SIXTEEN

27 5 0
                                    

Langit biru sudah berubah kuning, Aksa berjalan menuju parkiran hari ini ia sengaja bawa motor karena tau akan pulang sore tanpa Hesam.

"Ayo," ajak Aksa pada Ara menghentikan motornya di depan gerbang sekolah

"Tumben bawa motor,"

"Gak usah bacot, mau ikut gak?"

Ara tampak menimbang-nimbang tawaran Aksa, lagi pula ia belum menghubungi jemputannya. Tapi saat ia ingin menerima helm yang Aksa berikan Ara kembali mengingat ucapan Ciyo tentang barbarnya Aksa membawa motor.

"Gak usah deh," Ara mengembalikan helm nya sambil tersenyum ragu

"Kenapa? Lo takut di mintain uang bensin?"

"Eh bukan itu,"

"Terus?"

"Kata Ciyo lo bawa motornya gak bisa santai," Ara jujur

"Lo percaya?" tanya Aksa, Ara mengangguk

"Ya gitu,"

"Yaudah gue duluan, tiati bentar lagi gerbang di kunci sekolah udah kosong," info Aksa, ia menyalakan motornya dan menyimpan helm yang tadi Ara kembalikan

"Beneran?" tawar Aksa sekali lagi sebelum ia pergi

"Emm, tapi gue mau idup sampe rumah," ucap Ara senyum

"Ya idup lah, gue juga gak mau mati dulu kali, nih," Aksa kembali memberikan helm yang baru saja ia simpan tadi

Ara menerima helm itu dan memakainya, kemudian menaiki motor merah besar Aksa. Sebelum melajukan motornya Aksa menyempatkan membuka hoodie nya untuk Ara kenakan menutupi rok pendek nya.

Selama perjalanan tidak ada percakapan yang mereka buat sampai Aksa menghentikan motornya di depan gerbang hitam.

"Makasih ya," ucap Ara sambil melepas helm nya dan memberikan hoodi tadi

"Hemm, gue balik," Aksa memutar kembali haluan motornya dan melanjutkan motornya berbeda dari sebelumnya

"Eh gila, Aksa tiati," kaget Ara sambil teriak saat melihat Aksa yang menjauh dengan sangat mengebut.

Ara kembalikan tubuhnya berjalan membuka gervang dan pintu, gadis itu berjalan gontai ke kamarnya lelah dengan hati yang panjang ini. Ara membuang tasnya sembarang dan merogoh handphone nya yang ada di saku baju.

Ara berkerut kening melihat handphone nya yang mati, kebiasaan lama baterai bocor yang membuat Ara harus sangattttttt rajin mencanjer handphone.

"Bunda masih lama gak ya? Kayanya bentar lagi deh," tanya Ara pada dirinya dan menjawab nya sendiri

Ara membawa tubuhnya untuk ke kamar mandi bersih-bersih sambil menunggu handphone nya sedikit bernapas. Badannya ia hempaskan di atas kasur dan menutup mata lelahnya setelah bersih.

Hampir sekitar tiga jam Ara tertidur dan bangun saat langit sudah gelap. Semua ruangan di rumah masih gelap belum ada yqbg menyalakan lampu. Bunda belum pulang.

Setiap pulang sekolah Ara terkadang sendiri karena bundanya masih bekerja yang kadang pulangnya tak tentu, bisa siang bisa sore bisa malem, tapi gak sampe gak pulang. Seperti sekarang saja sudah malam bundanya belum pulang, dan seperti biasa kalo seperti ini pasti bundanya akan pulang larut.

"Gue masih penasaran sama Cinta, kira-kira dia kayak gimana ya aslinya sampe si Aksa suka setengah mati gitu," Ara membayangkan itu dengan menunggu notif yang masuk dari handphone nya usai di hidupkan kembali dari tidur //apaansi

"Tapi kisah cintanya si Aksa lebih mengenaskan dari gue, harus bersyukur Ra," Ara tersenyum dengan ucapannya sendiri

Kerutan dahi lagi-lagi terbentuk saat Ara mengecek notifikasi yang baru berhenti setelah sekian lama.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang