Kabur Ke Hutan

8K 394 21
                                    

"M- Mbah!? Ki- Kita mau ke mana!?" Kaia mengangkat tangan berusaha menutupi diri dan berjalan mengendap-endap mengikuti langkah Mbah Kasmirah yang lebih dulu di depan, melihat situasi. Wanita tua itu lantas mengayunkan tangan menyuruh Kaia untuk lanjut mengikutinya setelah memeriksa keadaan telah aman. Rumah adat tempat Kaia di sekap adalah salah satu rumah tetangga Mbah Kasmirah yang juga merupakan anggota keraton jemaah penyembah Ratu. Dengan kepanikan akan kaburnya Septa yang dibawa Mbah Kasmirah tadi, nampaknya sangat berhasil membuat semua orang di rumah pergi keluar sehingga rumah itu kosong.
"Ssshh... Percaya padaku dan ikuti aku saja!" Desis Mbah Kasmirah menyuruh Kaia untuk diam dan ia pun lanjut melangkah pergi keluar rumah setelah memastikan semua anggota keraton sudah cukup jauh pergi.

"Mmm..." Kaia sempat terdiam menggigit bibir. Dikhianati Sang Sahabat barusan membuatnya terpikir untuk tidak mempercayai Mbah Kasmirah di depannya ini. Namun... Wanita itu sudah membebaskannya, kalau saja Mbah Kasmirah tidak datang, mungkin Kaia tidak akan bebas. Entah apa niat dan tujuan sebenarnya dari Mbah Kasmirah, Kaia tidak tahu, yang jelas, kalau ia ingin kabur dari rumah ini, ia hanya punya satu pilihan. Yaitu mengikuti Mbah Kasmirah keluar.

Hyuuu... Angin dingin menerpa tubuh Kaia yang tak tertutup apa-apa. Gadis cantik itu langsung merinding dan makin erat memeluk serta menutupi diri. Wajahnya memerah. Tak pernah terbayangkan dirinya akan berada dalam kondisi tanpa busana berkeliaran di perkampungan orang begini! Langkah demi langkah diambil Kaia yang membuntuti Mbah Kasmirah terasa berat saking malunya, "Sst!" Tiba-tiba Mbah Kasmirah menyuruh Kaia untuk berhenti melangkah dan mereka berdua berlindung di balik pepohonan. Beberapa orang berpakaian adat terlihat sedang berkeliling mencari Septa. "Tck..." Mbah Kasmirah mengalihkan pandangannya ke arah gudang yang terletak beberapa ratus meter dari tempatnya berada.
Hah.. Hah.. Kaia menoleh ke kiri dan ke kanan dengan nafas menggebu-gebu panik tak tahu harus melakukan apa. Dia dan Mbah Kasmirah tidak bisa lanjut melangkah karena ada beberapa orang keraton di depan sana, sedang memeriksa rumah-rumah yang salah satunya adalah rumah Mbah Kasmirah.

"Kalau mereka ke sini, alihkan perhatian mereka sebentar!" Seru Mbah Kasmirah yang tiba-tiba duduk bersila di atas tanah lalu mulai komat-kamit membaca mantra.
"Hu- Huh!!?" Kaia yang bingung tidak sempat bertanya mau melakukan apa wanita tua di dekatnya ini. Mbah Kasmirah memejamkan mata erat berkonsentrasi dengan tangan menengadah seakan berdoa dengan mulut komat-kamit. Lalu, hal yang diucapkan Mbah Kasmirah sungguh terjadi. Beberapa orang anggota keraton yang sudah selesai memeriksa rumah-rumah di depan mulai berjalan mendekat. Gulp... Kaia menelan ludah. "A- Aku harus bagaimana ini!!!?" Gadis cantik itu bolak-balik menoleh ke arah para anggota keraton yang makin dekat dan ke arah Mbah Kasmirah yang masih sibuk memejamkan mata, berkonsentrasi membaca mantra. "Ba- Bagaimana cara mengalihkan perhatian mereka!!!!?" Kaia yang panik sedikit gemetaran dengan jantung menendang kencang, lalu, gadis itu tertunduk dan melihat kondisi tubuhnya. "Mmmm!!!" Kaia memerah dan menggelengkan kepalanya.

"Sial! Ke mana bocah itu lari!" Gerutu salah satu pria anggota jemaah penyembah Ratu sambil menggaruk pelipisnya. "Padahal dia rencananya akan kita korbankan juga malam ini! Ke mana dia!?" Gerombolan itu melihat ke kiri dan ke kanan mencari di mana Septa berada. Kehilangan sosok cowok itu tampaknya benar-benar membuat kegaduhan luar biasa sampai-sampai mereka lupa untuk menjaga Kaia sehingga gadis itu bisa kabur sejauh ini.
"Aaahhh...." Langkah gerombolan pria keraton itu seketika terhenti ketika mereka mendengar suara desahan seorang perempuan yang datang tiba-tiba dari balik pohon.
"M- Mm..." Kaia menggigit bibir lalu melangkah menampilkan sosoknya keluar dari balik pohon, mencegah langkah para anggota keraton itu untuk lebih maju lagi agar tidak bisa menemukan Mbah Kasmirah yang sedang duduk merapal mantra. Wajah Kaia memerah dan tubuhnya yang terbuka sepenuhnya itu makin gemetaran ditatap para anggota keraton yang tercekat menyaksikan ada seorang gadis cantik tanpa busana di depan mereka.

Panggilan Ratu Laut SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang