Empat

10 4 0
                                    


"Thanks"  Ucap wanita itu datar.

Lana berdecih.

"kalo nggak niat bilang 'Thanks', nggak usah sok-sokan bilang 'Thanks' segala deh! mending lo hemat suara lo buat jadi toa masjid" sindir Lana ketus. jujur saja Lana masih kesel sama wanita itu yang tadi siang neriakin dia, padahal niatnya baik mau tanggung jawab.
"apaan sih?" Timpal wanita itu jutek.
Lana memutar bola mata kesal dan memilih untuk meninggalkan wanita jutek tersebut.
"Hey! Tunggu!" cegah wanita itu, saat menyadari ada yang tak beres dengan telapak tangan Lana yang nampak menitikkan beberapa tetes darah. Namun Lana tak merespon dan tetap melenggang santai menuju motornya diparkir. Wanita itu mengambil langkah cepat meskipun sedikit tertatih. Dia mencekal tangan Lana dengan erat, hingga Lana menatapnya nyalang.
"APAAN LO PEGANG-PEGANG!" Sentak Lana tiba-tiba yang membuat wanita itu membulatkan matanya dengan sempurna.
"Bodoh! Gue Cuma nggak mau punya utang budi sama lo!" Timpal wanita itu ketus.
"Ck, utang budi apa? Gue buru-buru, kalo mau balas budi besok aja, ato lusa. Bye.." Sahut Lana kesal dengan melepas cekalan wanita itu, dan berjalan cepat menuju motornya, setelah menerlantarkan tas jinjing wanita itu ketanah. wanita itu menghela nafas berat, usai memungut tasnya, dia langsung mencegat sebuah taxi.


***


Wanita itu telah sampai, di depan sebuah rumah bergaya klasik tapi mewah. dia masuk kedalam dengan langkah malas, hingga sesampainya didalam rumah dia membantingkan diri diatas sofa, dan menghidupkan televisi setelah menghembuskan nafas kasar.
"Lina? sudah pulang? mana pesenan mama tadi?" Tanya seorang paruh baya itu ramah dengan duduk disamping Lina. Lina langsung menepuk jidatnya sendiri.
"Aduh ma, sorry lupa, Besok deh Lina janji bakalan Lina beliin!" Ucap Lina dengan tersenyum paksa. dia masih jengkel akan kejadian barusan.
"Kok bisa lupa, bukannya udah kamu tulis di memo?" Selidik mamanya Lina heran. Lina langsung menghela nafas panjang, teringat akan kejadian tadi.
"Lina abis kecopetan ma, untung ada yang nolongin. Jadinya Lina buru-buru pulang. dan gak beliin mama cumi bakar." Jelas Lina dengan memelas.
"Kecopetan? tapi nggak ada yang ilang kan?"
"Nggak ma"
"untung deh kalo gitu" Sahut Mama Lina lega, tapi masih ada yang mengganjal dalam fikiran Lina. "Besok gue harus nyari dia, gue yakin dia anak jaya bangsa" Tekad Lina dengan menggangguk mantap.
"Hey Lin!" gertak mamanya yang membuat lina gelagapan.
"Ya ma, ada apa?"
"Ngapain ngangguk-ngangguk gitu? mikirin apa sih?" Tanya Mama Lina heran.
"Ahh,, itu ma, cuma mikir ngasih apaan sama orang yang nolongin Lina" ceplos Lina.
"Emang kamu kenal?" Lina cuma nyengir kuda, kemudian menggeleng pelan.
"Tapi Lina tau kemana harus nyari dia, mama inget tadi Lina yang cerita abis keserempet motor?"
"Inget, emang kenapa?"
"Dia orang yang barusan nolongin Lina ma." Kisah Lina serius. Mama Lina terkejut sebentar, sebelum tersenyum jahil.
"Ehm! jangan-jangan jodoh nih, sehari aja sudah ketemu 2 kali"
Seketika itu Lina mendengus kesal.
"Ihh.. Mama!! Mustahil itu Ma! IMPOSSIBLE pakek BANGET! nggak mungkin aku jodoh sama Brondong, apalagi nyebelin kayak dia!" Tepis Lina dengan penuh penekanan. yang membuat sang mama cuma terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya.


***


Lana pulang kekosan, dengan telapak tangan yang sudah terbalut kain kasa putih, kemudian dia langsung berjalan menuju kamarnya, melewati Rama , Ferdi dan bu kos yang lagi streaming film Calon Bini.
Bu Kos yang menyadari Lana sudah masuk kamar langsung teriak macem toa. 
"HEY! EZA! MASUK-MASUK NGGAK SALAM! MAIN NYELONONG AJA! NGGAK ADA SOPAN-SOPANNYA!"
"IYA! IYA! ASSALAMU'ALAIKUM BU KOS YANG BAIK!" Teriak Lana dibalik pintu kamarnya. tanpa menunjukkan batang hidungnya.
"Ya nggak gitu juga kali Za! sini bentar! tante mau ngomong!"
"Ogah! gue capek!!"
"EZA! SINI NGGAK! MAU TAGIHAN KOS ELO GUE NAIKIN!" Seketika itu pintu kamar Lana terbuka dengan keras. dan keluarlah Lana dengan wajah horrornya. kemudian duduk di kursi samping bu kosnya.
"Ada apa sih Tan?" Tanya Lana jutek. dia benar-benar capek gara-gara kejadian tadi.
"Lo dari mana aja tadi?" Tanya Bu kos, yang emang suka bicara Lo-gue-an padahal usianya udah berkepala 4.
"Main!"
"Main apaan? sampek tangan diperban gitu?" Ucap Bu kos tajam, yang membuat Ferdi dan Rama menelan ludah susah payah. Ferdi bahkan sampek mematikan televisinya.
sedang Lana dia nampak santai, tak ada ekspresi takut, ataupun tegang.
"ada yang kecopetan, ya aku tolongin." Jelas Lana jujur. 
"gue nggak percaya, lo pasti main-main ketempat nggak bener 'kan?" Tuding bu kos.
Lana berdecak kesal. kemudian berdiri dari tempat duduknya.
"Mau kemana lo? gue belum selesai ngomong?" Cegah Bu Kos serius.
"Kalo mau nyeramahin aku, besok aja ya tan? aku capek. kalo tante masih nggak percaya, besok aku ajak tante ketemuan sama copetnya." Ujar Lana lelah.
"Ck, nggak perlu, gue percaya dah sama lo! nggak lucu kalo gue ketemuan sama copet? Apa kata suami gue entar? Bisa kena Talak Tilu gue!" Cerocos Bu kos tanpa titik koma. Lana cuma menghela nafas, dan berlalu begitu saja, kembali memasuki kamarnya. Rama dan Ferdi yang sedari tadi jadi penonton cuma bisa menggelengkan kepalanya.


***


Keesokan harinya...jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.30, Lina sudah bersiap dengan setelan celana Jeans biru, dan blouss navy, dia menguncir kuda rambut panjang lurusnya, dengan menenteng sebuah paper bag bermotif batik, dia keluar rumahnya. tak lupa kunci mobil yang selalu setia menemaninya kemanapun pergi. Usai menghidupkan mesin mobilnya dia tancap gas menuju sebuah rumah sederhana, tapi elegan. Lina menunggu didepan gerbang rumah tersebut, dengan mengirim chat di WA.

Me:Sell, buruan kedepan rumah. gue tunggu!

Send

SellyMar:

Iya, bentar napa! nggak sabaran amet lo jd org!

Read

selang beberapa detik, keluar Selly, yang memakai celana berwarna hitam, dan kemeja cewek lengan pendek warna grey. dia menggerai rambut sebahunya yang bergelombang. wajahnya nampak jutek, bahkan sampai dia masuk kedalam mobil Lina, dia masih cemberut.

"Sel, bantuin gue dong.." Pinta Lina memelas.

"Apaan?" Tanya Selly jutek, dia benar-benar masih jengkel akan Lina yang mengganggu istirahatnya.

"Anjir! jutek amet si lo! sekarang aja kok swear, besok-besok gue nggak bakalan deh ganggu waktu bocan lo!" Mohon Lina dengan wajah memelas,

 "Lo nggak kasian, sama kaki gue yang masih sakit ini." sambung Lina mellodramatis. padahal dalam benaknya, dia cuma males aja ngliat wajah orang yang nolongin dia alias Lana. karena dia masih jengkel akan sikap sok anak itu.

"Ck, nggak usah bacot, buruan mau minta tolong apa?"Lina nyengir tanpa dosa dan menyodorkan paper bag pada Selly.

"ini lo kasiin sama anak sma yang kemarin nyerempet gue."

"Apa?!! Demi apa coba? lo ngasih orang yang nyerempet elo hadiah? Eh, Lin, sebenernya yang sakit tuh kaki lo apa kepala lo sih? Aneh banget tau nggak!" Celoteh Selly histeris.

"hadeh, tinggal ngasih doang ribet amet sih lo! gue jelasin nih ya, tadi malem tuh anak abis nolongin gue. sebagai warga indonesia yang baik, gue mau ngasih gift ini ke dia." Terang Lina panjang lebar. 

Selly nampak datar-datar saja, dan hanya ber-oh ria.

"kok oh doang sih. nih ambil, terus kasiin ke dia."

"kasih tau alamatnya dulu, kalo nih paketan nyasar gimana?" Sahut Selly enteng.

"Gue nggak punya alamatnya, gue cuma tahu dari seragamnya kalo dia anak Jaya Bangsa" Jelas Lina santai, yang membuat Selly melotot tak percaya kearah Lina.

"Gila Lo! Jadi ceritanya lo nyuruh gue nglilingin tuh sekolah cuman buat nyariin tuh anak, yang bahkan lo nggak tahu siapa namanya itu!" Pekik Selly tak terima."Kalo kayak gitu, mending lo sendiri aja, gue ogah!" Tolak Selly mentah-mentah.

"Gue tahu kok namanya dari name tagnya. please sell tolongin ya...! ya? ya?" Mohon Lina dengan penuh harap. 

Selly menghela nafas dalam-dalam, baginya kalau Lina sudah memohon atau minta tolong tak ada yang bisa menolaknya. Karena dia akan terus memohon sampai yang diinginkannya diiyakan.

"Ok! ok! siapa namanya?" Serah Selly meskipun agak berat.

"Reza siapa ya... lupa gue, mm.. Reza .. Maulid? eh bukan, aduh siapa ya?" Lina nampak berfikir keras akan nama orang yang dimaksudnya. lagi-lagi Selly menghela nafas. jengah dengan sahabatnya tersebut.

"Gue inget, Reza Maulana! iya itu namanya!" Sebut Lina mantap. 

"Gimana? lo mau kan nolongin gue Sell?" Sambung Lina dengan wajah memohon.

"Hm" gumam Selly malas.

"Ikhlas kan?"

"Iya." Lina menyunggingkan senyum lebarnya. Lalu menyerahkan kunci mobilnya pada Selly, sementara Lina memilih untuk naik gojek kesuatu tempat.


__________________________________________________________

Next Guys!! :) =>


TRUST (Between Us) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang