Adiba 10 : Marah

615 59 3
                                    

"Pergi! Sebelum gue berubah pikiran" Farhan membalikkan badannya. Namun ucapan Nathan membuat amarahnya kembali memuncak.

"Gak" Farhan sudah mengangkat tangannya ingin menonjok wajah Nathan lagi. Namun teriakan Adiba membuat tangan Farhan berhenti di atas angin.

"Atan pulang!" Hanya dengan dua kalimat yang keluar dari mulut Adiba itu mampu membuat Nathan tunduk seketika.

"Pengecut lo!" Umpat Farhan setelah motor Nathan hampir tak terlihat lagi oleh jarak. Adiba menatap kepergian Nathan dengan sendu. Ia pun membalikkan badannya dan berlari menuju kamarnya. Adiba yakin setelah ini kedua orangtuanya dan tentunya Farhan akan menginterogasinya. Setelah masuk ke kamranya, Adiba tak lupa mengunci pintu. Juga menutup pintu balkon dan gordennya hingga tertutup sempurna.

Adiba membanting tubuhnya ke atas kasur. Ia langsung menyambar hpnya yang berada di atas nakas dan buru buru membuka aplikasi whatsApp. Kemudian mengirim beberapa pesan ke grup chat sahabat sahabatnya.

The Adhala

Adiba
Gue pengen cerita
01:15

Adiba
Pliss gue butuh kalian
01:15

Adiba
Dateng ke rumah gue ya? Gue tunggu
01:15

Nala ceking
Gi*a lu ya?! Gak liat ini jam berapa
01:16

Nala ceking
Ganggu gue nonton film lu ah
01:16

Adiba sedikit kecewa dengan balasan Nala. Namun ia juga baru ingat kalau sekarang sudah pukul satu dini hari. Ia yakin Haiva juga pasti sudah tidur di jam ini.

Nala ceking
Gue paham kok, besok gue bakal pasang telinga lebar lebar buat dengerin cerita lo! Ok bye!
01:18

Adiba
Hehe maaf:v
01:18

Adiba menutup matanya perlahan. Berharap bahwa semua ini adalah mimpi dan ketika terbangun semuanya akan baik baik saja. Namun kenyataan seolah menamparnya. Kenyataan yang begitu menyakiti hatinya.

Adiba masih sedikit terisak. Ia mencoba menutup matanya perlahan. Air mata kembali meluncur meski mata Adiba tertutup. Seberapa pun Adiba mencoba menahan, air mata itu tetap keluar tanpa bisa dicegah.

Rasa rindu bercampur dengan rasa marah. Hatinya begitu rindu, namun otaknya selalu mengelak. Ia bangun dari tidurnya. Kemudian berjalan ke arah lemari besar berisikan barang barang berharganya.

Adiba membuka lemari itu. Yang pertama kali ia lihat adalah boneka panda besar yang seukuran dengan tubuhnya bahkan lebih besar. Boneka yang diberikan Nathan saat perayaan satu tahun mereka pacaran. Adiba mengambil boneka itu kemudian membawanya ke atas kasur.

Ini terakhir kalinya Batin Adiba sambil memeluk boneka besar itu. Adiba menutupi dirinya dan boneka itu dengan selimutnya. Hujan mendadak turun, namun Adiba merasa hangat karena memeluk boneka besar itu. Sebelumnya Adiba memang selalu tidur dengan boneka itu. Namun setelah putus dengan Nathan, Adiba menaruh boneka itu di lemari besar miliknya.

Air mata mulai berhenti turun bertepatan dengan hujan yang kian lebat. Gelapnya malam serta lebatnya hujan menjadi saksi bisu rapuhnya tubuh Adiba. Hujan yang seolah mengerti agar suara tangisan Adiba meredam bersamaan dengan lebatnya air hujan. Malam yang memberi ketenangan pada setiap orang yang resah akan bisingnya kenyataan dunia.

ADIBA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang