Mimpi Atau Bukan

14.6K 421 7
                                    

"Mmmmmmm!!!! Mama!!!" Kaia kecil bersembunyi di balik tubuh Sang Mama. Gadis bertubuh kecil yang memiliki rasio kepala sebesar badan seperti anak-anak balita pada umumnya itu terlihat menggemaskan ketika pupil matanya yang malu dan takut itu terlihat melebar membulat. "Mmmm..." Kaia kecil mengintip dan makin erat memegang celana Sang Mama. Gadis itu melihat ada sepasang pria dan wanita yang tampak keriput sedang berbincang dengan kedua orang tuanya dan berniat menyapanya. Tapi... Bukan kedua orang itu yang membuat Kaia jadi bersembunyi di balik tubuh Sang Mama... Namun, sesuatu yang mengikuti mereka di belakang. Sesuatu yang tampaknya tidak bisa dilihat oleh kedua orang tuanya dan teman mereka itu.

Sosok wanita berjubah putih berwajah mengerikan tampak mengikuti seorang pria keriput yang daritadi terlihat bercanda dengan Sang Ayah. Kuntilanak berwajah nanah dan bermata merah itu tampak mengolok pria itu sejak tadi, ketika Kai melihatnya. "Mmmmmm.... Mamaaa...." Rengek Kaia memanggil Sang Mama.
"Kenapa Kaia?" Tanya Sang Mama sambil mengelus-ngelus rambut Kaia kecil di bawah tubuhnya. Bibir Kaia mengkerut. Gadis itu takut kalau-kalau sosok kuntilanak yang dia intip bakal berbalik dan tiba-tiba menatapnya. "Mama.... Ada itu...." Baik orang tua Kaia dan kedua temannya sama-sama terdiam dengan ucapan Kaia kecil yang tampak ketakutan menatap sesuatu yang kosong.

"Sudah Kaia... Enggak apa-apa.... Sekarang, pejamkan mata Kaia." Mama Kaia menjongkok agar sejajar dengan Sang Putri. Tangan hangatnya datang membelai lembut kepala Kaia yang harum bunga-bunga... Sret... Sret...
"Mmmm...." Kaia menurut dengan ucapan Sang Mama untuk memejamkan erat matanya. Saking eratnya, sampai tangannya ikut mengepal seerat kelopak matanya yang tertutup.
"Tarik nafas...." Hah... Bahu Kaia kecil menaik. "Lalu fokus lihat mata Mama... Ok?" Kaia mengangguk dan perlahan membuka matanya. Tatapan hangat dari bola mata indah Sang Mama menatapnya memberi ketenangan dan rasa aman. "Enggak ada yang akan menyakiti Kaia... Kalau Kaia melihat sesuatu yang aneh-aneh..." Tuk... Mama Kaia menunjuk dan menekan dada Kaia. "Fokus di sana dan ingat Mama dan Papa selalu ada buat Kaia." Wanita cantik berkacamata itu tersenyum menatap wajah Kaia kecil. Sang Mama kemudian melepas kacamatanya, lalu memasangnya di waja Kaia, dan kembali berdiri setelah mengelus kepala Kaia.

"Sekarang giliran kalian berdua untuk melakukan ritualnya." Seorang wanita berusia 40 tahunan tampak berbicara. Pakaiannya begitu anggun, layaknya anggota sebuah kerajaan. Bahkan, sampai rambutnya ikut ditata seperti bangsawan.
"Ya...." Ayah Kaia menggangguk lalu menatap wajah Sang Istri.
"Kaia... Mama dan Papa pergi dulu sebentar ya. Kaia tunggu di sini sama Kakek Sanjaya dan Mbah Kasmirah ya..." Mama Kaia menarik pelan tangan Kaia kecil, membawa gadis cilik itu menuju teman kedua orang tuanya yang daritadi tampak berbicara serius tanpa Kaia mengerti.

"Mmmm... Mama mau ke mana???" Kaia kecil menggeleng-geleng, seperti anak kecil pada umumnya, tak mau berpisah dengan orang tuanya apapun yang terjadi walau sebentar saja. Sret... Sret... Tangan hangat Sang Mama mengelus-ngelus pipi Kaia. Sang Papa juga ikut mendekat dan mengelus kepala Kaia yang tingginya hanya selutut pria itu. "Papa dan Mama mau ketemu orang... Ketemunya lama, nanti Kaia capek. Makanya Kaia tunggu di sini saja ya sama Kakek Sanjaya dan Mbah Kasmirah." Sang Papa menyingkir sedikit, agar putri kesayangannya itu bisa melihat dua sosok yang ia maksud.
"Hai Kaia...." Sapa Kakek Sanjaya dengan senyuman hangat, dan wanita di sebelahnya yang dipanggil Mbah Kasmirah itu juga sama-sama tersenyum.
"Mmmmm...." Kaka tidak menyahut. Bibirnya manyun karena ini sudah kesekian kalinya ia di bawa ke tempat aneh ini dan sekarang, ia ditinggal bersama dua orang asing yang tidak ia kenal.
"Anak pintar..." Cup... Mama dan Papa Kaia bergantian mencium pipinya lalu kedua orang tua Kaia itu pergi menghilang ke balik tirai.

Kaia kecilpun menunduk. Saat ini, ketika tubuhnya masih kecil, seluruh dunia seakan begitu luas dan besar. Ia tidak tahu ia ada di mana. Yang jelas, ia ingat sudah sering menempuh perjalanan bolak-balik menaiki kereta untuk tiba ke tempat ini. Ke tempat di mana semua terlihat hijau, dari dindingnya, pintu, hingga jendela. Banyak perabotan-perabotan berkilau yang ketika Kaia mau menyentuhnya selalu dimarahi Sang Papa. Bwusshh.... Angin laut berhembus masuk melalui jendela... Benar... Ia ada di sebuah tempat aneh yang lokasinya ada di sebuah pantai.
"Kaia...." Seorang pria membungkuk agar sejajar dengan gadis kecil lawan bicaranya ini. Kaia yang malu-malu, mengintip dan bolak-balik tak berani lama-lama memandang pandangannya. Tetapi.... Hangat. Tatapan pria yang dipanggil Sang Papa, Kakek Sanjaya ini sama hangatnya seperti tatapan kedua orang tuanya... Membuat Kaia merasa aman. "Sambil menunggu Papa Mama Kaia pergi, Kaia mau makan?"

Panggilan Ratu Laut SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang