Enjooooyyyyy!
Dengan penuh hati hati, ia berhasil membuka pintu itu. Yang pertama kali ia lihat adalah seorang gadis yang ia yakini seorang pelajar SMA karena memakai baju putih abu. Kepalanya bertumpu pada stir mobil. Bercak darah sudah ada di mana mana. Seragam putihnya sudah penuh dengan darah segar.
Dokter itu berniat membawa gadis ini dengan mobilnya menuju rumah sakit tempat ia bekerja. Ia pun mengangkat wajah gadis itu. Betapa terkejutnya ia, kala melihat orang yang beberapa waktu ini mengisi hatinya kini tak sadarkan diri dengan penuh luka dan darah akibat pecahan kaca.
"Adiba?!"
Akbar segera menetralisir rasa terkejutnya, kala melihat asap yang semakin berkabut. Ia mengangkat Adiba dengan hati hati menuju mobilnya. Keselamatan Adiba saat ini adalah yang terpenting.
Tepat setelah Akbar berhasil memasukkan Adiba ke kursi belakang, mobil Adiba meledak dengan bunyi yang membuat siapa saja berteriak kerena terkejut.
Akbar berlari menuju kursi kemudi. kemudian mencapkan gas dengan kecepatan tinggi agar bisa cepat sampai ke rumah sakit. Dan Adiba dapat segera ditangani.
Adiba tahan! Bentar lagi kita sampai Batin Akbar sambil sesekali melirik Adiba dari kaca mobil yang menggantung. Sudah sangat jelas Akbar menghawatirkan Adiba sekarang. Ia terus membunyikan klakson mobil agar semua orang memberi jalan untuknya. Tak sedikit dari mereka yang kesal dengan perbuatan Akbar.
Setelah sampai di rumah sakit, Akbar turun dengan cepat kemudian membuka pintu bagian belakang mobilnya menampilkan Adiba yang terbaring lemah di atas kursi.
Dengan sigap tiga orang berbaju putih disana memindahkan Adiba ke atas brankar. Kemudian mendorong brankar menuju ruang ugd. Setelah Adiba masuk ke ruang ugd, Akbar berhenti di depan pintu. Membiarkan Adiba mendapatkan penanganan terbaik dari orang orang yang memang sudah terdidik. Tugas Akbar saat ini adalah mengabari keluarga Adiba.
Untung saja Akbar sempat menyelamatkan barang berharga Adiba, seperti tas dan hp yang kini berada ditangannya. Dengan cepat Akbar membuka hp Adiba, yang untungnya tidak di kunci apapun.
Mata Akbar terhenti pada sebuah nomor bernama 'bunda'. Ia yakin bahwa itu adalah nomor ibu Adiba yang kemarin ia jumpai.
Tuttt..tuttt
"Assalamua'laikum Adiba, kenapa nelpon? Kamu ada di sekolah kan?"
"Waalaikumussalam, Maaf bu ini dr. Akbar yang kemarin"
"Ooh iya kenapa ya? Kenapa hp Adiba ada di tangan dokter?" Salma cukup terkejut saat suara laki laki yang menelponnya, terlebih lagi menggunakan hp Adiba.
"Adiba mengalami kecelakaan tunggal di perempatan jl. Cendana, sekarang pasien sedang mendapatkan penanganan di ruang ugd rumah sakit Mutiara Indah" Ucap Akbar dengan tegas, berusaha tetap tegar untuk mengucapkan ini. Salma sangat terkejut. Tanpa sepatah kata lagi, sambungan telefon terputus seketika.
Akbar masih setia berdiri di depan pintu ugd. Setelah beberapa saat seorang dokter keluar dari ruangan itu. Ia begitu terkejut dengan kehadiran Akbar di depannya.
"Akbar! Ehh bro, jangan bilang cewek di dalem itu adek lo ya? Si Nala bukan sih?" Tanya dr. Reynald dengan asal.
"Bukan elah, dia..dia.." Akbar bingung menjawab pertanyaan Reynald. Adiba memang bukan siapa siapanya, tapi Adiba seseorang yang berharga untuknya.
"Intinya bukan adek aku! Udah gimana keadaannya sekarang?! Kamu dokter bukan sih?!" Akbar sudah sangat khawatir dengan keadaan Adiba sekarang. Jika Nala tahu akan hal ini, mungkin dia akan diteriaki habis habisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...