Delapan Belas

6 3 0
                                    

"Please hold me tight, Sist! I'm really need you"

~Anonim

***

Hari-hari Lina menjaga stannya di Bazaar, seperti cobaan tersendiri baginya. Karena kehadiran sosok Lana yang selalu mengganggunya.

Hingga suatu hari, 1 hari sebelum bazaar itu berakhir..

Lina tengah sibuk mengantar pesanan ke beberapa meja, hingga sampai di meja Lana, disitu Lana nampak sibuk bermain game surfing di ponselnya.

"Nih pesenan lo" Ucap Lina datar, dengan menaruh pesanan Lana keatas mejanya.

"Thanks" Ucap Lana dengan tetap sibuk bermain game. Namun tangannya nampak menepuk-nepuk kursi disampingnya. 

"Duduk disini deh mbak! Gue mau cerita sesuatu sama mbak." Suruh Lana dengan tetap menatap layar ponselnya.

"Cerita apaan? Gue masih banyak kerjaan"

"Ayolah mbak! Nggak rame-rame amet juga. lagian 'kan masih ada Mbak Selly. Please ya mbak! gue butuh temen cerita nih." mohon Lana dengan tampang sok melasnya.

Lina memperhatikan beberapa meja di cafe yang nampak lengang itu. Linapun menuruti kemauan Lana, dan duduk di kursi sampingnya.

'Sekali-kali gue turutin aja nih anak, itung-itung amal!'

Lana tersenyum lebar namun dia nampak terdiam. tak langsung bercerita, hingga membuat Lina kesal sendiri.

"Lo bilang mau cerita? kok malah bengong sih?" Dengus Lina sebal. Lana nampak cengengesan.

"Sorry mbak, masih mikir." Ujar Lana polos.

"Kebiasaan amet lo, mau apa-apa mikir dulu! Lama pula mikirnya!" Protes Lina, yang hanya ditanggapi kekehan saja oleh Lana.

"Ok..Ok! gue mulai nih ya mbak." Awal Lana dengan mendekatkan jarak kursinya, ke kursi Lina, hingga tak ada jarak diantara kedua kursi mereka. Lina sempat terhenyak, ingin rasa dia berteriak seperti biasanya. tapi umaptan-umpatan itu seakan terhempas oleh detakan-detakan tak beraturan di jantungnya.

"Gini mbak, gue 'kan temenan sama cewek ya mbak?"

"Iya, terus?"

"Terus dia bilang ke gue, kalo dia bakalan nunggu gue sampe suka sama dia. mulut gue rasanya pengen banget ngusir dia, dan nyuruh dia jauhin gue. Tapi.. Hati kecil gue kayak ngomong gini 'Udah deh Lan! terima aja! Ngapain lo masih mau ngejar orang yang udah punya pacar! Mending lo sama dia yang udah jelas-jelas suka sama lo! Cinta itu masalah waktu Lan! jangan tunggu sampe' dia diambil sama orang lain!' gitu mbak! Menurut mbak, gue harus gitu nerima dia jadi cewek gue?" Jelas Lana panjang lebar. Lina mendengarkan itu dengan seksama sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Liat dulu anaknya emang serius ato nggak sama lo! cintanya tulus ato nggak sama lo! jangan main terima-terima aja!" Saran Lina yang disahuti anggukan mantap dari Lana.

"Ok mbak, terus gimana caranya gue ngilangin perasaan gue sama orang yang terlanjur gue suka dan punya pacar itu mbak?"

"Yaa.. kalo itu, mending lo tepis jauh-jauh perasaan itu. nggak baik tahu jadi orang ketiga!"

"Meskipun gue minta temenan aja sama orang itu? tetep Nggak boleh?" Ujar Lana serius.

"Kalo pacarnya orang yang lo sukain orangnya open-ended, ya nggak masalah sih." Jelas Lina santai. Lana ber-oh-ria sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Lo nggak apa-apa emang cerita itu ke gue? Lo nggak takut kalo entar cerita lo bocor?" Tanya Lina heran akan keterbukaan Lana padanya.

"Masa bodoh! Mau bocor kek! Mau banjir kek! Yang penting gue punya tempat curcol yang pas! Kalo gue cerita sama Ferdi, entar gue malah diketawain sama tuh anak alay!" Terang Lana dengan santainya. Lina ber-oh-ria kemudian terkekeh kecil.

'Ternyata nih bocah tengil lucu juga.'

"Eh mbak, ngomong-ngomong Bang Al mana ya? Kok nggak pernah keliatan?"

"Dia ketua BEM, jadi sekarang sibuk-sibuknya ngurusin ini itu. Kan mau dies natalis kampus." Jelas Lina.

"Kapan-kapan gue mau nyamperin Bang Al."

"Ngapain lo nyamperin dia segala?" Tanya Lina heran.

"Ehm! Kepo nih!"

"Ya iyalah! gue nggak mau entar ada apa-apa sama lo!" Ceplos Lina, karena Lina tak ingin terjadi kesalah pahaman nanti antara Al dan Lana.

"Hidihh! Sekarang pake acara khawatirin gue segala lagi! jadi terhura gua dah!" Timpal Lana dengan senyum jahilnya.

"Apaan sih! orang gue cuma nggak mau Al salah paham." Sanggah Lina sewot. Lana malah terkekeh geli.

"Ngapain harus salah paham mbak, orang nyamperin doang, nggak ngajak berantem." Sahut Lana enteng.

"Iya juga sih." Ucap Lina dengan nyengir kuda.

Tiba-tiba ponsel Lana berbunyi, tanda ada chat masuk. Lana membukanya.

Anak Dugong:

Lan? Lo dimana? Gue bawain makanan buat lo!

Read

Me:

Lo kasiin Ferdi aja dulu. Entar gw mkn.

Send

Anak Dugong:

Ok! Emang lo dmn sh?

Read

Me:

KEPO!

Send

"Dari siapa?" Tanya Lina kepo.

"Yang gue ceritain barusan. anak yang suka gue." Lina ber-oh-ria.

"Emang siapa sih orang yang lo sukain? Adik kelas?"

"Senior" Jawab Lana datar.


"Anak kelas 12 berarti dong"

"Nggak"

"Terus siapa coba?" Tiba-tiba Lina punya rasa kepo yang cukup dalam.

"Kamu" Jawab Lana enteng. Tapi mampu membuat mata Lina terbuka lebar.


"Hah?!" Pekik Lina kaget akan ucapan spontan Lana, yang bahkan memakai bahasa 'aku-kamu'.

'Gila nih bocah'

Seketika itu tawa Lana meledak yang membuat Lina bingung melihat keanehan Lana. Hingga lanjutan ucapan Lana mampu membuat Lina mendengus kesal.

"Nggak usah sampe sebaper itu kali, orang gue cuman bercanda. Mana mungkin gue suka sama Kuntilanak! Gue masih normal kali!" Sambung Lana dengan tetap terkekeh geli.

Lina langsung menempeleng keras kepala Lana.

"Dasar Genderuwo lo!" Timpal Lina kesal. Lana cuma nyengir tanpa dosa dengan mengelus-elus kepalanya.

"Mbak mau nggak jadi kakak gue?" Tanya Lana tiba-tiba serius, yang membuat Lina mendadak cengo.

"Maksud lo?!" Pekik Lina shock untuk kedua kalinya.


__________________

Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Lana, Lina dan Shella??

**

See you next week guysss!!

Don't forget to comment or vote :)

TRUST (Between Us) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang