🍓21

8.2K 714 120
                                    












Jennie menutup matanya ketika bibirnya mengecup bibir lim dengan lembut. Tangannya membelai leher lim membuat sang empunya merinding. Dan kini, jennie perlahan melumat bibir lim dengan penuh cinta.

Limario masih diam membatu, bahkan matanya masih terbuka. Jennie yang merasa tak ada balasan atas ciumannya kini membuka matanya.

Ia menatap lim yang masih diam dengan pandangan kosongnya. Jennie pun melepas ciumannya dan mengusap lembut pipi lim.

"Mianhe, mianhe membuatmu kecewa..." lirihnya dengan air mata yang kini sudah menetes. Pandangan lim tak lepas dari jennie yang kini sudah menangis membuatnya bingung sendiri.

Limario bangkit dan kini duduk ditepi ranjang. Jennie juga bangkit melihat lim yang ia fikir akan meninggalkannya.

"Aku minta maaf lim. Maafkan aku... aku tau aku salah... aku...aku....."




"Aku hanya tidak suka kau mengotori apartemenku.!" Potongnya seketika membuat jennie terdiam. Namun air matanya tak henti juga menetes.

"Aku bahkan tidak pernah mengotori apartemen ini. Jadi kumohon jangan sekali lagi kau mengotori tempat ini." Ucapnya tegas, jennie kini menatap lim. Sedikit tak terima jika ia dibilang mengotori apartemen lim saat ini.

"Tapi, aku hanya....."


"Aku tau. Dia hanya melakukan layaknya seorang kekasih padamu bukan.? Tapi ingatlah bahwa kau tidak tinggal sendiri disini. Kau juga harus menjaga perasaan orang lain.!" Ucapnya tegas. Dan sedari tadi, tak ada ia menyebut nama jennie menggunakan embel-embel 'nuna' seperti biasa.

Mungkin pria ini sudah terlalu emosi, sehingga sopan santun dalam berucap yang ia jaga biasanya kini ia tepiskan.




Jennie terdiam, memahami bahwa saat ini lim sangat marah padanya. Ia tak bisa melawan saat ini, mendengarkan tiap kata yang keluar dari mulut lim membuat hatinya sakit.

"Jangan lagi kau melakukan itu disini. Ini terakhir kalinya kau mengotori apartemenku. Aku tidak suka melihatnya.!" Ucapnya ketus memperingatkan jennie.



Ia berbalik melihat jennie yang sudah dalam kondisi kacau. Matanya membengkak, hidungnya memerah, dan pipi gembul itu sudah basah akibat banyaknya air mata yang membasahi.

Tak tega melihat jennie menangis, ia menangkup pipi mandu jennie dan menghapusnya lembut dengan ibu jarinya.

"Jangan menangis, aku sudah tidak marah." Ucapnya dengan suara melembut, jennie yang masih terisak kini mendongak menatap lim.

Lim menatap jennie dengan menampilkan senyum manisnya. Ia mengusap pipi jennie dan mengecup pipinya membuat jennie kaget.

Lama limario menempelkan bibirnya disana, ia pun melepasnya dan kini beralih memeluk sang istri dengan penuh cinta.

"Jangan lagi menangis. Sekarang tidurlah, nuna pasti lelah." Ucapnya lagi sambil mengusap lembut punggung jennie. Jennie merasakan kenyamanan saat lim memperlakukannya seperti ini.

Ia membalas pelukan lim tak kalah erat. Dihirupnya dalam-dalam aroma tubuh lim yang sedikit berkeringat membuat dirinya candu.

Bahkan kini, ia enggan melepas momen ini. Ia berharap waktu berhenti berputar dan membiarkan ia larut dalam kenyamanan ini.

Limario melepas pelukan mereka, ia merebahkan jennie diranjang dan menutupi tubuh sang istri dengan selimut.

"Lim...." panggil jennie membuat lim menatapnya dengan penuh tanya.

Why Do I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang