3bulan kemudian....
Aku mulai membiasakan hidupku tinggal disini, awalnya aku sempat risih dan tidak suka tapi lama kelamaan aku mulai bisa menerima semuanya. Aku terkadang menangis dimalam hari jika traumaku datang atau hanya sekedar mengingat keluargaku.
Setiap harinya aku selalu membantu ahjumma, ya walaupun hanya memasak dan membantunya mengambil sayuran di ladang tapi itu cukup mengisi rasa jenuhku disini. Terkadang juga aku ikut bersama mark ke sawah atau kehutan mencari kayu bakar dan beberapa makanan lainnya, menurutku dia sangat baik dan ramah pada semua orang bahkan orang yang tak ia kenal sama sekali walaupun sikapku biasa saja dan terkesan dingin dia tetap bisa menerimaku sebagai temannya.
Aku juga bersekolah disini, berada satu kelas dengan mark jadi aku bisa bersamanya disekolah. Teman teman ku disini semuanya sangat ramah bahkan dia memperlakukanku sangat baik disini, sekolah yang lumayan jauh dari rumah tapi dengan berjalan bersama sama dengan murid lain membuat rasa penat berjalan tergantikan dengan rasa tenang. Aku akan merasa tenang jika bersama jaehyun atau sanyoung tapi disini bersama mark membuatku merasa tenang dan aman.
Di siang harinya, aku pergi bersama mark untuk mencari kayu bakar.
"Baiklah kita cari disini saja, ingat! Jangan mengambil dahan yang sulit kau raih oke"dia memegang pundakku dan memberi arahan, aku hanya mengangguk.
Mengumpulkan beberapa kayu bakar yang nantinya akan dipisahkan lalu menjualnya, mereka sangat pekerja keras. Aku melihat dahan kayu yang panjang dan besar namun dahan itu jauh sekali bahkan hampir jatuh ke bawah jurang aku berusaha mengambilnya namun tanganku tidak sampai, menyimpan kayu kayuku dan berpegangan pada pohon untuk mengambilnya namun pohon itu licin karna bekas hujan kemarin. Aku terjatuh ke bawah dan untung saja mark menggapai tanganku jika tidak ntahlah.
"Akukan sudah bilang noona!" Dia menarikku dan meninggalkan ku pergi, aku berjalan mengikutinya sambil meneriaki nama dia terus mengabaikanku.
"aisshh lepaskan aku mark!" aku menghempas tangannya hingga genggaman kami terlepas.
"noona apa kau gila tadi sangat berbahaya bagaimana jika terjadi sesuatu padamu, ahh untung saja aku melihatmu"
"oke oke aku tahu aku salah, selesaikan? " dia hanya mengabaikanku dan pergi begitu saja.
"aissh anak itu! " aku berlari lalu menangkap tangannya dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku, berjongkok sambil mengatur nafasku yang berlari mengejarnya "mianhae"ucapku sambil menunduk dia berdecak malas dan meninggalkanku lagi. Aigoo mengapa dia seperti jaehyun sekarang
"Yakkk!! Markk!! Aishhh"
Dia berjalan hingga sampai ke rumah dan menyimpan kayu bakar itu lalu pergi ke belakang rumah untuk masuk ke kamarnya, ya dia bilang kamar yang ku tempati itu kamarnya dia tidur di belakang rumah bawah seperti kamar bawah tanah. Tidak ada kasur atau apapun hanya diterangi lampu penerangan satu satunya.( jadi kamarnya tuh kaya di bawah tanah gitu nah masuknya lewat pintu kaya lubang gitu, kalau masuk harus jongkok dulu)
"Dengarkan aku dulu, oke aku janji tidak akan melakukannya lagi. Mark ayolah"
"Makan saja janjimu itu noona" dia tertidur membelakangiku dan menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Aishh lalu aku harus apa?" aku tahu cara agar dia memaafkanku. Aku mulai berpura pura menangis dihadapannya, dia bilang dia tidak suka dengan wanita yang menangis apa lagi jika wanita itu menangis karnanya. Dia akan menghibur wanita itu dan membuatnya senang.
"Eoh" dia bangun dari tidurnya dan terduduk di sebelahku "sudahlah jangan menangis, aku memaafkanmu sudahlah nona" dia tersenyum dan menyelipkan rambut ke belakang telingaku, aku menatap matanya. Terlihat rasa iba dan sangat menyayangi seseorang dari matanya dia orang yang sangat baik, tapi aku buru buru melepaskan tangannya dari wajahku.
Suasana canggung menghampiri aku berdiri dan pergi begitu saja. walaupun di sekolah dia murid yang tidak terlalu pintar tapi dengan sikapnya dia mampu membuat beberapa guru dan teman teman di sekolah kagum padanya.
