Ketika cinta bertepuk sebelah tangan, kau merelakan dia bersama bahagianya.
Namun bagaimana jika akhirnya ia ingin bersamamu setelah ia memberikanmu luka yang begitu dalam untukmu.
Masihkah ada alasan kau tetap mencintainya.?
WHY DO I LOVE YOU..?
B...
Coba deh sambil dengerin lagunya, mungkin bisa nambah feelnya saat kalian baca.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sampai kapan kamu belum menerima kehadiran anak kita hmm..? Kamu mau kalau dia tinggalin kamu.......?"
Ucapan yang keluar dari mulut Jennie sukses membuat Lim terdiam. Ada rasa sakit dihatinya saat mendengar ucapan istrinya itu.
"Aku gak mau nangis. Karna aku tau kalo aku nangis kamu akan kasihan sama aku. Aku sama anak kamu gak butuh dikasihani. Kami cuma perlu kasih sayang kamu. Harus dengan cara apa supaya kamu bisa nerima dia dengan baik.? Apa memang kamu gak suka aku hamil.?" Tanya Jennie dengan sekuat tenaga menahan agar air matanya tidak tumpah. Ia mencoba kuat dihadapan sang suami agar Lim paham dengan kenyataan saat ini.
Kenyataan bahwa istrinya tengah mengandung buah cinta mereka.
"Kamu ragu kalo ini anak kamu.?" Dan kali ini, pertanyaan Jennie membuat Lim bingung akan menjawabnya. Pria itu hanya diam dan memang, ya...
Kenyataannya ia ragu dengan bayi yang dikandung istrinya itu.
"Iya aku tau kalo dulu aku jahat. Aku perempuan gak bener, aku udah duain kamu, iya aku paham..." ucapnya sambil terkekeh, namun akhirnya air mata itu tumpah juga tak kuasa ia tahan. Lim hendak memeluknya, namun Jennie menahannya.
"Aku memang dulu pernah dibutakan cinta dengan lelaki yang salah. Hingga aku juga hidup dijalan yang salah. Tapi sekarang aku udah menyesal. Aku mau memperbaiki hidup aku, kamu laki-laki baik yang aku yakin bisa buat aku lebih baik lagi. Dan terbukti sekarang aku jadi lebih baik bersama kamu. Aku udah nyerahin hidup aku sepenuhnya buat kamu, karna aku sangat mencintai kamu Lim." Ucapnya sambil menangis sesegukan, seolah dibukakan fikirannya, Limario kini mulai memahami apa yang dirasakan istrinya.
"Waktu kamu pergi ke L.A, aku inget kalau itu anniv kita yang pertama, aku masak buat kamu pulang. Aku bersihin apart kamu dan hias meja makan buat Dinner kita. Sengaja aku gak ngabarin kamu karna mau kasih kejutan...."
"Tapi, dia datang dan aku gak liat dulu dimonitor karna terlalu excited mau nyambut kamu. Ternyata itu bukan kamu, liat wajah dia lagi mood aku langsung rusak. Dia cuma minta maaf atas semuanya, aku udah maafin biar masalahnya cepat selesai. Tapi, dia belum pergi karna izin ke toilet. Aku izinin supaya dia cepat pulang dan aku masih nunggu dia selesai didepan pintu apart. Ponsel aku bunyi yang tadinya di sofa. Aku ambil ponselnya, ternyata nomor gak dikenal. Dan saat aku angkat juga gak ada suaranya..."
"Tiba-tiba dia peluk aku, aku berusaha ngelepasin dia tapi dia malah dorong aku ke sofa...." Tangisnya pecah, Jennie menghapus air matanya agar bisa kembali menjelaskan semuanya pada Lim.
Semua kesalah pahaman ini harus segera selesai fikirnya. Jika masih berlarut-larut, rumah tangganya yang akan menjadi ancamannya.
"Aku... aku gak ngelakuin apapun. Demi tuhan aku gak ngapa-ngapain sama dia. Karna yang aku tunggu itu kamu..." Limario membawa Jennie dalam pelukannya guna menenangkan sang istri. Kini Jennie tak menolak, Jennie menangis dipelukan sang suami, memori pahit itu kembali berputar diotaknya hingga membuat sakit dihatinya.