TWENTY-THREE

7 4 0
                                    

Saat langit mulai gelap mereka akhirnya tiba ditempat tujuan. Suasana di sana masih sama saat terakhir ditinggalkan, hanya saja bunga-bunga yang biasanya tampak segar kini terlihat kering, rumput liar mulai meninggi dan beberapa dedaunan yang berserakan karena tertiup angin.

Saat yang lain sibuk menurunkan tas juga koper Ara malah mengabaikan barangnya, ia lebih memilih berjalan memasuki halaman rumah dan mengintip sedikit melalui jendela untuk melihat keadaan di dalam. Ara tampak mengembangkan senyumnya lebar, tidak ada yang berubah sama sekali, gadis itu sangat merindukan kamar tidurnya yang lama, dan juga beberapa buku novel yang sengaja ia tinggalkan.

"Ra itu tasnya di ambil," ucap bunda dengan tangan yang menyeret koper sembari membuka kunci pintu.

Ara menengok kala namanya dipanggil gadis itu mengangguk paham kemudian kembali berjalan mendekati mobil berniat untuk mengambil kopernya. Tapi sepertinya teman-temannya terlalu baik sampai mereka mau bersusah payah dengan tangan yang penuh membawakan koper juga beberapa barang yang masih tertinggal.

"Makasih," ucap Ara mengambil kopernya dari Aksa

Mereka kemudian berlalu masuk kedalam rumah dan menyimpan barang bawaan kemudian bergantian untuk membersihkan badan. Rumah ini mungkin tak lebih besar dari rumah sebelumnya tapi jika untuk dikunjungi tamu masih bisa menampung banyak.

"Ra, kayanya enak deh jalan-jalan malem entar," ucap Ciyo saat ia menjatuhkan badannya di atas sofa setelah selesai mandi

"Emang gak capek?" tanya Ara yang kemudian ikut duduk

"Enggak lah, masa liburan capek," balas Ciyo semangat

"Kan liburannya belum mulai,"

"Ya gak papa, jalan-jalan ya sekitar sini aja gak usah jauh-jauh," Ciyo masih meminta, tangannya sibuk mengerikan rambutnya yang basah dengan handuk

"Yaudah, nanti habis makan malem aja," setuju Ara

Gadis itu bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya keluar, membuka pintu dan menyadarkan badannya pada body mobil yang menghadap sunyi jalan komplek di malam hari.

Udara malam kali ini tampak lebih dingin dari biasanya, ara mengeratkat sedikit jaketnya agar ia tak terlalu merasakan angin malam yang menusuk setiap jengkal kulitnya.

"Lagi apa?" suara berat itu tiba-tiba datang dari belakang, ara menoleh dan bisa ia lihat Aksa yang berjalan menghampiri

"Liat jalan," balas Ara asal

"Di dalem udah pada makan, lo gak mau makan?" tanya Aksa ikut menyenderkan badannya di samping Ara

"Nanti aja, lo udah makan?" tanya Ara, kepalanya menoleh malihat wajah Aksa yang ternyata terlalu dekat dengannya

"Udah,"

Hening kemudian mendominasi disana, hanya terdengar suara ranting yang saling bergesekan tertiup angin. Tangan Ara mulai dingin, ia memasukkan tangannya pada kantong jaket dan sesekali menghentakkan kakinya seolah membuat dirinya agar tak membeku ditempat.

"Kata Ciyo kalian mau jalan-jalan?" tanya Aksa akhirnya setelah lama diam

"Sebentar, mau ikut?" tawar Ara

"Enggak, gue mau tidur," balas Aksa, kepalanya menoleh untuk memperhatikan Ara yang tampak tak bisa diam

"Kanapa?" tanya Aksa bingung

"Dingin,"

"Masuk," titah Aksa, kini ia tak lagi bersandar melainkan mulai intens memperhatikan gelagat Ara

"Enggak ah, nih pegang pasti langsung anget," Ara mengulurkan sebelah tangannya yang tadi ia sembunyikan dibalik jaket pada Aksa

Melihat lengan yang terlihat pucat, Aksa sedikit meringis dan menimbang akan angin yang bertiup apakah sedingin itu.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang