TEN

20 4 0
                                    

"Sa mending lo balik aja, istirahatin tuh kaki jangan di pake jalan mulu," titah Hesam saat mereka berjalan menuju lapangan

"Lo nyuruh gue balik sama aja lo nyuruh gue jalan kaki," balas Aksa

"Yaelah kan bisa pesen ojol gimana sih,"

"Gak mau abis ntar duit gue, mending nebeng sama lo gratis,"

"Idih,"

Ara ikut berjalan di belakang Aksa dan Hesam seperti biasa berdampingan dengan Ciyo. Ara bilang belum mau pulang karena ingin melihat mereka latihan sekalian menemani Aksa yang hanya bisa duduk di pinggir lapangan.

"Semangat latihannya," sorak Ara dari tepi

Waktu turnamen hanya tinggal satu minggu lagi. Melihat keadaan Aksa yang mulai membaik sepertinya ia bisa ikut bermain di lapangan nanti. Ara mengerti perasaan Aksa yang pasti sedih karna hanya bisa melihat teman-temannya yang kelelahan di tengah lapangan sedangkan dirinya hanya duduk bersantai di tempat yang teduh.

"Hesam keren ya," puji Ara tak sadar saat melihat Hesam berhasil memasukkan bola kedalam ring dengan sempurna

Aksa hanya menoleh sebentar dan kembali meluruskan pandangannya. Halisnya berkerut kala ia mendengar Ara kembali memuji tapi bukan pada Hesam.

"Lo juga keren," gumam Ara masih belum menoleh

"Gimana bisa seorang Aksa yang jadi primadona sekolah bisa tahan tanpa pacaran, gue yakin pasti banyak cewek di sini yang naksir sama lo iya kan?"

"Awalnya sih gue gak yakin waktu lo bilang gak ada cewek yang lo taksir, tapi sekarang gue tau kenapa,"

Aksa seketika menoleh menunggu kelanjutan, halisnya terangkat sebelah. Ia gugup entah apa alasan pastinya.

"Karena lo baru naksir gue sekarang bukan dulu, iya kan?" Ara kini menoleh tersenyum lebar kemudian menarik turunkan halisnya

"Hah, apaan sih," kejut Aksa tak habis pikir

"Jujur aja kali Sa, dulu lo kan yang mau kita lebih dari temen," Ara masih menggoda

"Idih ngarep lo,"

Ara hanya tertawa dengan kelakuannya sendiri. Entah kenapa setiap menjahili Aksa seperti itu membuatnya merasa senang dan tenang karena di detik berikutnya Ara bisa melihat seulas senyum di bibir Aksa. Walaupun benar tipis

"Duh gak kuat gue serius kalo tiap hari harus kayak gini," gerutu Ciyo saat ia duduk di kursi sebelah Ara

"Lebai lo, biasanya juga gitu," timpa Hesam yang juga ikut duduk di bawah

"Sa cepet sembuh dong, enakan duduk di bangku cadangan dari pada jadi pemain inti," pinta Ciyo sambil meminum air yang ada di sampingnya

"Minum gue itu," protes Hesam sambil mengganggu Ciyo

"Nih, gak usah ribut," Ara memberikan air  yang baru ia beli tadi sebelum pulang

"Makasih Ra," terima Hesam memberi senyum

"Emm seneng banget mukanya, Ra nyadar gak kalo si Hesam itu --- ANJI SAKIT BABA, " tiba-tiba Ciyo meringis kesakitan di kepalanya karena sepatu basket milih Hesam melayang ke arah kepalanya

"Ngomong tuh di jaga jangan kasar-kasar," timpa Hesam

"Lo sih," Ciyo masih mengusap kepalanya yang terasa sakit

Yang lain terkekeh melihat tingkah kedua temannya itu. Kehangatan diantara mereka berempat datang dari mana saja, merasa menjadi sebuah keluarga yang punya tanggung jawab untuk saling menjaga dan menyayangi.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang