"Jadi mama meminta kalian memberikannya cucu...?" Kekeh nayeon mengejek lim. Ya, saat ini mereka berada di restoran langganan lim. Seperti biasa, lim selalu menceritakan hal yang ia alami pada nayeon.
"Hmm.. aku jadi bingung sekarang." Ucap lim dengan lesu dan kini menyesap coklat panasnya. Nayeon menggeleng dan menatap lim dengan serius.
"Kau ini memiliki istri, pabbo... untuk apa kau bingung memberikan mama cucu.?" Tanya nayeon, mendengar itu lim langsung menoleh menatapnya.
"Ck, kau tau bahwa istriku tak mungkin mau melakukan itu. Kau tau aku ini bukan suami yang sesungguhnya." Ucap lim kesal,
"Ya tapi kan mama tidak tau yang sebenarnya lim. Atau katakan saja jika memang kalian belum diizinkan tuhan memiliki anak." Saran nayeon, sementara lim kembali terdiam dengan sejuta fikiran dikepalanya.
"Untuk saat ini itulah alasanku pada mama. Aku bilang bahwa jennie belum mengandung karna memang tuhan belum mengizinkan." Ucap lim dengan nada lemah. Nayeon hanya bisa menatap lim dengan tatapan simpatik, hatinya pilu melihat orang yang disayanginya dalam keadaan seperti ini.
Nayeon meraih tangan lim dan menggenggamnya dengan maksud menguatkan hati sang sahabat. Diusapnya lembut tangan limario sambil tersenyum manis menatapnya.
"Kau harus bersabar nee. Aku yakin mama sudah bisa mengerti dengan keadaanmu sekarang. Kau hanya fokus memantau keadaan mama dan memastikan ia baik-baik saja." Ucap nayeon penuh perhatian. Limario tersenyum dan membalas genggaman tangan nayeon.
Ia sangat paham bahwa nayeon berada disini untuk menguatkannya. Dan berkat nayeon, kini ia merasa sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Setidaknya bebannya sudah berkurang karna sudah mencurahkan isi hatinya.
"Ekhm...." deheman seseorang membuat mereka seketika menoleh. Limario membulatkan matanya kaget melihat seseorang yang kini dihadapannya sambil menyilangkan tangannya di dada.
"Je... jennie..." ucapnya terbata-bata. Pria itu bangkit dan menatap jennie yang sudah memasang tampang horrornya.
"Banyak pekerjaan hmm... apa ini bagian dari pekerjaan.?" Tanyanya sinis. Tak lupa tatapan tajam ia layangkan untuk nayeon yang sedang gugup dikursinya.
"Aku hanya makan siang, aku..."
"Irene unnie, sebaiknya kita pindah tempat. Mendadak aku tidak mood makan disini." Ucap jennie langsung meninggalkan lim yang hanya bisa diam mematung disana. Irene yang kebingungan pun mengikuti kemauan jennie untuk pindah restoran.
Nayeon hendak mengejar jennie, namun lim menahannya membuat nayeon kesal.
"Ck, aku akan menjelaskan kesalah pahaman ini pada istrimu lim. Dia berhak tau yang sesungguhnya.!" Sanggah nayeon cepat dan hendak kembali mengejar jennie.
Namun lagi-lagi, lim menahannya dan menatapnya lemah.
"Dia tidak akan peduli nayeon. Aku bukan siapa-siapanya.!" Ucapnya seketika membuat nayeon terdiam.
Jennie dan irene berada direstoran lainnya setelah kejadian tadi. Sejak datang kemari, jennie hanya diam membuat irene bingung.
"Jennie-ya. Makanlah dulu... kau belum sama sekali menyentuh makananmu." Ucap irene mengingatkan. Jennie melirik irene sekilas dan membuang nafasnya kasar.
"Hah, aku tidak nafsu makan unnie." Ucapnya ketus. Irene kembali diam, sejujurnya ia takut melihat ekspresi jennie yang seperti ini.
Irene itu gadis yang sangat lemah lembut, bahkan tutur katanya juga sangat lembut. Melihat orang yang marah-marah saja membuatnya takut, sekalipun orang itu bukan memarahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Do I Love You
RomanceKetika cinta bertepuk sebelah tangan, kau merelakan dia bersama bahagianya. Namun bagaimana jika akhirnya ia ingin bersamamu setelah ia memberikanmu luka yang begitu dalam untukmu. Masihkah ada alasan kau tetap mencintainya.? WHY DO I LOVE YOU..? B...