Satu minggu berlalu dari hari Aksa pertama kali membuka kembali hatinya. Setelah di paksa bicara oleh Ara di atas rooptof Aksa mulai berpikir jika selama ini ia telah salah. Ia terlalu menyalahkan dirinya karena ketidak beraniannya.
Seminggu ini juga Aksa tidak banyak bicara, tapi masih bisa di ajak ngumpul, dan juga Aksa lebih dekat dengana Ara walaupun terkadang masih dingin atau malas. Hesam sudah tau kenapa dengan Aksa karena Ara yang cerita. Tapi Ara minta untuk tidak memberi tahu Ciyo karena takutnya anak itu bakal banyak tanya karena tidak tau awal masalahnya.
"Sa, pulang sekolah lo gak ada latihan kan?" Ara bertanya di sela kegiatan belajarnya
"Enggak,"
"Lo sibuk?"
"Enggak,"
Ara tersenyum mendengarnya, ia menaruh pulpennya dan menarik lengan kanan Aksa yang sedang lelaki itu gunakan menulis.
"Berarti lo bisa dong nemenin gue?" Ara memijat lengan Aksa pelan//kebiasaan baru jika ada maunya
"Kemana?" Aksa menoleh melihat tangannya yang mulai di mainkan
"Nonton," Ara tersenyum dengan memperlihatkan barisan gigi yang rapih
"Apa?"
"Horor," Ara terlihat murung setelah bicara
"Bukannya lo gak suka horor?" tanya Aksa
"Kepencet waktu di aplikasi,"
"Kebiasaan buang uang,"
"Ish, mau ya," Ara mengangkat alisnya dan tersenyum memohon
"Gak, gue gak punya duit,"
"Gue beli dua tiket kok,"
"Dua?"
"Kepencet juga," kini Ara senyum lebih besar
"Kenapa gak sama Ciyo aja?"
"Gak, dia ribet,"
"Hesam?"
"Gak mau ntar malah modus,"
"Terus kenapa gue?"
"Kan lo berani, jadi kalo gue takut ada Aksa,"
"Ye itu mah malah elo yang modus," Aksa menoyor pelan kening Ara dan menarik lengannya untuk kembali belajar
Ara cemberut, jarinya sesekali menusuk pinggang Aksa untuk mendapat respon tapi gagal. Sampai bel istirahat berbunyi Aksa sama sekali tak merespon, sampai Ara memutuskan untuk berjalan bersama Hesam duluan menuju kantin.
"Kenapa?" tanya Hesam melihat Ara cemberut
"Kepo,"
"Idih, ditanya baik-baik juga,"
Ara tak merespon ia berjalan lebih cepat mendahului Hesam dan mencari kursi kosong untuk ia dan yang lain duduk. Menu makanan yang hanya itu-itu saja tak membuat mereka bosan malah membuat mereka kangen jika tak seharipun jajan.
"Kenapa lo?" tanya Ciyo yang duduk di depan Ara
"Kepo," balas Ara sinis
"Makan tuh kepo," ejek Hesam sambil tertawa
Ciyo berdecak sebal pada Hesam tapi temannya Oti malah asik tertawa. Ara menyenggol lengan Aksa yang duduk di sebelahnya dan mebisikan tawaran nonton yang tadi, berharap lelaki itu menjawab nya dan memberi kepastian.
"Temenin," bisik Ara
Aksa menengok matanya menatap Ara dalam tanpa ekspresi membuat Hesam dan Ciyo yang duduk di depan bingung dengan kelakuan dua temannya ini dari satu minggu kebelakang yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen FictionKisah cinta remaja yang terjebak dalam kata teman dan sahabat. Tidak peduli akan adanya status, selagi nyaman itu tidak masalah. . . . Ara anak pindahan yang tiba-tiba bergabung dalam rangkulan hangat tiga cowok dan membuat dua diantara mereka berte...