Di Kamar kos..
Lana nampak sibuk main PS, sendirian, tak lama ada 2 paper bag yang langsung mendarat dihadapannya. Lana terkejut dan sudah bersiap untuk membuka mulutnya, menceramahi orang yang dengan seenak dengkulnya mengganggu aktivitasnya, namun ucapan orang itu membuatnya kembali menutup mulutnya.
"Itu buat lo." Lana mengerutkan keningnya.
"Dari lo?" Tanya Lana tak percaya.
"Bukan. dari Jennie sama orang yang tadi malem abis lo tolongin" Lana berfikir sejenak kemudian ber-oh ria. Dia dapat menebak langsung siapa orang yang tadi malam ditolongnya.
"Apaan tuh?"
"Mana gue tahu! buka aja sendiri! oh ya Jennie ngucapin maaf soal insiden Mie ayam sama cola itu. terus juga...orang yang lo tolong nitip salam makasih."
"Hmm.." Gumam Lana, tak begitu tertarik dengan apa yang diucapkan Ferdi. dia sibuk memandangi dua paper bag yang memiliki motif berbeda tersebut.
"Nggak apa-apa nih gue buka?" Ujar Lana yang nampak ragu, jujur dia masih merasa kesal dengan 2 orang yang memberinya 2 paper bag itu.
"Hadehh! rezeki itu nggak boleh ditolak! kalo nggak mau buat gue aja sini." Sahut Ferdi jengkel. sembari mencoba mengambil paper bag dihadapan Lana. tapi justru Lana menepis tangan Ferdi.
"Enak aja lo main samber-samber!"
"Daripada lo anggurin! nunggu lo mikir tuh, sama kayak nungguin Burung Onta mau terbang"
"Emang burung Onta bisa terbang?" Ferdi menepuk jidatnya sendiri. rasanya ngomong sama Lana itu butuh asupan sabar yang banyak.
"Ck! buruan lo buka! sebelum gue yang buka dan gue loakin semua!" Cetus Ferdi dongkol.
Lana bergumam tak jelas, dan akhirnya bersedia membuka paper bag itu meski dengan berat hati. Pertama kali dia buka yang bermotif batik dari Lina. Saat melihat isinya dia sempat shock sampe tak berkedip.
"Dapet apaan sih kok sampe gitu amet?"
Lana menunjukkan pada Ferdi isinya, yang ternyata adalah sepatu mahal yang limited edition. dan emang lagi diincar sama Lana, tapi sayangnya dia telat, dan kehabisan stock.
"Sumpah Bro! Gila! ini sepatu inceran gue banget bro! Sumpah nih orang kayaknya punya indra kesepuluh nih!" Pekik Lana heboh. emang Lana kalau udah dihadapin sama yang namanya sepatu, dia bakalan heboh, dan lupa akan jati dirinya sendiri. Sementara Ferdi cuma bisa geleng kepala.
"itu sepatu dari orang yang lo tolongin" Jelas Ferdi kemudian. Lana cuma manggut-manggut dengan terus memperhatikan sepatu tersebut.
Setelah puas mendewakan sepatu tersebut, Lana mengintip paper bag dari Jennie, yang berisi sebuah jam tangan cewek berwarna coklat, Hoodie, dan sebuat dompet.
ada selembar kertas biru muda yang terselip diantaranya.
Dengan berat Lana membuka dan membacanya.
Dear Lana
Maafin gue udah mutusin lo secara sepihak. Gue merasa begitu bodoh karena nglepasin cowok sebaik lo. Dan diri lo yang sekarang bikin gue makin ngrasa bersalah. Lan, lo boleh benci gue, anggep gue nggak adapun gue rela. Tapi please... Jadilah Lana yang dulu.Jujur alesan gue ninggalin elo karena bokap gue. dia maksa gue buat mutusin elo karna bokap lo adalah saingan bisnis bokap gue. dia marah besar sama gue Lan.
Lan? Lo maukan maafin gue? Kalo nggak juga nggak apa-apa kok. yang penting sekarang gue merasa lebih baik karena bisa jelasin semuanya ke elo biarpun cuma lewat coretan-coretan ini.
Oh ya, itu barang-barang dari lo gue balikin. gue nggak bisa nyimpen itu, karna itu bakalan buat gue makin sulit lupain lo.Mm.. gue doain deh biar lo cepet-cepet dapetin pengganti gue yang lebih baik, dan pastinya nggak ada hubungan bisnis sama ortu lo. :)
Udah itu aja dari gue..Jangan terlalu mengekang diri, apalagi mencoba menepis jati diri lo sendiri. itu nggak baik Lan. Gue tahu lo cowok baik, bukan cowok yang keras dan kasar, seperti kata temen-temen.
Just Be yourself Lan..
Goodbye..
From:Me
Lana berdecih kemudian menghembuskan nafas kasar. lalu dengan indahnya dia meremas kertas itu dan melemparnya keluar jendela. Ferdi yang melihat itu menjadi bergidik ngeri, apalagi ditambah dengan ekspresi horror Lana.
"lo nggak apa-apa kan Lan?"
"nggak" Sahut Lana datar.
kemudian dia kembali mengambil stick gamenya, dan bermain PS tanpa kata dan tanpa ekspresi. Ferdi yang merasa penasaran, mulai melirik isi paper bag dari Jennie. kemudian dia langsung mengusap wajahnya kasar dan menghela nafas.
