TWENTY-SEVEN

12 4 0
                                    

Pagi ini semua mulai berkemas, manumpuk semua pakaian yang baru selesai di cuci dan memasukannya ke dalam koper.

Semenjak perdebatan malam tadi Aksa dan Hesam tak banyak bicara. Mereka hanya bicara sebutuhnya dan seditanyanya.

Siang nanti mereka akan kembali pulang. Ara memberi saran pada temannya untuk kembali mencari kesenangan saat sudah di sana, atau kembali ke sekolah sebentar sambil menunggu pembagian rapot.

"Sam, lo gak beli oleh-oleh buat tante?" tanya Ara melihat persiapan Hesam hanya alakadar

"Gak usah lah, ngabisin uang," sahut Hesam

"Anak durhaka emang," Ara tersenyum kemudian beranjak dari sana

"Eh Ra," panggil Hesam, membuat langkah Ara berhenti

"Kenapa?"

"Kalo lo mau nganter, ayo," ucap Hesam

Hesam siap, menunggu Ara di depan. Tapi saat Ara keluar ternyata di belakangnya di ikuti Aksa juga Ciyo.

"Kenapa diajak?" tanya Hesam tak suka

"Mau beli oleh-oleh juga katanya," jawab Ara seadanya

Gadis itu kemudian berjalan menuju mobil melewati Hesam yang masih berdiri di depan pintu. Aksa dan Ciyo juga mengikuti Ara di belakang, tapi sebelumnya Aksa sempat berhenti dan sedikit berbisik pada Hesam

"Main bersih," semirik singkat tergambar di air wajah Aksa

Tak seperti saat itu, jok mobil kali ini terasa penuh oleh kantong keresek dan juga tas-tas. Baju-baju juga terasa lebih memakan tempat dengan tiba-tiba terasa lebih banyak dari sebelumnya.

Mau tak mau Aksa harus pindah tempat duduk di tengah, karena jok belakang sudah sangat penuh apalagi jika harus di paksa untuk duduk.

09.43

Pagi kembali manyapa, cahayanya sudah banyak masuk ke dalam kamar namun Ara belum juga bangun. Tampaknya kemarin ia terlalu lelah karena perjalanan panjang setelah liburan.

Semalam hampir mendekati subuh mereka semua baru sampai di rumah masing-masing, karena pemberangkatan yang siang membuat waktu tiba pun lebih siang.

"Ara..makan dulu yuk, nanti tidurnya di lanjutin," suara lembut itu terdengar di telinga Ara, namun gadis itu enggan merespon

"Mau di bawain sarapannya?" belum ada respon

"Ra, bangun dulu yuk, udah siang"

"lima menit lagi bun," balas Ara terpejam, tangannya melayang memperlihatkan kelima jarinya

"Yaudah,"

Satu jam kemudian Ara baru keluar kamarnya, rambutnya acak acakan, mukanya belum di cuci dan matanya masih tertutup. Gadis itu berjalan seperti mumi, tangannya meraba setiap dinding di sampingnya agar ia tak menabrak sesuatu di depannya.

"Baru bangun?" suara keluar agak berat dari seseorang yang duduk di meja makan

Ara mengangguk masih belum bisa membuka matanya yang seperti terkunci

"Cuci muka dulu gih," ucapnya lagi

Ara hanya menurut kemudian ia beranjak menuju kamar mandi untuk cuci muka juga menyikat giginya.

Wajah yang lebih tampak cerah akhirnya muncul. Ara kembali duduk di kursi dan melihat seseorang yang tadi menyuruhnya cuci muka.

"Pagi Sa, gue kira tadi Hesam," ucap Ara sambil mengambil makannya

"Emangnya lo gak ngenalin suara gue?" tanya Aksa di sebrang meja

"Bisa sih, tapi tadi logat lo kaya Hesam,"

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang