3 Pusaka

11.7K 344 20
                                    

Pada zaman dahulu, dikisahkan terdapat dua kerajaan di pulau Jawa. Barat dan Timur. Keduanya tak mampu mengesampingkan perbedaan dan terus terlibat dalam peperangan. Bahasa yang berbeda, adat yang berbeda, bentuk manusia yang berbeda memicu konflik tak berkesudahan yang terus berlangsung selama beberapa generasi. Hingga akhirnya, Kerajaan dari Timur terus dan terus memenangkan pertempuran hingga menguasai wilayah tengah dan hampir menguasai dan mengalahkan Kerajaan Barat.

Untuk melindungi Kerajaannya dari peperangan yang sudah sangat melelahkan, seorang Putri dari Kerajaan Barat menyerahkan dirinya untuk dinikahi Raja Kerajaan Timur. Terpesona akan kecantikan dan keberanian Putri tersebut, Raja Kerajaan Timur pun jatuh cinta lalu setuju untuk menikahi Putri itu dan mengakhiri perang tiada akhir di tanah Jawa.

Pesta pernikahan pun akan digelar, sekaligus sebagai perayaan untuk masa damai yang akan datang kepada dua kerajaan yang selalu berperang selama beberapa generasi, kini akan menjadi satu dalam satu naungan. Undangan disebar ke semua rakyat, baik di Kerajaan Barat, maupun Kerajaan Timur, baik manusia, ataupun makhluk ghaib. Semua lelembut alam sebelah yang pada zaman itu juga ikut membantu peperangan tak dilupakan untuk ikut serta menikmati pesta pernikahan yang akhirnya akan menyatukan mereka semua.

Sebagai hadiah dan untuk merayakan pernikahan itu, masing-masing dari Kerajaan Barat, Kerajaan Timur, dan juga alam ghaib menyerahkan satu pusaka yang nantinya akan digunakan sebagai Mas kawin pernikahan. Kerajaan Barat menyerahkan sebuah keris emas yang disebutkan mampu membelah lautan. Dari Kerajaan Timur menyerahkan sepasang cincin emas sebagai tanda perikatan dua pengantin. Dan dari alam ghaib menyerahkan sumpah pengabdian mereka kepada Raja dan Ratu yang dituliskan di sebuah batu pantai.

Sumpah pernikahan kemudian diucapkan di atas perahu yang mengapung di Laut Selatan. Cincin emas dari Kerajaan Timur sama-sama mengikat jemari manis Raja dan Ratu baru, pemimpin kerajaaan baru yang akan lahir dari persatuan Kerajaan Barat dan Kerajaan Timur. Melihat ketulusan Raja dari Kerajaan Timur membuat Putri dari Kerajaan Barat yang sekarang sudah menjadi Ratu mulai tersipu. Dirinya sepertinya juga akan jatuh hati kepada Sang Raja, hanya tinggal menunggu waktu. Kebahagiaan pernikahan disertai kedamaian dua Kerajaan yang menjadi satu sudah di depan mata. Tapi ... Sesuatu terjadi di hari yang seharusnya sakral dan membahagiakan itu.

Ratu baru itu diracuni dan kemudian mati tenggelam ke Laut Selatan. Kerajaan Barat pun murka, mengira kalau semua ini hanyalah jebakan dari Kerajaan Timur untuk menguasai mereka. Putri cantik mereka telah mati yang kemudian mayatnya jatuh ke Laut Selatan yang seketika itu juga langsung bergejolak berombak-ombak. Tapi, Raja dari Kerajaan Timur sungguh mencintai Putri dari Barat. Tidak ada sedikit pun niatannya ingin menjebak Kerajaan Barat. Pelaku sebenarnya adalah Sang Adik, Putri dari Kerajaan Timur yang berambisi untuk menguasai seluruh Tanah Jawa di bawah nama Kerajaan Timur, bukan nama Kerajaan baru yang lahir dari persatuan kedua Kerajaan Barat dan Timur.

Di saat peperangan mulai tersulut di Pantai Selatan, air laut bergejolak. Gelombang tinggi berdiri mencapai langit. Sosok Putri dari Kerajaan Barat yang seharusnya sudah mati itu melayang di antara ombak yang mengamuk, lalu mengutuk semua Kerajaan Timur untuk musnah. Amarahnya mengeluarkan ombak tsunami yang menyapu bersih daratan, tak peduli pihak Kerajaan Barat juga ada di sana.

Selama beberapa tahun setelah kutukan, tanah di Kerajaan Timur tandus. Bumi yang dulu dermawan dan selalu memberikan hasil panen serta ternak yang melimpah kini sudah berubah. Tanah kering, sulit untuk ditanami padi. Hewan ternak sulit untuk berkembang biak. Amarah dari Putri Kerajaan Barat yang sekarang sudah menjadi Ratu Laut Selatan menghantui Kerajaan Timur yang menjadi terpecah belah akibat masalah ini.

Beruntung, pada saat tsunami di pesta pernikahannya, Raja masih hidup. Bertahun-tahun pria itu bersemedi di gua yang ada di dekat Pantai Selatan sebagai upaya permohonan maaf kepada Ratunya yang telah merasa dikhianati. Melihat ketulusan Sang Raja, Ratu pun keluar dari Laut Selatan lalu bercinta dengan Sang Suami selama beberapa hari, hingga kemudian sebuah perjanjian pun dibuat agar kutukan di tanah Kerajaan Timur diangkat Ratu.

Panggilan Ratu Laut SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang