Krug.... Kaia memegang perutnya yang berbunyi keroncongan. Sejak tiga hari terakhir, ia disuruh puasa setiap hari oleh Kakek Sanjaya, sebagai persiapan ritual. Mengapa melakukannya? Kaia juga tidak mengerti. Yang jelas, Kakek Sanjaya dulu pernah bilang, puasa tiga hari berturut-turut itu untuk membuang segala macam kotoran di tubuh Kaia agar nanti gadis itu saat ritual benar-benar suci seperti baru lahir.
Setelah pulang sekolah hari ini, Kaia bersama Septa langsung pulang ke rumah, dan sekarang, gadis itu mendapati Septa serta Kakek Sanjaya sedang sibuk melakukan persiapan ritual yang katanya akan dilakukan malam ini, yaitu malam Jumat saat bulan purnama bersinar di langit. Septa terlihat sedang mempersiapkan arang, kopi hitam, dan beras hitam di dapur. Benda-benda itu masih belum diapa-apakan, hanya ditata Septa di atas meja makan. Sedangkan Kakek Sanjaya ada di sumur belakang rumah entah melakukan apa, Kaia dilarang untuk mengintip ke sana.
Hah... Gadis cantik itupun sekarang hanya duduk menonton ayam yang dibeli Septa yang sekarang sedang bermain di halaman tengah rumah Kakek Sanjaya. Hah.... Sekali lagi Kaia menghembuskan nafas panjang. Bukan cuma lapar, gadis itu juga capek. Setiap kali ia keluar rumah Kakek Sanjaya sedikit saja, ia pasti langsung diganggu setan-setan jahil. Ingatannya tadi pagi waktu di Sekolahpun jadi terputar kembali ketika gadis itu melamun tak ada kerjaan menatap ayam yang menatapnya balik, seakan menghakiminya.
Jam pelajaran olahraga adalah jam pertama di hari Kamis, hari ini. Meskipun begitu, Kaia dan Septa tentu berangkat tidak langsung memakai seragam olahraga. Mereka masih memakai seragam sekolah biasa sampai mereka masuk ke dalam kelas dan jam pelajaran dimulai. Setelah para cowok-cowok berganti baju olahraga dan langsung menyerbu lapangan untuk bermain bola, barulah para cewek-cewek menutup pintu kelas dan gorden jendela untuk berganti baju dengan pakaian olahraga.
Srek... Srek... Kaia dan Lulu yang sebangku sama-sama membuka kancing seragam mereka dengan satu irama. "Oh iya, Kaia?" Tiba-tiba, waktu itu, sahabat Kaia itu berceletuk tanpa sebab.
"Hmm? Apa Lu?" Sahut Kaia yang sudah melepas seragam sekolahnya dan sekarang hanya memakai pakain dalam saja. Tap... Lulu menepuk pundak Kaia, dan Kaiapun memiringkan kepala, tidak mengerti mau apa sahabatnya ini.
"Kamu lagi puasa ya?" Deg... Jantung Kaia rasanya mau berhenti dan sekujur tubuhnya merinding mendengar hal itu keluar dari mulut sahabatnya. Bukan..... Ini bukan suara Lulu.... Gumam Kaia. Gadis cantik berkacamata itu bisa mendengar walau agak sedikit sayup, samar dengan suara ribut teman-temannya yang lain yang sedang berganti baju, di antara nada suara Lulu yang ia kenal itu, di belakangnya ada sebuah suara yang melatari dan ikut berkata."D- Darimana kamu tahu, Lu?" Keringatpun mulai jatuh mengalir dari kening Kaia ke pipi gadis cantik itu. Tangan Kaia mulai gemetaran. Darimana Lulu tahu aku sedang puasa!? A- Aku tidak pernah cerita apapun padanya selama tiga hari ini!?
"Hihihi.... Hihihi...." Lulu terkekeh dan memiringkan kepalanya. Kelopak matanya terbuka lebar, melotot menatap Kaia seakan mau lepas dari wajahnya. Kaia terdiam membatu. Bukan.... Kaia yakin sekali... Ini bukan Lulu. Ekspresi wajah yang menceleng-celeng ke kiri dan kanan, dan lekuk tangan yang seakan sedang menari ini sama sekali bukan sosok sahabatnya. "Kaia...." Panggilnya dengan nada mendesah, campuran antara suara Lulu dan sesuatu yang lain."Si- Siapa kamu!" Seru Kaia yang sekarang semakin berjalan mundur ditekan sosok Lulu yang mendekatinya. Bruk... Kaia menoleh ke belakang, dan dirinya sudah dipojokkan ke dinding. Hah... Hah... Nafas Kaia menggebu-gebu, dan ketika ia melihat ke arah teman-temannya yang lain yang sedang berganti baju, mereka semua tampak asyik dan tidak ada yang menyadari keanehan Lulu.
"Hahaha!" Semua cewek-cewek itupun pergi keluar meninggalkan Kaia dan Lulu berduaan di kelas. Mereka bahkan keluar kelas seperti menganggap keadaan kelas sudah kosong, seakan Kaia dan Lulu tak ada di sana.
"Kaia....." Sret.... Tangan Lulu membelai pipi Kaia dan perlahan turun meraba belahan dada gadis cantik berkacamata itu.
"Mmmmhhhh... Lu- Lulu... Hentikan!" Kaia bergidik geli. Meski Kaia masih memanggilnya Lulu, tapi gadis cantik itu tetap tahu, sosok yang di depannya ini meski berwuju Lulu, ada sesuatu yang menungganginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggilan Ratu Laut Selatan
Horror(21+) Setelah kematian orang tuanya, Kaia mengalami kejadian ketindihan yang sampai membuatnya bangun dalam keadaan telanjang. Pilihan gadis itupun hanya satu, yaitu menemui seseorang yang bernama Kakek Sanjaya sesuai dengan isi surat wasiat dari ke...