TWENTY-NINE

19 4 0
                                    

Udara pagi ini sangat sejuk, daun-daun terlihat hijau dan segar ditambah embun yang bertengger di atasnya. Semalam memang sempat tapi beruntung setelah Ara dan Hesam pulang.

"Pagi bun," sapa Ara duduk di meja makan menunggu bundanya yang sedang menyiapkan makanan

"Tumben udah bangun,"

"Bagus dong, jadi bisa bantuin bunda,"

"Bantuiun apa?"

"Ngabisin sarapan,"

Ara tersenyum lebar kemudian bundanya memberikan sepiring nasi goreng dan juga teh hangat.

Toktoktok

Bunda beranjak dari duduk nya saat mendengar suara ketukan pintu. Pagi-pagi seperti ini siapa sih yang berani bertamu?

"Siapa bun?" tanya Ara saat bundanya kembali

"Itu Aksa," balas bundanya kemudian duduk

Ara mengerenyit bingung, dan berpikir untuk apa pria itu datang pagi-pagi? Dan kemana ia sekarang?

"Ngapain?"

"Ikut sarapan,"

"Hah? Sekarang orangnya mana?" aneh Ara saat sekian lama tak juga kunjung datang

"Lagi pulang dulu katanya mau ganti baju,"

"Ngapain ganti baju, emang tadi kesini pake apa? Bunda boong nih," Ara tak percaya

Tapi tak lama dari itu suara ketukan kembali terdengar dan pintu langsung terbuka, menampakkan Aksa yang berjalan mendekat dengan pakaian olahraga nya.

"Serius Sa mau ikut sarapan? " tanya Ara langsung saat Aksa baru tiba di sampingnya

Aksa mengerenyit dan kemudian menggeleng, tujuan utamanya bukan itu.

"Terus?"

"Mau jalan-jalan pagi,"

"Sama siapa?"

"Lo lah, ayo," ajak Aksa

Ara mengiyakan dan kemudian ia menyuruh Aksa untuk menunggu karena ia harus ganti baju dulu. Aksa bilang mau ke taman komplek yang ada lapang basketnya jadi sebaiknya Ara mengenakan kaos dan juga celana trening.

"Ayo," ajak Ara setelah selesai

Mereka berjalan menyusuri jalanan komplek yang masih tampak sepi. Di setiap perjalanan mereka selalu bising karena tak ada satupun yang menutup mulut karena sebuah lelucon yang Aksa lontarkan.

"Pemanasan dulu," titah Aksa dan Ara hanya mengikuti

Rencananya Aksa hanya mau melempar lempar bola basket, juga lari-lari kecil. Tapi ternyata lapangan sudah di gunakan anak-anak komplek lain bermain basket. Jadi sepertinya Aksa mau ikut gabung.

"Mau ikut?" tawar Aksa sebelum ia lari ke tengah lapang

"Enggak ah, mau jadi apa gue di tengah sana," tolak Ara

"Ya jadi Ara lah masa jadi orang lain,"

"Gak gak entar gue malah kena timpuk,"

"Ada gue, gue yang jagain lo,"

"Gak mau ah, udah sana huss"

Aksa tersenyum walaupun gagal membujuk Ara, lelaki itu berlari menuju teman-teman yang lain untuk ikut bergabung. Sebelum Aksa mendrible ia sempatkan untuk melambaikan tangannya pada Ara sembari tersenyum dan juga memberikan pola hati dengan kedua tangannya.

Ara awalnya tersenyum tapi kemudian ia tertegun saat saraf hatinya mendapat sinyal yang tiba-tiba membuat denyut jantungnya bekerja lebih cepat.

Sebenarnya Ara selalu senang saat Aksa memberi perhatian lebih padanya, tapi entah kenapa beberapa hari ini rasanya berbeda. Jika Aksa baik padanya seperti ada sesuatu yang menatap tak suka di belakang padahal tak ada orang sama sekali. Tapi apapun itu mungkin hanya perasaan Ara yang masih khawatir akan gagal nya mendapat kembali rasa cinta dari seseorang.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang