ELEVEN

28 4 0
                                    

"Sam, nanti jadi latihan?" tanya Ara

"Jadi dong,"

"Aji gimana? Rumahnya kan jauh," tanya Ara

"Aji besok aja, kita nanti latihan berdua aja dulu nyocokin nada," balas Hesam Ara mengangguk mengerti

"Yaelah berdua aja terusss..." goda Ciyo sambil meminum es jeruknya

"Napa sirikkkkkk aja lo jadi orang," sinis Hesam

"Sa lo sirik?" Ciyo malah bertanya pada Aksa

"Enggak,"

"Gue juga enggak, siapa yang sirik sih? Ra lo sirik?" Ciyo bertanya lagi

"Gue gue yang sirik napa lo hah pusing gue," balas Hesam gemas

Mereka tertawa tanpa memperdulikan teman yang sedang makan di sekitarnya. Menunggu mie instan yang mereka pesan membuat pembicaraan receh itu semakin tak karuan, benar-benar setengah waras.

"Sam lo mau main ke rumah Ara?" kini Aksa yang bertanya

"Apa lo mau ikut? Gak boleh!"

"Enggak,"

"Terus?"

"Siapin jawaban," Aksa tersenyum miring kemudian meminum es teh nya

Ara tertawa mendengarnya kembali teringat kejadian kemarin. Pasti pertanyaan yang bundanya ajukan nanti akan lebih banyak karena jika malam bunda pasti santai di rumah.

"Hah buat apa?" tanya Hesam bingung

"Eh Sam," panggil Ciyo

"Apa?"

"Bukannya hari ini ada latihan?"

"Ada,"

"Terus lo mau bolos gituh?"

"Enggak,"

"Katanya mau latihan di rumah Ara,"

"Entar malem,"

"Malem?"

"Hooh,"

"Hemm..."

"Napa lo?"

---

Malam dingin yang terang kini menemani Ara juga Hesam di taman belakang rumah. Lampu taman yang redup juga ikut menemani mereka dengan petikan gitar yang Hesam mainkan. Tak banyak alasan kenapa memilih malam untuk mengerjakan tugas ini hanya satu dan itu adalah kesibukan.

"Ra rumah lo adem ya," Hesam berbicara kala Ara sedang asik dengan handphone nya mencari lagu yang pas untuk ia nyanyikan

"Biasa aja ah," balas Ara

"Lo sendiri di rumah?" tanya Hesam tangannya masih asik memetik gitar

"Kan tadi di depan lo salim sama bunda, gak inget?" heran Ara

"Bukan gitu maksudnya sodara gituh?"

"Oh, enggak ada,"

"Boring dong idup lo,"

"Enggak juga, gue punya banyak temen kali,"

Hesam hanya ber-oh menanggapi. Baru jam tujuh malam, masih banyak waktu sampai jam sembilan.

"Lagu ini aja gimana?" tanya Ara

Hesam mendengarkan lagu yang Ara pilih, mendalami setiap lirik juga nada yang terdengar. Matanya terpejan, bibirnya tersenyum, dengan jari yang sesekali mengikuti alunan dengan asal.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang