Rencana Lulu (2)

6K 331 24
                                    

"Kakek!" Kaia berlari mengelilingi rumah. Firasatnya yang menggebu mengatakan kalau ada satu ruangan yang harus segera didatanginya. "Kake!" Bruk! Kaia menendang pintu kamar Kakek Sanjaya.

"Nnnghhh! Nnnghhh! Ohok! Ohok!" Lalu, apa yang ditemukannya di dalam sana membuat Kaia menahan diri dari luapan emosi yang hampir membuatnya melompat menerjang. "Nnghh!" Sosok Ibu Lulu terkapar di lantai, mengejang-ngejang dan bergejolak. "Ggggaaaaa!" Wanita itu meraung sampai pita suaranya tersayat-sayat. Dia mengangkat tangan dan berniat mencakar Kakek Sanjaya yang sedang berdiri di sudut kamar. Tapi, Ibu Lulu itu sekarang terikat. Tercekik ke lantai oleh sosok kuntilanak yang biasanya mengolok Kakek Sanjaya.

Hah... Hah... Bahu Kakek Sanjaya naik turun. Dari keringat yang menetes di dahinya dan nafasnya yang menggebu-gebu, kelihatan juga kalau pria tua itu kaget dengan tindakan Ibu Lulu. Bisa Kaia tebak, Ibu Lulu menyerang Kakek Sanjaya di kamar secara tiba-tiba dan baru-baru saja, beruntungnya, di rumah Kakek Sanjaya banyak penunggu yang melindungi Kakek itu.

"Kakek enggak apa-apa!?" Kaia menyeru lalu mendatangi Kakek Sanjaya. Gadis cantik itu memeluk Kakek Sanjaya yang kemudian mengangguk, menyatakan bahwa dirinya tidak apa-apa. Walaupun, Kaia melihat hidung Kakek Sanjaya sedikit berdarah terkena luka gores dan lehernya sedikit merah, mungkin bekas cekikan Ibu Lulu.

"Kakek enggak apa-apa." Hah... Kakek Sanjaya menghembuskan nafas panjang.

"Sa- Santi!?" Lalu, giliran Mbah Kasmirah yang datang menyusul ke ruangan kamar Kakek Sanjaya. Melihat keponakan jauhnya itu sedang meronta dan tercekik di lantai membuat Mbah Kasmirah menceleng ke Kakek Sanjaya, "Sanjaya! Apa yang terjadi!?" Mbah Kasmirah yang mau mendekati Ibu Lulu mengurungkan niatnya karena wanita itu masih mengamuk tak kenal siapa pun.

"Nnnghhh! Aaaaggghhhh!" Mata Ibu Lulu menceleng-celeng sampai kemerahan dan terasa mau lepas dari wajah. "Ggggaaaa!" Tubuhnya yang mengejang berusaha melawan cekikan kuntilanak penjaga Kakek Sanjaya.

"Ke- Kek!?" Kaia pun memanggil.
"Dia tiba-tiba saja bangun lalu menyerangku." Kakek Sanjaya menunjuk luka di hidung dan bekas merah di lehernya, "Kalau dia tidak ditahan seperti ini, aku yakin dia pasti akan mengamuk."
"Ggggaaaaa!" Benar saja. Andai Ibu Lulu tidak dicekik ke lantai seperti itu, mungkin dia akan mengamuk dan menyerang semuanya yang ada di kamar Kakek Sanjaya.

"Dia kesurupan! Masih ada sisa-sisa pasukan Ratu di dalam dirinya!" Mbah Kasmirah menyeru dan kemudian menatap Kaia, "Kaia! Bantu Mbah menahan tubuhnya!" Kaia langsung mengangguk. Mbah Kasmirah memegangi tangan Ibu Lulu, dan Kaia memegangi kaki wanita itu. Kakek Sanjaya yang melihatnya kemudian pergi mengambil segelas air di dapur. Kaia yang tidak tahu kedua orang tua itu mau melakukan apa hanya bisa memperhatikan dan tidak bisa bertanya karena terlalu sibuk menahan kaki Ibu Lulu yang menendang-nendang.

Kakek Sanjaya kemudian membacai segelas air yang telah diambilnya. Lalu, pria tua itu mencelupkan jemarinya dan mencipratkan air yang telah dibacainya ke wajah Ibu Lulu. "Aaaaaggghhhhhh!" Csss! Sesuatu berbau gosong menyerbak. Air yang menyentuh kulit Ibu Lulu mendidih berbusa, seperti air yang dicipratkan ke permukaan besi yang panas. "Aaaaaghhhhhhhh!" Bola mata Ibu Lulu yang menceleng menghilang, menyisakan hanya warna putih tanpa pupil.

"Ngghhhh!" Buk! Kaia tertendang sampai hidungnya berdarah. Suasana rumah pun langsung mencekam. Pasukan Kaia yang tidak terima berniat menyerbu rumah.
"Kaia! Hentikan mereka!" Seru Mbah Kasmirah yang kesulitan bergerak menahan tangan Ibu Lulu.
"Mmgghh!" Kaia mengangguk, membersihkan darah di hidung. Gadis cantik itu lalu memejamkan mata berkonsentrasi, dan kegelapan serta gempa yang mau masuk ke rumah kembali menarik diri dengan tenang berjaga di luar.

"Gggaaaahh! Aaaghhh... Aaaaaa..." Kakek Sanjaya yang menekan kepala Ibu Lulu perlahan membuat wanita itu tentang. Pupil hitamnya kembali muncul. Mulutnya yang berbusa dan menganga terbata-bata sudah berhenti. Sekujur tubuh wanita itu basah berkeringat. Hah... Hah... Nafasnya keluar masuk dengan cepat. Lalu, dari cahaya yang sudah kembali di matanya, Ibu Lulu melihat ke sekitar lalu mendapati sosok yang ia kenali. "Bude Kasmirah!?" Hah.. Hah... "Kaia!?" Wanita itu menatap dengan wajah pucat disertai rasa bingung yang datang melanda bersama kesadarannya.

Panggilan Ratu Laut SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang