THIRTY

18 3 0
                                    

Beberapa hari kebelakang setelah kejadian Hesam jatuh dari motor, Ara jadi lebih sering berkunjung ke rumah lelaki itu. Terkadang ia membawakan sarapan buatan bundanya atau buah yang sengaja ia beli. Alasannya sih karena merasa tidak enak karena sudah membuat Hesam terjatuh dan juga membuat motornya rusak.

Setelah di periksa, ternyata kakinya keseleo jadi mau tak mau saat itu Hesam langsung di urut tapi sayangnya kaki itu malah bengkak sampai sekarang.

"Mau di ambilin minum?" tawar Ara setelah menyuapi Hesam

Hesam mengangguk, dengan keadaannya yang seperti ini memang merugikan untuk Hesam tapi di balik kata itu ada beberapa yang membuat ia senang. Salah satunya perhatian yang ia dapat dari Ara.

"Sam katanya Ciyo udah sembuh, terus mau jenguk bareng Aksa," info Ara sambil menyodorkan minumnya

"Suruh bawain nasi goreng," pinta Hesam

"Kan lo udah makan, masih lapar?" heran Ara

"Buat lo, pasti tadi belum sarapan kan, sekarang udah siang," kata Hesam

Ara hanya mengangguk membenarkan, dan kemudian ia cepat menghubungi Ciyo sebelum lelaki itu sampai.

Selama menjaga Hesam Ara tida merasa keberatan sama sekali, karena ia pikir jika di biarkan ia malah merasa bersalah karena membuat lelaki yang sekarang duduk di atas kasurnya tidak bisa berjalan untuk sementara.

"Mau nonton?" tawar Ara setelah selesai mengabari Ciyo

Hesam menggeleng, lelaki itu tiba-tiba terlihat gelisah. Matanya terus bergerak naik turun, mulutnya juga sesekali ia gigit, kuku tangannya ia mainkan tak henti membuat Ara yang melihatnya merasa aneh.

Saat Ara bertanya kenapa, Hesam seperti ragu untuk berucap. Saat satu kata akan ia ucapkan tiba-tiba telfon Ara berbunyi.

"Ra,," ucap Hesam, namun Ara meminta Hesam untuk menjeda ucapannya karena seseorang di balik telfon itu

Hesam kembali memainkan kukunya sambil menunggu panggilan telfon itu berakhir. Beberapa hari Hesam selalau terlihat gugup namun sekarang lebih dari biasanya, karena sekarang ia akan mencoba.

"Gimana?" tanya Ara saat kembali

"Emm, Ra" panggil Hesam pelan, ia mencoba mendudukan tubuhnya dan menyandar di kepala kasur

"Apa?"

"Emm,,, gue suka sama lo," ucap Hesam lantang

"Hah?" kaget Ara

Gadis itu mengedipkan matanya berulang kali, ia tak tahu harus menjawab seperti apa. Hening untuk beberapa saat, Ara mencoba mengulang apa yang Hesam katakan di otaknya, itu cukup jelas terdengar tidak perlu ada pengulangan. Tapi apa? Apa ini nyata?

Dibalik Ara yang masih belum percaya, Hesam tertunduk dengan mata yang tepejam. Lelaki itu mencoba meyakini hatinya tentang apapun jawaban yang akan ia terima.

Setelah lama keheningan menyelimuti mereka, akhirnya Hesam kembali membuka matanya kemudian membenarkan posisinya untuk menghadap gadis yang duduk di samping ranjang nya dengan sedikit kesusahan.

Hesam menatap Ara lekat, gadis itu juga menatapnya namun dengan pandangan kosong. Hesam mencoba meraih lengan Ara menggenggamnya dan sedikit mengelus.

Ara tersadar dari lamunanya, matanya menatap lengan yang sedang Hesam genggam. Kemudian kembali mengangkat pandangannya untuk balik menatap Hesam.

Lelaki itu tersenyum kala mata mereka bertemu, tangannya masih dalam genggaman. Namun Hesam menarik salah satu lengan Ara kemudian ia arahkan pada dadanya yang terbalut kaos hitam polos.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang