Happy reading ❤
— - —
“Ayo ke sana!” Seru Joo Hyun, menunjuk-nunjuk sebuah kolam ikan kecil yang berada di sekitar Taman.
Joon Myeon mengangguk lalu menarik tangan Joo Hyun untuk mendekati kolam ikan itu. Kolamnya nampak bersih dan pastinya terawat. Ikan hias berwarna-warni yang ada di dalamnya juga bertubuh sehat.
Joo Hyun tersenyum. Ia memilih duduk di pinggiran kolam, lalu menatap ikan-ikan itu dengan berbinar.
Sedangkan posisi Joon Myeon, saat ini berdiri di samping perempuan itu. Dengan kaca mata hitam dan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku cardigannya yang berwarna biru, lelaki itu meneliti setiap pergerakkan istrinya. Layaknya bodyguard menjaga tuan Putrinya. Tapi, jenis bodyguard dengan penampilan yang keren dan memiliki sejuta kharisma.
Joon Myeon jadi berpikir bahwa Joo Hyun ini merupakan tipikal perempuan yang bisa melupakan masalahnya dengan hal-hal sederhana. Lihatlah, saat ini saja perempuan itu senyum-senyum sendiri hanya karena melihat ikan-ikan besar yang tak layak disebut sebagai ikan biasa. Mungkin saja anak hiu, atau paus.
Tapi, Joon Myeon bersyukur. Ia jadi tidak perlu repot-repot memikirkan cara untuk menghibur Joo Hyun dari rasa kehilangannya.
“Bunga teratai,” Gumam Joo Hyun. Tangannya bergerak untuk meraih bunga Teratai berwarna ungu yang ada di tengah-tengah kolam. Saat Joo Hyun kehilangan keseimbangan tubuhnya dan hampir nyebur di kolam, Joon Myeon sigap meraih bahu perempuan itu lalu menariknya menjauh dari kolam.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Joon Myeon setengah kesal. Ya bayangkan saja bagaimana kesalnya. Joo Hyun hendak meraih bunga teratai yang jelas-jelas ada di tengah-tengah kolam besar itu. Sedangkan dia hanya duduk di tepi kolam. Bunganya gak dapet, nyemplung iya.
Joo Hyun menyengir, lalu meminta maaf. Sedangkan Joon Myeon menarik napasnya panjang. Ia melirik ke arah jam tangannya. Pukul 5 sore. Masih ada banyak waktu untuk pesta kembang api tengah malam nanti.
“Tidak lapar?” Tanya Joon Myeon. Joo Hyun mengangguk cepat. Sebetulnya sudah dari tadi perutnya keroncongan, namun Joon Myeon tidak peka-peka. Padahal lelaki itu jelas mendengarnya.
“Mau makan apa?” Demi apapun, Joo Hyun ingin waktu kali ini berjalan sangat lambat. Kalau perlu Joo Hyun akan menyihir jam dunia supaya berhenti bergerak.
Kata-kata Joon Myeon yang begitu manis dan lembut, seharusnya di replay dan dijadikan slow motion. Biar Joo Hyun pajang dan terus terekam dalam ingatannya. Joo Hyun jadi malu sendiri karena diperlakukan seperti “orang istimewa” oleh Joon Myeon.
“Hey!” Tegur Joon Myeon, mengibaskan tangannya di depan wajah Joo Hyun. Berusaha menyadarkan perempuan itu dari lamunannya.
Joo Hyun terperanjat. Lalu nampak berpikir. Matanya menatap supermarket yang tak jauh berdiri kokoh dari tempatnya.
“Mie ramyeon?” Joo Hyun menjawab ragu. Pasalnya terakhir kali ia mengajak Joon Myeon makan mie ramyeon lelaki itu menolaknya mentah-mentah.
“Baiklah,” Tanpa Joo Hyun duga, lelaki itu mengiyakan ajakannya. Joo Hyun tahu, Joon Myeon menyukai ramyeon. Dan sekarang, Joo Hyun benar-benar bahagia.
Perempuan itu lantas menarik Joo Hyun semangat, membuat Joon Myeon tersenyum lalu mengacak rambut Joo Hyun pelan.
Sampai di depan supermarket, Joon Myeon menyuruh Joo Hyun duduk menunggunya dan akhirnya masuk ke dalam untuk membeli dua cup mie ramyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS 1] Good Wife: You are a Good Wife (Surene)
Fiksi PenggemarDrama Series 1 (Marriage Story) - Sad Romance *** Hurt, injured, sad and angry. Empat kata itu akan kalian temukan dalam hari-hari Joo Hyun. Pernikahan paksa ini membuat Bae Joo Hyun harus menahan banyak keperihan karena sikap Kim Joon Myeon yang sa...