"Abang! Kenalin nih sahabat Nala" Nala membuka suara membuat kakak Nala mengurungkan niat untuk menancap gas dan menoleh ke belakang. Adiba juga sangat penasaran dengan wajah kakaknya Nala."Adiba?!"
"dr. Akbar?!"
Ucap Adiba dan Akbar bersamaan. Mereka terkejut satu sama lain. Hingga suara Nala membuat aksi saling tatap diantara Adiba dan Akbar terputus.
"Loh kalian udah saling kenal ya?" Tanya Nala yang hanya diangguki Adiba dan Akbar. Akbar yang salah tingkah langsung menghadap ke depan lagi dan menancapkan gas.
"Abang!" Teriakan Nala membuat Akbar mendengus sebal. Sehari saja, Nala tidak pernah tidak berteriak. Membuat kepala Akbar pening menghadapi adik perempuan satu satunya itu. Tetapi ia begitu menyayangi Nala, karena Nala adalah teman curhat setianya.
"Apa lagi?" Tanya Akbar dengan sabar.
"Jangan bilang kalo orang yang kemarin abang ceritain it...!"
Ckiittt...
Ucapan Nala terhenti karena Akbar mengerem secara mendadak. Kepala Nala dan Adiba terbentur kursi di depannya.
"Maaf gak sengaja" Ucap Akbar dengan wajah khawatir, lengkap dengan keringat dingin di kepalanya. Hampir saja rahasianya terbongkar.
"Abang kenapa sih?! Sakit tau!" Nala mengelus dahinya yang terbentur cukup keras kemudian melihat Adiba yang melakukan hal sama pada dahinya.
Akbar menancapkan gas nya lagi. Membuat Adiba dan Nala terhunyung ke belakang. Belum sempat Nala protes lagi, Akbar dengan cepat memotongnya.
"Sekali lagi kamu ngomong, abang tabrakin mobil kamu ke tiang listrik" Ancam Akbar membuat Nala mengatup mulutnya rapat rapat juga menggeleng dengan cepat. Adiba hanya cekikikan melihat tingkah kedua kakak adik di depannya. Tanpa di sadari sebuah senyum tipis terbit di bibir Akbar.
"Abang ganteng" Rengek Nala yang dibalas deheman oleh Akbar. Sedangkan Adiba baru tau kalau Nala agak manja bersama kakaknya, sangat berbeda dengan Nala yang terkenal jutek di sekolah.
"Makan dulu yuk laper nihh, Adiba juga laper katanya, kan? kan? kan?" Ucap Nala sambil mengedipkan matanya ke arah Adiba. Adiba yang mengerti pun mengiyakannya.
Dasar! Batin Adiba.
"Iya"
"Yaudah mau makan dimana?" Balas Akbar dengan lembut. Biasanya Akbar akan menolak permintaan Nala. Membuat Nala berusaha mati matian menahan tawa. Jujur ia masih tak percaya bahwa orang yang diceritakan kakanya tadi malam adalah sahabatnya sendiri.
Nala janji bang bakal dukung abang buat deket sama Adiba! Mungkin ini juga baik buat Adiba bisa ngelupain Nathan secepatnya Batin Nala.
Setelah melihat jajanan di pinggir jalan, akhirnya mereka memilih batagor untuk mengganjal perut. Akbar keluar dari mobil diikuti Nala dan Adiba. Keduanya duduk berhadapan dengan Akbar.
Nala mengangkat tangannya memanggil penjual batagor. Bapak itu pun menghampiri meja mereka.
"Batagornya tiga pak, pedes semua! Sambelnya lima sendok kalo bisa!" Ucap Nala yang sengaja di nyaring nyaringkan.
"Jangan!" Sarkas Adiba dan Akbar bersamaan. Nala sebenarnya hanya ingin mengerjai Akbar. Ia tau betul Adiba dan Akbar sama sama tidak tahan pedas.
Yes berhasil! Hahaha..rasain tuh bang!" Batin Nala bersorak ria.
"Cieee...ngomongnya barengan, jodoh kali yaa?" Goda Nala sambil menaik turunkan kedua alisnya. Adiba hanya tertawa garing. Sedangkan Akbar sudah gelagapan membuang muka, membuat Nala tertawa terpingkal pingkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...