Menikmati angin yang menerpa wajahku serta memainkan rambutku yang terurai itu salah satu hal yang bisa membuatku tenang, memikirkan beberapa pengalaman menyakitkan yang aku rasakan rasanya sangat sakit namun aku hanya bisa menjadikannya pelajaran dalam hidupku.
"Ehekmm...sedang apa kau disini" aku hanya terdiam dari atap sekolah, melihat betapa indahnya langit dari atas sini. Jaehyun terduduk di sebelahku dan melakukan hal yang sama dengan kaki yang ku turunkan ke bawah.
"Jae kau lihat awan itu, anggap aja awan itu sepertiku. Selalu terbang sendirian dan tidak pernah memiliki teman bahkan keluarganya pun tidak ada" jaehyun hanya menatapku dengan terdiam dan sesekali melihat ke arah langit untuk melihat awan yang ku tunjuk.
Jaehyun menarikku untuk turun dari sana,tidak ada yang kami bicarakan hanya terdiam "sinyoung ah kau tidak perlu merasa kesepian, kau masih memiliki saudari dan kedua orang tuamu bahkan kau masih memilikiku"
"Bukan itu maksudku jae" dia melepaskan tangannya dipundakku "aku selalu melihat awan itu setiap pulang sekolah dan kau lihat awan yang di sebelah sana itu, dia berjalan melawan arah dengan awan yang menggambarkan diriku itu. Dan aku gambarkan awan itu seperti jeno, aku selalu pergi kesini setiap pulang sekolah ketika aku mengingatnya dan ketika kedua awan itu ada" tiba tiba air bening meluncur dari kedua pipiku, ingatan ku tentangnya terukir kembali dan terkadang aku menangis ketika mengingatnya.
"Sudahlah aku masih disini" aku melihat ke arah wajahnya, tiba tiba wajah jeno terukir di wajahnya. Aku segera memeluknya dan ku luapkan kesedihanku.
~~~~~~~~
Aku yang sedang memasak makanan tiba tiba merasakan sesuatu di kakiku yang ternyata itu jihyun yang mencoba untuk berdiri dan berpegangan pada kakiku sebagai tumpuan."ahhk jihyun ah sudah besar sekarang" aku hanya melihatnya gemas, tak lama sanyoung menarik tangannya agar jihyun bisa melangkah dan menggerakan kakinya secara perlahan lahan.
"Kasihan jihyun jika kau menariknya seperti itu"
"Aniyo justru lihatlah dia senang sinyoung ah"
"Terserah" aku menatap makanan yang sudah siap di atas meja makan dan memanggil saudariku untuk makan bersama. Sudah beberapa hari ini aku tinggal bersama mereka, aku hanya ingin lebih hangat pada adikku dan menjaganya seperti janjiku waktu itu.
"Mengapa dia menangis?" Ku dengar suaranya yang menangis saat sanyoung datang dan terduduk disebelahku.
"Jihyun terjatuh tadi" dia menampilkan cengirannya padaku sedangkan aku mengambil alih jihyun di gendongannya yang menangis.
"aigoo siapa yang terjatuh hmmm mana yang sakit sayang" aku memberikan botol susu padanya, sempat aku bikinkan tadi saat sanyoung membawanya kedepan "young ah noona jahat ya sayang hmmm mana yang sakit" ia menunjuk ke arah lutut nya dan kulihat sedikit merah disana, aku hanya mengusapnya dan memperhatikan wajahnya yang sedang meminum susu. Merebahkan diriku disebelahnya agar ia tertidur.
"Oh oh eung eungg uh uh"
"Aishh noona tidak mengerti jihyun ah kau ingin apa?" Ia mendorong tubuhku menjauh bahkan ia memukul tubuhku.
"Dia ingin kau pergi meninggalkannya, biar dia tertidur sendiri tanpa dijaga siapapun" tiba tiba sanyoung datang dari arah pintu, aku hanya mengikuti perintahnya untuk keluar dari kamar dan turun untuk makan malam.
"Bagaimana dengan jihyun?"
"Sudah biarkan dia akan tertidur dengan sendirinya" aku mengangguk dan melanjutkan makanku sedangkan sanyoung memotong buah segar dihadapanku.
Aku pamit padanya untuk pulang sebentar dan mengambil beberapa bajuku di rumah, tak lupa juga aku menggunakan baju tebal agar tidak kedinginan saat di jalan. Menyusuri jalanan malam ternyata sangat indah apa lagi dengan bintang bintang yang bertaburan dilangit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Are The Different[Tahap Editing]🚫
Короткий рассказPertengkaran soal biasa dalam saudara Bukan karna hanya sebuah pertengkaran yang kami permasalahkan Tetapi sebuah kesesuaian hidup, kasih sayang dan juga saling percaya Cerita ini ditulis hanya imajinasi belaka yang ditulis karna rasa bosan si penul...