TWO

45 9 0
                                    

Kicauan burung juga sinar matahari yang mulai memasuki celah gorden kamar Ara membuat gadis itu terbangun dari tidur malamnya. Pagi ini ia harus cepat bergegas untuk mandi, dan mengangkut barangnya masuk ke dalam mobil. Sebuah kebetulan yang sangat menguntungkan bagi Ara, karena hari ini ia akan pindah rumah keluar kota yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya sekarang. Cara yang sangat ampuh untuk bisa cepat melupakan Bara.

"Udah masuk semua sayang baju sama barangnya?" tanya Bunda Ara

"Udah, Bunda jangan dulu berangkat ya Ara mau keluar sebentar,"

"Mau kemana?"

"Ketemu Bara, jangan ditinggal ya bentar kok,"  Ara berlari kecil meninggalkan rumah menuju taman yang biasanya ia datangi malam hari

Suasana taman di pagi hari memang berbeda, tidak ada ayunan yang bergerak sendiri atau lampu taman yang berkedip nyala mati, semua tampak sangat normal malahan banyak pengunjung yang melakukan aktivitas fisik mereka di sini.

"Ra," suara berat khas lelaki terdengar Ara dari arah belakangnya

"Duduk di sana yuk," ajak Ara mengarah pada kursi besi dekat ayunan kayu

Bara hanya mengikuti apa yang Ara ucapkan, karena jujur Bara masih merasa kecewa dengan dirinya sendiri atas perlakuannya pada sahabatnya yang sudah menganggap dirinya sebagai mantan pacar juga mantan sahabat.

"Rapih banget kamu mau kemana?" tanya Bara canggung

"Apaansi Bar kaku banget lo ngomong santai aja kali, gue gak bakal nerkam lo walau masih kecewa dikit sih," Ara terkekeh pelan mendengar Bara yang bicara tak seperti biasanya

"Ra gue minta maaf, gue"

"Udah kali gak perlu keseringan minta maaf gue udah maafin kok," Ara tersenyum lebar dengan senang

"Hari ini gue mau pindahan, jadi sekarang gue sengaja ngajak ketemuan biar kita pisah baik-baik,"

"Oh iya gue juga ganti nomor hp, gue gak mau inget terus sama memori lima tahun kebelakang, gue mau kepindahan ini jadi awal kehidupan baru gue tanpa lo, gue bakal mulai dari nol," Ara meremas bajunya gugup, merasa menjahati orang lain dengan kata-katanya.

"Kenapa gitu Ra, gue udah cukup ngerasa sepi tiga hari ini tanpa chatingan atau teleponan sama lo," balas Bara tak terima

"Entar gue mintain nomor hp nya band kesukaan lo biar bisa sepuasnya dinyanyiin lagu di telepon,"

"Bukan itu Ra.."

"Udah ya Bar gue pulang, nanti gue kirim surat kalo udah dapet nomor hp band kesukaan lo itu," Ara berlari kecil meninggalkan Bara di kursi besi itu sendiri

"Ra...Ara...gak gitu juga.... Ra...lima taun Ra..." teriak Bara di kursinya

"Gue gak janji ya dapet nomor nya," balas Ara ikut teriak.

Perpisahan yang sangat sederhana, yang hanya menguntungkan satu pihak itu membuat Bara sedih kehilangan sahabat juga mantan pacar yang sangat ia sayangi. Entah bagaimana Bara melanjutkan kasehariannya, yang pasti itu bakal berat dan butuh untuk bisa membiasakan diri tanpa adanya gadis cerewet juga manja di sisinya.

Butuh waktu hampir sebelas jam kini Ara sampai juga di tempat tujuannya. Kepindahannya ini bukan karena keinginannya, tapi memang tuntutan pekerjaan Bundanya.

"Bun lapar," rengek Ara

"Makan lah," sahut Bunda

"Sama apa?"

"Nasi lah,"

"Kan gak ada,"

"Beli lah,"

"Ish Bunda mah kok gitu sih,,"

"Haha iya sayang, nih uangnya kamu beli aja nasi goreng di depan,"

"Yaudah iya,"

Ara berjalan menyusuri trotoar mencari gerobak penjual nasi goreng terdekat, hingga sampai di persimpangan jalan Ara baru mendapatkan apa yang ia cari. Lingkungan baru membuatnya agak sedikit ragu, Ara takut bahasa yang ia gunakan tidak di terima disini.

"Bang permisi, nasi goreng nya masih di jual?" tanya Ara menghampiri abang jualan yang sedang sibuk memasak nasi yang di pesan.

"Ada neng mau berapa bungkus?" tanya abangnya

"Dua aja, jangan pedes ya,"

Setelah itu Ara mencari tempat duduk kosong di dekat situ, angkringan abang ini cukup ramai padahal sekarang malam senin tepi mungkin kalo masalah perut mereka gak kenal hari.

"Kak permisi boleh ikut duduk?" Ara meminta izin pada lelaki yang juga hanya duduk diam di kursi.

"Boleh," jawabannya

Ara duduk menunggu pesanannya, ia asik dengan handphone nya menatap beranda instagram juga memutar story-story secara acak. Hingga ia tak sadar jika abang nasi goreng sudah memanggilnya dari tadi dan lelaki yang duduk di sebelahnya sudah hilang entah  kemana.

Ara berjalan lambat menyusuri aspal dingin, keresek nasi yang tadi dibeli, Ara ayun-ayun tinggi entah apa maksudnya. Langkahnya kecil tapi tiba-tiba kakinya tertabrak ban sepeda yang oleng di belakangnya, sandalnya terselip membuat keseimbangan kakinya goyang dan alhasil Ara terjatuh juga nasi goreng nya.

"Aww, sakit tau" rengek Ara sambil mengusap betisnya

"Sorry gue gak sengaja, tadi gue ngindarin lobang terus gak liat lo ada di depan," ucap lelaki yang bisa ditebak satu umur dengan Ara

"Makannya kalo jalan matanya di pake, ngadep depan untung lo nabrak nya gue kalo yang di depannya mobil mati lo," kesal Ara yang masih menguntungkan kejadian itu

"Iya gue kan udah minta maap, mana yang sakit?" balasnya dingin

"Ini...ini...ini semuanya sakit,"

"Sakitnya ampe kejidat jidat aneh, perasaan tadi lo jatuh gak nyungsep deh, kalo betis sama lutut yang sakit sih masih wajar,"

"Tadi lo kan nanya mana yang sakit, ya gue sebut aja, lagian jidat gue emang lagi sakit kok," jelas Ara

"Iya maap, tapi gue gak bisa bawa lo ke rumah sakit, gue gak bawa uang buat bayarnya,"

"Gak perlu rumah sakit kok, gue gak papa ini mah cumen perih doang gak perlu lebay," ucap Ara sambil berusaha berdiri merapihkan tampilannya

"Oh syukur deh berarti kalo gitu gue bisa balik sekarang,"

"Eh tunggu, lo gak bisa pulang gitu aja dong gak bertanggung jawab banget sih," protes Ara

"Tadi lo bilang gak papa, modus ya lo?"

"Kok modus sih, jelas-jelas lo yang nabrak kenapa jadi gue yang disangka modus sih?"

"Yaudah mana yang luka, sini gue obatin,"

"Pake apa?" tanya Ara bingung

"Pake doa," dan setelahnya lelaki itu kabur dengan cepat menggunakan sepedahnya meninggalkan Ara yang kesal sendiri.

"Lah eh dasar ya cowok gak jelas, ANAK ALIEN,PARASIT, KUTU RAMBUT, JIN, PLASTIK, SAMPAH LO, UNTUNG GANTENG, HEY NAMA LO SIAPA...?" Ara berteriak tak jelas sambil meratapi kepergian lelaki yang tak ia kenal itu

Ara menghentak kakinya kesal, berjalan pincang menuju rumah. Baru saja sampai depan pintu matanya terbuka lebar ia baru sadar nasi goreng yang ia beli tadi terlempar hilang di pinggir jalan entah kemana membuat Ara semakin sebal.

"Bunda...nasi goreng nya ilang...." rengek Ara di depan bundanya yang baru membukakan pintu.

~AKSARA~

Kamis manis, masih pada stay home kan? Pada sehat kan? Masih sibuk ngerjain tugas? Atau kerja di rumah? Semangat ya semoga semuanya cepat membaik
.
.
.
Jangan lupa like, comen ya❣️

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang