🍓23

7.7K 729 85
                                    








Pagi yang cerah telah menyambut, orang-orang mulai sibuk dengan beragam aktifitas mereka. Lain halnya dengan gadis berpipi mandu itu.

Ia sangat tak bersemangat untuk sekedar bangkit pagi ini.

Ya, matanya terasa berat karna ia berhasil begadang semalaman. Semalam suntuk, matanya tak dapat terpejam sama sekali karna otaknya terus memikirkan lim. Bahkan jennie tak menyangka bahwa limario sangat berpengaruh baginya.


"Hallo unnie, apa bisa jadwalku hari ini dicancel.?" Tanya jennie dengan nada lemahnya. Ia menelfon jisoo untuk minta izin agar hari ini mengosongkan jadwalnya.

"Mwo.? Kau mau membatalkan jadwalmu lagi..? Aish jennie-yaa, bagaimana aku menjelaskan pada mereka.?" Cerewet jisoo tak henti mengomeli jennie, dengan mata yang sayup-sayup, jennie berusaha mengumpulkan nyawanya kembali untuk memenangkan perdebatan dengan jisoo.

"Aku tidak enak badan unnie. Aku tidak sanggup jika hari ini harus pemotretan. Aku mohon padamu unnie, kali ini saja." Ucapnya lemah. Mendengar suara jennie, jisoo pun menghela nafasnya dan kembali mengecek jadwal jennie.

"Baiklah, aku akan coba atur ulang jadwalmu. Jika memang benar sakit, istirahatlah. Aku akan minta tolong lim untuk mengantarmu ke dokter." Ucap jisoo melembut, mendengar itu jennie sampai membulatkan matanya. Bagaimana mungkin minta tolong dengan lim, bahkan mereka sedang tidak akur.

"Tidak perlu unnie. Aku akan menelfon Dr. Kang nanti.!" Bantahnya cepat,

"Yasudah. Istirahat nee. Jangan telat makan dan minum obatmu nanti." Pesan jisoo dan langsung mematikan telfonnya. Jennie menghela nafasnya kasar lalu bangkit dari ranjang.

Ia berniat akan sarapan pagi ini dan setelah itu akan melanjutkan tidurnya. Gadis berpipi mandu itu pun keluar kamar dan ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Diliriknya pintu kamar lim yang masih saja tertutup, sepertinya sang penghuni kamar belum bangun.

"Apa aku perlu membuatkannya sarapan.? Tapi bagaimana jika sudah susah payah aku membuatkannya namun ia menolak.? Haish... bagaimana ini.?" Monolognya sambil menatap pintu kamar lim.

Dengan mata yang menahan kantuknya, akhirnya jennie pun membuat sarapan untuknya dan lim. Ia tau, pasti sang suami belum sarapan dan belum ada keluar kamar.

Berjuang melawan kantuknya, jennie pun memasak dengan mata yang sesekali terpejam. Ia mulai meracik bumbu-bumbu dan bahan masakan lainnya.

"Akh..." ringisnya saat tangannya tanpa sengaja teriris pisau yang ia gunakan untuk memotong bawang. Jennie langsung mencucinya diwastafel, wajahnya meringis menahan perih dijarinya.

Efek mengantuk membuatnya tidak berkosentrasi dalam memasak kali ini.
Setelah berjuang melawan kantuknya, akhirnya jennie menyelesaikan masakannya.

Nasi goreng kimchi sudah matang, ia berhasil memasaknya tanpa gosong biarpun matanya sudah sangat berat untuk terbuka.

Bahkan kantung matanya menghitam akibat begadang semalam.

Dengan telaten, ia menata nasi goreng kimchi untuk lim dan tak lupa segelas susu coklat kesukaan sang suami. Setelah semuanya selesai, ia bingung sendiri bagaimana cara mengantarnya.?

Ia takut lim menolak jika ia memberikan sarapan, mengingat pria itu masih marah dengannya.

Tok...

Tok...

Tok...

Berperang dengan fikirannya, suara ketukan pintu menginterupsi jennie. Gadis berpipi mandu itu langsung bergegas untuk membukakan pintu.

Why Do I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang