Kaia
Septa
*****"Ini Rumahmukan?" Motor Septa berhenti tepat di sebuah rumah yang tampak lusuh, seolah sudah terbengkalai bertahun-tahun. Padahal, Kaia dan orang tua gadis cantik itu sering membersihkannya. Mungkin, jika memang benda mati itu bisa mempunyai jiwa, rumah itu juga sedang berduka, memgetahui orang tua Kaia telah tiada. Selain auranya yang murung, rumah itu adalah rumah normal bertingkat satu dengan ukuran tidak terlalu besar. Karena Kaia adalah anak tunggal, keluarga mereka tidak perlu mempunyai rumah besar. Bahkan, dibanding rumah Kakek Sanjaya dan Septa, rumah mereka bisa dikatakan lebih besar dibanding rumah Kaia, saat gadis itu baru sadar setelah melihat rumahnya kembali.
"I- Iya...." Kaia mengangguk lalu turun dari motor. Ini canggung. Sepanjang jalan, mereka berdua tidak mengobrol sama sekali. Kaia sebenarnya ingin angkat bicara, tapi sepertinya, Septa tidak menyukai gadis itu makanya merengut sepanjang jalan, bahkan sampai sekarang. Kaiapun jadi segan untuk memulai pembicaraan.
Hah... Kaia menarik dan menghembuskan nafas panjang, masih berdiri di samping motor Septa menatap rumahnya dari depan. Bibir gadis itu mengkerut ketika ia berpikir untuk kembali ke dalam lagi. Bayang-bayang setan mengerikan yang kemarin menindihinya masih jelas terpampang, seolah-olah sekarang setan itu sedang mengoloknya tepat di depan wajah. Atau apa mungkin memang sekarang sedang terjadi begitu!? Gulp... Kaia menelan ludah dan membenarkan posisi kacamatanya.
"Kenapa enggak masuk? Ini Rumahmu bukan?" Septa mengkerutkan alis melihat Kaia tidak masuk-masuk ke dalam. Gadis itu terdiam dan berbalik menatap teman sekelasnya itu. Kaia tidak tahu kalau ternyata Septa yang apatis dan pendiam itu bisa semenyebalkan ini. Namun, Kaia juga mengerti kenapa dia bersikap seperti itu. Kaia mengerti jika sekarang dia merepotkannya.
"A- Aku..." Aduh... Bagaimana bilangnya? Kaia takut untuk masuk sendirian. Gadis itu menatap Septa dengan tatapan anak anjing yang minta diadopsi, berharap Septa mengerti 'kode' darinya itu. Tapi sepertinya, cowok itu tak bakal mengerti hanya dengan tatapan. "Ehehe..." Kaia cengengesan sejenak. "Bi- Bisa temanin aku ke dalam enggak? Aku... Takut." Gadis itu memerah dan menunduk, tapi matanya masih mengintip ke arah Septa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggilan Ratu Laut Selatan
Horror(21+) Setelah kematian orang tuanya, Kaia mengalami kejadian ketindihan yang sampai membuatnya bangun dalam keadaan telanjang. Pilihan gadis itupun hanya satu, yaitu menemui seseorang yang bernama Kakek Sanjaya sesuai dengan isi surat wasiat dari ke...