ONE

73 10 0
                                    

Disebuah taman yang kini tampak sangat sepi dengan sebuah ayunan yang terlihat berayun sendiri membuat suasana malam itu terasa horor. Angin berhembus cukup kencang sampai hampir menerbangkan ayunan kayu itu dari ikatannya. Hanya lampu taman yang kini menerangi tempat dimana Ara berpijak dengan kaki yang mencoba menopang tubuh lelahnya.

Sudah dua malam ini Ara selalu membiarkan dirinya terdiam di tempat sepi ini, merenung dan kembali mengingat cerita manis cintanya yang harus berakhir hanya karena sebuah permainan.

"Gue yakin ini semua pasti mimpi!"

"Kapan gue bisa bangun dari mimpi buruk ini?"

"Bar gue masih cinta sama lo, kenapa bisa segampang itu lo bikin persahabatan kita putus gara-gara permainan gila lo itu, kenapa Bar?"

Beberapa ungkapan kecewa, sedih, juga marah terdengar jelas di saat ruang hampa malam yang sunyi. Kebiasaan yang Ara langgar membuat ia harus menerima semuanya.

Ketika seorang perempuan dan laki-laki bersahabat, sebagian besar dari mereka selalu membuat komitmen bahwa tidak boleh ada yang jatuh cinta. Tapi gadis yang kini duduk dikelas 2 SMA ini berbeda, Ara mempunyai sahabat lelaki yang sangat dekat dengannya. Dari mulai ia masuk SMP hanya Bara yang selalu ada di samping Ara, hingga saat dimana,,

Falsback

"Ra ikut gue yuk," ajak Bara

"Hah kemana, nanggung nih dua belas halaman lagi," balas Ara sibuk menyalin catatan Bara

"Dua belas mah banyak kali bukan nanggung," sebal Bara

"Iya bentar gue ringkas kok," Ara mencoba mempercepat tulisannya

"Itu udah ringkasan Ara, ngapain lo singkat lagi?" kesal Bara lagi

"Ish serba salah deh, tadi lo yang minta gue cepet," balas Ara tak terima

"Geu minta lo ikut bukan cepet, nyalinnya nanti aja gak harus di kumpul sekarang kok,"

"Lah kenapa gak bilang dari tadi sih, giliran pulpen gue tinggal setengah lo baru bilang," sebal Ara

"Yaudasi timbang pulpen doang ntar gue beliin satu pack, udah yuk ikut gue," Bara menarik lengan Ara yang padahal masih membereskan bukunya

Bara berlari kencang sambil menarik lengan Ara yang kewalahan mengikuti langkah besar dari belakang. Hanya sampai ditengah lapangan basket Bara berhenti berlari dan membiarkan sahabatnya itu mengambil sebanyak-banyaknya oksigen untuk bernapas.

"Cape?" tanya Bara yang juga kehabisan napas

"Cape lah, lo gak nyadar apa langkah kaki lo tuh udah kaya penggaris guru fisika tau puwanjang banget!"

"Maaf-maaf gue khilaf,"

"Yaudah sekarang apa?" tanya Ara akhirnya.

Bara memposisikan Ara untuk menghadap ke ruang siaran, kemudian meminta Ara untuk tetap diam di tengah lapangan, sedangkan Bara berlari menepi.

"Bar apaansi panas tau, baju gue udah basah nih," protes Ara

Bara hanya mengisyaratkan Ara untuk tetap stay, sedangkan ia berjalan memasuki ruang siaran yang ada tepat di hadapan Ara.

"Cek 1 2 3" toa satu sekolah bergema

"Kedenger gak guys?" Bara kembali mengecek mic

"YOOOO" balas siswa siswi lain

"Ra Ara kedengeran gak?" sekali lagi Bara bermain dengan mic nya

"Hemm, cepetan Bar gerah tau, " Ara membalas malas

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang