin cerita ini😂
Tapi konflik nya aja belum mulai_•
Oke langsung aja
Selamat membaca!
Eittt! Klo ad typo bilangin!
•
•
•N
ala sedang pamit pada papa dan mamanya untuk pergi ke sekolah. Tapi sebelum itu, ia akan pergi ke rumah Haiva untuk suatu keperluan. Melihat itu Akbar langsung berlari kocar kacir keluar rumah. Nala dan kedua orang tuanya mengernyit bingung. Ada yang aneh pada Akbar di pagi hari yang cerah benderang ini.
"Kesambet apa tuh bang Akbar?" Gumam Nala.
"Iman abang kamu kuat, jadi gak mungkin lah dia kesambet. Kalo kamu yang kesambet wajar aja sih"
"Jadi maksud mama, Nala kurang iman gitu?!"
"Tuh tau" Balas mama Nala secuek bebek. Nala menghela nafas. Lebih baik ia segera berangkat ke rumah Haiva.
Nala memasang sepatunya, namun ada yang aneh. Ia seperti melihat ada bayangan seseorang dibelakang mobilnya. Ia buru buru mengikat tali sepatu dan berlari menghampiri itu.
"MALING LO YA?! DAS-BANG AKBAR?!"
Akbar berdiri dengan cepat. Untung saja apa yang ia lakukan telah selesai. Hampir saja ia tertangkap basah sedang mengempisi ban mobil adiknya sendiri. Kedua orang tua mereka berlari menghampiri dua kakak beradik itu, tentu karena mendengar teriakan Nala yang keras membahana.
"Eh! Ini kenapa lagi si ban mobil?! Kok kempes?!" Nala menendang nendang ban mobilnya. Kemudian mengalihkan pandangannya pada Akbar yang bergelagat aneh. Nala memicingkan matanya. Menatap Akbar penuh intimidasi.
"Maksud lo apa bang hah?! Main ngempesin mobil gue?! Gue telat gimana?! Hah!"
"Nala! Udah berapa kali mama bilang? Kalo sama abang kamu jangan pake gue-lo gitu"
"Ihhh mama! Belain aja trus! Mama gak liat ban mobil Nala dikempesin bang Akbar?! Nala sengaja menekan kata itu. Matanya melirik tajam Akbar.
"Benar itu Akbar?" Kini giliran sang papa yang buka suara.
"Tadi Akbar cuma lewat trus gak sengaja ngeliat ban Nala yang kempes gitu, aku juga gak tau kenapa, makanya tadi mau liatin bannya" Bohong Akbar. Jelas jelas ia yang melepas pentil ban dan mengempiskannya. Akbar mengutuk dirinya sendiri. Tadinya ia hanya berbohong pada Nala, tapi sekarang ia malah membohongi kedua orangtuanya juga.
"Tuh denger! Jangan nuduh orang sembarangan" Balas Mama Akbar dan Nala. Lagi lagi Nala hanya bisa menghela nafas. Tidak akan ada habisnya jika sudah memulai debat dengan sang Mama.
"Nala pamit!"
"Ehh mau kemana kamu?"
"Naik taksi lah, bye!"
"Tunggu! Kamu ikut abang aja, nanti sekalian pas pulang bareng juga"
"Oke!"
Yes! Berhasil!
"Tapi anterin ke rumah Haiva aja, entar ke sekolahnya bareng dia"
"Siap!"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...