~~~~~~~~
"Younggie bisa panggilkan mark untuk makan, makanannya sudah siap" aku mengiya kan ahjumma yang menyuruhku, aku menyusuri ladang yang biasanya dia kunjungi jam seperti ini. Dari kejauhan aku melihatnya bersama seorang yeoja saling terduduk dan yeoja itu menyenderkan kepalanya pada pundak mark. siapa dia? Apa itu kekasihnya, hmmm...molla
Karna aku takut mengganggu mereka lebih baik pulang dan mengatakan pada ahjumma bahwa aku tidak menemukannya."Biasanya mark ada di ladang, apa dia tidak ada?" Aku menggeleng sebagai jawaban tidak padahal aku hanya tidak ingin mengganggu mereka. Mengapa ada rasa mengganjal di hatiku, aku memang bukan siapa siapa disini tetapi hatiku sakit melihat mark bersama yeoja selain diriku. Aisshh lupakan! Di hatimu cuma ada Lee Jeno. Mungkin itu hanya perasaanmu saja ohsinyoung sadar.
~~~~~~~
Aku terduduk di rumah pohon yang ku buat bersama mark beberapa hari yang lalu, walaupun sepenuhnya ia yang mengerjakan. Aku memandangi langit sore yang terang karna cahaya matahari yang mulai menghilang, tiba² rasa rinduku terhadap keluargaku timbul angin menerpa rambutku yang terurai."Wae?" Dia duduk di sebelahku dan melakukan hal yang sama. sebenarnya aku ingin sekali marah tapi aku tidak bisa, ingat ohsinyoung kau hanya di jual disini bukan menjadi bagian keluarga mereka
"ani hanya ingin melihat sunswt saja" entah kenapa air mataku jatuh.
"Kau menangis?" aku tidak tahu kenapa aku menangis tapi rasanya benar benar sakit. Dia menarikku kedalam perlukannya sambil mengelus punggungku rasanya sangat nyaman sekali, dia seperti jaehyun bagiku tapi mark lebih perhatian padaku. Seketika ingatanku teringat pada jeno kekasihku ahk mungkin mantan kekasihku dia selalu datang ke rumah dan mengajakku berjalan jalan, dia selalu menenangkanku disaat traumaku datang dan menenangkanku dikala ku menangis tapi dia sudah pergi. Tuhan izinkan aku melihat jeno dalam mimpiku, aku mohon.....
"Mark!!" Dia melepaskan pelukannya dariku dan menatap wanita itu, ya wanita yang bersamanya tadi siang. Aku hanya menatapnya datar sedangkan dia menatap kami berdua dari bawah.
"Tunggu sebentar disini" namja itu turun dan menghampirinya ntahlah apa yang mereka bicarakan sepertinya serius sekali.
~~~~~~~
"Noona kau marah padaku?" Aku hanya diam menatapnya dingin sedari tadi aku tidak berbicara atau pun meliriknya, aku hanya mengikuti kemana pun dia pergi. Saat ini aku berada di dalam kamarnya hanya terduduk di sebuah tikar sambil terdiam bukan dia tapi aku yang terdiam dan tidak mau memulai pembicaraan sejak tadi sore."huhh untuk apa aku marah padamu tak ada gunanya" aku memalingkan wajahku, dia terus mengoceh dan bertanya aku hanya diam tak membalas ucapannya.
"Noona!" Dia meninggikan sedikit nada bicaranya aku menatapnya sekilas dan mendelikkan wajahku, mengapa perasaan ku sangat ingin marah sekarang. Aku menggeleng kepala dia hanya terdiam masih menatapku.
Aku menariknya keluar dari kamar menuju pondok, ya kami juga memiliki pondok yang di buat bersama di belakang rumah tak jauh dari kamarnya.
"Mau apa kita kesini"
"Tidak ada"jawabku singkat "biasanya aku selalu melihat bintang² langit malam dirumah, di balkon kamarku" dia tersenyum di hadapanku. Ntah mengapa bersamanya selalu membuatku lupa akan segala hal, lupa tentang kesedihan ku dan traumaku bahkan yang lainnya. Aku merasa seperti menyukainya . Tapi kurasa aku menyukainya sebagai seorang kakak yang menyukai sikap adiknya.
"Bagaimana bisa ahjussi menjual noona pada eomma?"
"Molla" senyumku tipis menatapnya "aku sendiri tidak tahu bagaimana appa bisa melakukan itu padaku mungkin dia lebih memilih saudariku dibanding diriku"
"Noona memiliki adik?"
"Aniyo, kakakku"senyumku melebar, ntah mengapa jika bersamanya membuat sifatku sedikit mencair dan lebih sering tersenyum tipis.
Aku menggeserkan tubuhku semakin dekat dengannya, menyenderkan kepalaku pada sisi tubuhnya dan dia membalas pelukanku dari samping. Kami hanya sama sama terdiam dan menatap langit malam dan bentangan gunung yang hitam karna malam hari.
*********
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Ohs_sanyoung96
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Are The Different[Tahap Editing]🚫
Historia CortaPertengkaran soal biasa dalam saudara Bukan karna hanya sebuah pertengkaran yang kami permasalahkan Tetapi sebuah kesesuaian hidup, kasih sayang dan juga saling percaya Cerita ini ditulis hanya imajinasi belaka yang ditulis karna rasa bosan si penul...