EIGHT

19 4 0
                                    

"Sampe sekarang gue masih susah mau ngelupainnya, cowo itu sahabat gue" lanjut Ara

Aksa menoleh sepertinya ia tertarik dengan curhatan yang akan Ara ceritakan itu.

"Dengerin tapi, ntar gue cerita lo nya gak denger," peringat Ara

"Iya denger,"

"Gue punya sahabat cowo namanya Bara ki--"

"Kebakar dong lo?" tanya Aksa memotong

"Ish serius namanya Bara, tau ah gak mood gue," Ara cemberut nya menyilang di depan dada

"Iya iya maap, terusin," pintar Aksa

"Yaudah denger," Aksa mengangguk dan kembali fokus mendengarkan cerita

"Kita sahabatan dari SMP, terus masuk SMA yang sama, terus satu kelas, terus duduk sebangku, terus sering main bareng, terus banyak yang bilang kita pacaran padahal sahabatan kan, terus waktu kelas dua SMA Bara nembak gue, terus kit--"

"Terus aja terus mau jadi tukang parkir lo?" canda Aksa yang merasa lucu dengan logat yang ara buat

"Terus lo mau lanjut gak?" ucap Ara dengan wajah masam

"Lanjut-lanjut," kekeh Aksa

"Waktu itu gue tiba-tiba disuruh bejemur di tengah lapangan basket sendirian, terus Bara nembak gue dari radio sekolah, karena kaget gue anggep itu prank loh, sampe orang-orang yang udah Bara suruh buat jatuhin bunga mawar dari balkon bingung, dan kesanaya gue terima dia," Ara terkekeh saat pikirannya membayangkan kembali kejadian itu

"Serius lo anggep itu prank?" tanya Aksa ikut terkekeh

"Serius, malah gue ajak balik waktu itu karena malu," Ara tertawa lebih keras

"Parah lo, kasian tau si Bara udah bikin rencana lo ngerusak dengan seenak jidat," Aksa masih dengan tawanya

"Eh tapi parahnya lagi nih ya, waktu gue terima Bara bunga mawar jatuh kan dari balkon eh guru piket teriak-teriak nyuruh gue sama Bara beresin semua sampah yang di buang temen-temen, mahal-mahal beli mawar malah di bilang sampah,"

Ara dan Aksa tenggelam dalam tawa mereka, lupa  dengan situasi sekitarnya. Hingga mereka mengeluarkan air mata karena terlalu banyak tertawa.

"Pantes lo gak bisa lupa, parah banget momen nya," Aksa kembali tertawa tapi kini pelan

Ara hanya membalas dengan senyum bukan tawa gadis itu kelelahan. Aksa kembali membalikkan pandangannya pada teman-temannya yang masih berlatih di lapangan. Sebenarnya Aksa ingin bartanya kenapa mereka putus tapi sepertinya Ara tak ingin bercerita terlalu jauh.

"Bukan itu yang bikin gue gak bisa lupa," Ara membuka suara setelah lama hening

Matanya menatap kebawah memperhatikan kakinya yang mengayun ke depan ke belakang. Sedangkan Aksa, ia kembali menoleh berharap Ara akan melanjutkan ucapannya

"Dapet tiket gratis dengan syarat mutusin gue, gila memang," Ara berucap cukup pelan karena tiba-tiba suaranya tercekal menahan sakit

"Hah?" Aksa setengah kaget juga berfikir

"Hemm pacaran aja terus, kasian yang di tengah lapang kepanasan," Ciyo datang tiba-tiba dengan wajah kelelahannya

"Udah sore masih aja panas," Aksa menjawab

Tak lama Hesam datang dengan wajah kelelahannya juga, ia membaringkan tubuhnya di lantai beton itu, terlihat dadanya yang naik turun menandakan ia benar-benar lelah.

"Tuh liat mukanya merah," tunjuk Ciyo sambil menghabiskan air botolnya

"Berisik lo YO," tegur Hesam

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang