"Itu dia kan? Cewek itu siapa?" Adiba terus memicingkan matanya. Mata Akbar tak sengaja melihat raut aneh di wajah Adiba. Adiba seperti sedang memerhatikan sesuatu dengan serius. Akbar yang penasaran, mengikuti arah pandang mata Adiba.
Ada seorang laki laki bersama seorang wanita berhijab di depan mereka. Namun sayangnya Akbar hanya melihat wajah laki laki itu, sedangkan perempuan dihadapannya hanya terlihat punggungnya.
"Adiba, memangnya mereka kenapa?" Tanya Akbar sontak membuat Adiba terkejut dan buru buru menatap kearah lain. Nala mengangkat kepalanya. Dan ikut menatap Adiba.
"Gak kok, bukan siapa siapa" Jawab Adiba sambil menggelengkan kepalanya cepat.
"Udah udah lanjut aja makannya" Sanggah Adiba begitu melihat Nala yang ingin melihat sekeliling.
Gue gak salah lagi! Itu pak Azram sama cewe, tunggu aja gue laporin lu pak biar kita gak jadi nikah!Hahaha Adiba tertawa jahat di dalam hati. Akhirnya ia bisa menemukan titik terang untuk menggagalkan perjodohan antara ia dan Pak Azram.
Adiba diam diam membuka hpnya dan menangkap beberapa gambar sebagai bukti. Untung saja Pak Azram tidak menyadari kehadirannya. Karena tempat duduk di depan mereka kembali di isi dengan pembeli lain.
Adiba segera menghabiskan makanannya melihat piring Akbar dan Nala yang hampir licin. Setelah semua selesai makan. Adiba dan Nala disuruh Akbar untuk masuk lebih dulu ke dalam mobil dan ia akan membayar makanan mereka tadi.
"Jadi kan ke danau nya?" Tanya Nala begitu Akbar masuk ke kursi kemudi. Akbar pun hanya mengangguk kemudian menjalankan mobilnya.
Setelah perjalanan hampir setengah jam, akhirnya mereka bertiga sampai di danau yang diminta Nala. Di samping danau ada taman. Juga banyak penjual kerajinan tangan dan minuman dingin. Banyak pengunjung lain yang datang kesini. Mungkin sekedar melepas penat ataupun liburan bersama keluarga dan kekasih.
"Eh kita keliling danau yuk pakai perahu itu!" Ajak Nala sambil memegang tangan kiri Akbar dan tangan kanan Adiba. Lebih tepatnya berada di tengah tengah mereka.
"Ayok aja sih" Jawab Adiba sambil melirik Akbar. Akbar yang ditatap Adiba pun akhirnya mengangguk. Mereka bertiga berjalan mendekati perahu perahu yang ada di pinggir danau. Mereka naik ke perahu itu. Bapak pemilik perahu itupun menyalakan mesin perahu dan mulai menjalankannya.
Perahu mulai menyusuri indahnya pemandangan danau. Suara desiran air sangat terdengar dari mesin perahu. Juga burung burung yang melengkapi keindahan danau.
Tapi tiba tiba mesin air perahu mati. Membuat Adiba dan Nala yang asik memotret menghentikan kegiatannya.
"Kenapa pak?" Tanya Akbar.
"Ada sedikit yang rusak, tapi tenang aja mas gak lama kok, saya benerin dulu" Ucap Bapak itu dengan sedikit tak enak hati pada penumpangnya. Akbar hanya membalas dengan senyuman.
"Untung cuma rusak mesinnya, bukan perahunya yang kebalik, kan kasian sama yang gak bisa berenang" Ucap Nala dengan menekan tiga kata di akhir ucapannya seperti menyindir seseorang. Tak lupa dengan lirikan mengejek yang mengarah ke abangnya sendiri.
"Gue bisa berenang kok" Ucap Adiba seolah merasa Nala mengucapkan itu untuknya.
"Gue juga tau kok lo bisa berenang, yang gak bisa berenang tuh si bang Akbar" Ucapan Nala kali ini benar benar merusak image nya di depan Adiba. Akbar hanya membalasnya dengan deheman. Segera menetralisir rasa kesal terhadap adiknya itu.
"Masa sih? Dokter kan tinggi trus keliatannya juga..ehh maaf hehe gak jadi" Adiba merutuki mulutnya yang tak bisa di kontrol. Sifat nyinyir tiba tiba kumat.
Astaghfirullah...
Adiba melihat Akbar yang diam. Mungkinkan Akbar marah padanya? Tersinggung? Adiba terus bertanya tanya di dalam hati.
"Sstt..Nala abang lo marah yaa sama gue, kok tiba tiba diem?" Bisik Adiba tepat di telinga kanan Nala.
"Hallah gak mungkinlah bang Akbar marah, apalagi sama lu, ya kan bang?" Jawab Nala yang sangat nyaring hingga Akbar menatap keduanya. Akbar sebenarnya malu, ia berusaha memasang wajah sedatar datarnya. Tapi wajah datarnya malah terlihat seperti wajah kesal di mata Adiba.
"Ekhemm..i.." Ucapan Akbar terpotong dengan suara mesin perahu. Akhirnya mereka kembali mengelilingi danau. Pepohonan pinus yang mengelilingi danau membuat mata semakin sejuk untuk memandang.
"Wiih bagus banget" Puji Nala terhadap pemandangan yang ia lihat. Dan tak lupa memotret untuk kesekian kalinya. Adiba juga melakukan hal yang sama seperti Nala. Sedangkan Akbar tak henti hentinya memuji sang pencipta yang membuat pemandangan secantik ini.
"Subhanallah, bukan 'wihh bagus banget' " Nasihat Akbar. Adiba dan Nala hanya cengengesan kemudian mengucapkan kalimat itu bersama sama dengan pelan.
®®®
Setelah puas mengelilingi danau, mereka bertiga berjalan jalan di taman tepat di samping danau. Dan jangan lupa Nala yang asik mengobrol sendiri di tengah tengah Adiba dan Akbar.
"Iih ada gulali, beli yuk!" Ajak Nala yang begitu antusias melihat penjual arumanis dengan berbagai warna yang menggoda.
"Gak, itu manis banget Nal. Kamu lupa? Papa punya diabetes, diabetes itu bisa menurun ke anaknya. Bisa mencapai lima puluh persen lebih berbahaya. Tadi kan udah makan masakan padang. Kamu mau punya penyakit kolestrol sama diabetes ya? Kamu tuh ha.."
"Ssstttt...iya iya gak jadi pak dokter" Sarkas Nala sambil mengarahkan telunjuknya di depan mulut Akbar menyuruh untuk abangnya itu berhenti berbicara.
°°°
S
udah menjadi rutinitas di keluarga Haikal, setelah makan malam mereka akan duduk santai di ruang keluarga. Entah itu nonton tv bersama, ataupun sekedar berbincang hangat. Dan kesempatan ini digunakan menjalankan misinya. Misi menggagalkan perjodohan antara ia dan 'guru killer itu'.
"Yah, bunda!" Semua orang mendadak menatap Adiba, tak terkecuali Farhan. Ia tak boleh salah bicara sedikitpun kali ini. Karena ini menyangkut masa depannya. Masa depan yang ia bayangkan mungkin akan dengan mudah roboh hanya karena perjodohan itu.
"Emm..ekhem ekhem!" Adiba berdehem dengan keras. Sedangkan wajah mereka semakin datar.
"Mau ngomong apa sih?!" Farhan ikut bersuara.
"Jadi gini, tadi kan Adiba makan di rumah makan padang, truss..Adiba ngeliat sesuatu dan...ekhem..jadi" Adiba berbicara dengan pelan. Membuat Haikal, Salma, dan Farhan semakin di buat penasaran.
"Adiba ngeliat...pak Azram sama cewek lain" Akhirnya Adiba dapat menyelesaikan perkataanya.
Glek
Adiba memperhatikan satu persatu wajah mereka. Dan ternyata raut wajah mereka sama. Raut wajah yang menurut Adiba sangat menjengkelkan. Raut wajah yang seolah tak mempercayai perkataannya barusan.
"Ppfffttt..."
Bersambung
Makasih banyak buat kalian yang masih baca cerita ini dari awal. Aku yakin pasti banyak kritik dan saran buat cerita ini. Maaf kalo ceritanya kurang memuaskan atau rada gak nyambung. Maaf hehe:v
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIBA
Teen FictionAda kalanya kamu menangis dalam keheningan seolah mencurahkan isi hati pada gelapnya malam, dan ketika terbangun bantalmu masih basah. Ada kalanya ketika kamu ingin menyerah, frustasi akan segala sesuatu yang memberatkan langkahmu. Ada kalanya kam...