"Dia balikin barang dari lo?"
"Hmm"
"lo kecewa?"
"Nggak"
"Terus barang yang dia kasih, lo kemanain?"
"Buang"
"WHAT?!! SUMPAH!!" Pekik Ferdi tak percaya dengan ulah Lana yang main buang-buang barang seenak dengkulnya.
"Udah dari dulu kali. gue buang. itu aja mau gue buang." Sahut Lana enteng dengan tetap sibuk main PS.
"HAH?!!"
"Apa? Gak terima lo, gue buang barangnya?" Ferdi cuma bisa geleng-geleng dengan mengelus dada.
"Segitu bencinya lo sama dia?"
"Nggak."
"Ya Allah ampunilah dosa teman Absurd hamba ini!" Do'a Ferdi dengan keras berharap yang dido'ain peka, dan nggak jadi membuang barang Jennie, tapi yang dido'ain cuma memasang wajah tanpa dosa dengan tangan dan pandangan yang masih serius akan PS yang dimainkannya.
"Untung lo temen gue, kalo nggak, udah gue buang lo ke kutub utara!" Pekik Ferdi jengkel, sebelum masuk kedalam kamar mandi yang terletak di dalam kamar tersebut.
Sementara Lana, jangan ditanya, dia masih setia dengan stick game ditangannya, dengan ekspresi datarnya.
***
Disisi Lain ..
Nampak Jennie tengah duduk santai dengan dua teman ceweknya di sebuah cafe. Tapi, dari ekspresinya dapat dilihat Jennie sedang tak mood minum, karena dia cuma mengaduk-aduk Es Moccacinonya, tanpa meminumnya.
"Jen? Gimana kabar hati lo sekarang?" Cibir gadis berwajah bule, tapi terlihat judes itu.
"Baek Kei" Jawab Jennie datar.
"Kirain udah loncat-loncat, karna abis ketemu mantan terindah." Cibir satu lagi gadis berkulit sawo matang dengan rambut pendek yang dikuncir. Jennie tak merespon cibiran itu, dia cuma memasang wajah tanpa ekspresi sedari tadi.
"Heh Jen? Kok lo gitu amet sih? Masih ngarep lo sama dia?" Selidik Keina gadis berwajah bule tadi.
Jennie menggeleng pelan.
"Ya iyalah, lo nggak ngarep! orang lo yang mutusin dia 'kan?" Ceplos Sara gadis berkulit sawo matang tadi dengan entengnya. yang sukses mendapat pelototan tajam dari Keina. Sara cuma memasang tampang tembok. Sementara Jennie cuma menghela nafas berat.
"Gue punya alesan mutusin dia. dan sekarang gue nyesel sama keputusan gue." Jelas Jennie sendu.
"Jangan plin plan Jen!" Tegur Keina.
"Gue cuma bilang nyesel, nggak bilang mau balikan." Ungkap Jennie dengan perasaan kalut. di satu sisi, dia masih menyimpan perasaannya pada Lana. Namun, di sisi lain, Jennie tak mungkin menjilat ludahnya lagi, dan dia masih punya harga diri sebagai cewek.
"Tapi kalo diliat dari sikap mantan lo, dia kayaknya udah nggak ada rasa sama lo." Lagi-lagi Sara mencetuskan kata-kata yang membuat Keina kembali melototinya.
"Hati orang, siapa yang tahu Sar? lo kok jadi macem cenayang gini sih?" Celoteh Keina jengkel dengan Sara yang asal jeplak.
"Apaan sih kei! gue ngomong serius tahu, gue kasih tau ya Jen. Kalo udah mantan, ya Jangan dikejar! Jangan diarepin! yang ada lo bakalan sakit kalo liat dia udah bener-bener berpaling dari lo! Lo tuh kayak nggak tahu cowok aja Jen! Kalo Putus, ya Udah! BYE BYE!" Cerocos Sara bak kereta dengan muka serius. Keina dan Jennie terbungkam.
"Kayaknya yang dibilang Sara, ada benernya. Gue harus buang jauh-jauh perasaan ini!" Tekad batin Jennie meskipun ada sedikit rasa berat.
***
Keesokan harinya...
Lana berangkat sangat pagi, bahkan dia sampai meninggalkan Ferdi yang biasanya nangkring motornya.
Di parkiran umum, Usai memarkir motornya, dia menyebrangi jalan dengan cepat, dan kini dia telah berdiri didepan gerbang sekolah. Dia melirik jam tangan hitamnya. yang menunjukkan pukul 06.30.
Hingga dia memilih untuk berkelok menuju cafe yang terletak disamping sekolahnya. Disana keadaan masih agak sepi, hanya ada pelayan, dan beberapa anak kuliahan, kalo dilihat dari jas yang dipakeknya.
"Lana ya?" Sapa seseorang yang tiba-tiba duduk disampingnya. Lana mengerutkan keningnya. dia merasa asing dengan cewek itu.
_________________________
NEXT => :)
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST (Between Us) [Complete]
Fiksi Remaja"Aku mempercayaimu dengan sepenuh hatiku, tapi kau malah menghempaskan kepercayaanku dengan menghilang dari kehidupanku tanpa sebab" Lana awalnya adalah seorang yang displin, fair dan humoris, namun usai kepercayaannya dinodai oleh kepergian seseora...