TWENTY-FOUR

13 4 0
                                    

Sinar matahari tampak memaksa masuk melalui celah tirai. Angin malam yang dingin sudah tak ada kini hanya terasa hangat karena pagi ini matahari benar-benar cerah.

Ara tampak sedikit sibuk membantu bundanya di dapur untuk menyiapkan sarapan. Sekitar pukul sembilan bundanya sudah harus berangkat mengurus urusannya, jadi karena itu Ara membantu memasak didapur agar pekerjaannya cepat selesai.

"Bangunin yang lainnya sayang," perintah bunda

Ara berlaku dari dapur setelah sebelumnya mencuci tangannya. Langkahnya cepat menaiki anak tangga menuju kamar yang dulu biasa ia gunakan tidur dan kamar tamu.

Semalam Ara itu tidur dengan bundanya, karena jika ia memaksa tidur di kamarnya sendiri bisa-bisa temannya harus merelakan tidur di lantai karena kasur di kamar tamu tidak seluas di kamarnya.

Toktoktok

Ara mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu. Sekitar tiga ketukan pintu sudah terbuka memperlihatkan Aksa dengan muka khas orang bangun tidur. Ara tersenyum dan menyapa selamat pagi, kemudian menyuruh lelaki itu turun untuk sarapan dan jangan lupa untuk membangunkan teman sekamarnya yang Ara tak tahu siapa, karena selimut yang menutupi seluruh badan temannya itu.

Setelah Aksa menuruti perintah Ara, gadis itu beralih menuju kamar tamu yang ada di samping kamarnya.

Lain halnya dengan kamar sebelumnya, pemilik kamar kali ini sepertinya masih tertidur pulas, lebih dari sepuluh ketukan pintu sudah Ara coba tapi belum juga ada sautan.

Ara membuka pintu mau tak mau, dan ternyata Hesam tidur dikamar ini. Ara mendudukan badannya diujung tempat tidur dan sedikit menyibakkan selimut tebal yang lelaki itu gunakan. Ara tampak sedikit menyunggingkan senyum melihat kedamaian di air wajah Hesam yang tak biasa ia dapatkan.

Semalam saat Ara dan Ciyo pulang jalan-jalan ia tak sempat bertemu dengan Hesam lagi, karena lelaki ini langsung tertidur setelah makan malam.

Ara mengulurkan tangannya untuk sedikit mengguncang bahu Hesam bermaksud agar lelaki itu bangun. Tapi sayang sekali sekencang apa Ara mencoba mengguncang sipemilik badan hanya merespon dengan menggeliat dan malah merubah posisi tidurnya.

"Sam, udah siang sarapan dulu," ucap Ara sambil masih gencar mengguncang bahu Hesam, tapi masih nihil

"Sam ih, bangun dulu," Ara mulai gereget

Gadis itu mendekatkan tubuhnya menghapus jarak diantara mereka. Ara tersenyum saat sadar posisi mereka sangatlah dekat, kemudian gadis itu meniup meta Hesam yang masih tak mau terbuka. Saat melihat pergerakan mata Hesam Ara cepat bergerak menjauh.

"Hesam..." Ara mulai habis kesabaran saat Hesam malah kembali mengubah posisi tidurnya

"Tau ah, jangan nyalahin kalo jatah makan lo gue buang," gerutu Ara sambil mengangkat badannya hendak bergabung untuk sarapan

Langkahnya terhenti kala tangan kanannya ditarik Hesam. Lelaki itu kemudian membuka matanya lalu tersenyum samar pada Ara yang malah memperlihatkan ekspresi kesal.

"Iya iya ini bangun nih," ucap Hesam kemudian mendudukan tubuhnya di tepi kasur kemudian melepas pegangan tangannya untuk mengucek mata yang masih tampak kabur

"Cepetan," ingat Ara kemudian ia kembali berlalu meninggalkan Hesam

***

Rencananya hari ini setelah kepergian bunda Ara bekerja, mereka bertiga berencana untuk pergi ke taman bermain. Tapi sepertinya akan sedikit terlambat karena tiba-tiba mobil Aksa tak bisa dinyalakan.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang